tipe II diperoleh dari penjumlahan semua tahap dalam proses mekanisme dampak untuk tiap satu satuan efek awal. Pada pengganda output, baik tipe I maupun tipe
II, dampak diukur tiap satu satuan output, sedangkan pada pengganda pendapatan dan tenaga kerja tipe I dan tipe II, keduanya diukur tiap satu satuan perubahan
pendapatan dan tenaga kerja.
5.4.1. Analisis Multiplier Output
Nilai-nilai multiplier output sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat tersaji pada Tabel 5.22. di bawah ini.
Nilai multiplier output tipe I sektor industri pengolahan sebesar 1,878 yang menempati urutan kedua setelah sektor bangunankonstruksi. Nilai 1,878
berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor industri pengolahan sebesar satu rupiah maka output pada semua sektor perekonomian akan meningkat
sebesar Rp. 1,878. Dari pengganda output tipe I ini dapat dilihat kemampuan sektor industri pengolahan dalam meningkatkan output bagi sektor-sektor lainnya
termasuk terhadap sektor industri pengolahan itu sendiri relatif besar. Hal ini sejalan dengan nilai keterkaitan ke belakang sektor industri pengolahan yang
menduduki peringkat pertama.
Tabel 5.22. Multiplier Output Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2003
Sektor Tipe I
Tipe II Pertanian 1,246
1,341 Pertambangan Dan Penggalian
1,296 1,312
Industri Pengolahan 1,878
2,190 Listrik, Gas Dan Air Bersih
1,772 2,152
BangunanKonstruksi 1,970 2,391
Perdagangan, Hotel Dan Restoran 1,355
1,504 Pengangkutan Dan Komunikasi
1,610 1,959
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1,332
1,532 Jasa-Jasa 1,536
1,768
Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah.
Dengan memasukkan rumah tangga ke dalam model maka efek konsumsi masyarakat diperhitungkan sehingga akan didapatkan nilai pengganda tipe II.
Pengganda tipe II selalu memiliki nilai yang lebih besar daripada pengganda tipe I karena dalam pengganda tipe II efek konsumsi rumah tangga juga diperhitungkan.
Dilihat dari sisi pengganda output tipe II sektor industri pengolahan menduduki peringkat kedua setelah sektor bangunankonstruksi dengan nilai pengganda tipe
II sebesar 2,190. Nilai ini mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja di sektor industri pengolahan sebesar satu
satuan maka output di semua sektor perekonomian akan meningkat sebesar 2,190. Tingginya peringkat sektor industri pengolahan ini menunjukkan bahwa
efek induksi konsumsi di sektor industri pengolahan relatif besar jika dibandingkan dengan ketujuh sektor perekonomian yang lainnya secara berturut-
turut dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pertanian dan yang terakhir sektor pertambangan dan penggalian. Subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai multiplier output tipe I
terbesar ialah sektor industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan pada peringkat pertama kemudian sektor industri bahan jadi dari
logam, dan industri makanan dan minuman. Sedangkan untuk multiplier output tipe II ialah industri makanan dan minuman, industri kayu, bambu, rotan dan
furnitur dan industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.
Tabel 5.23. Multiplier Output Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003
Sektor Tipe I
Tipe II Industri Makanan dan Minuman
2,0854 2,4592 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan
Alas Kaki 1,5878 2,0010
Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furnitur 1,8119 2,4176
Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan
2,1112 2,3922 Industri Kimia, Barang-Barang dari Bahan
Kimia, Karet dan Plastik 1,7105 2,1050
Pengilangan Minyak Bumi 1,8386 1,8430
Industri Barang Mineral bukan Logam 1,5415 2,0891
Industri Logam Dasar 1,9115 2,2560
Industri Bahan Jadi dari Logam 1,8943 2,2214
Industri Pengolahan Lainnya 1,6335 2,0538
Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah.
5.4.2. Analisis Multiplier Pendapatan