Struktur Permintaan Akhir Industri Pengolahan dalam Perekonomian Provinsi Jawa Barat

Tabel 5.10. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor Industri Pengolahan Di Provinsi Jawa Barat, 2003 dalam Juta Rupiah Komponen Nilai Juta Rupiah Kontribusi Persen Upah Dan Gaji 40.864.385 31,04 Surplus Usaha 67.624.360 51,36 Penyusutan 14.811.687 11,25 Pajak Tidak Langsung 8.370.370 6,36 Subsidi 0 Jumlah 131.670.802 100,00 Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003. Dari keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan sektor industri pengolahan komponen penyusun nilai tambah bruto terbesar adalah surplus usaha, yaitu sebesar Rp. 67.624.360 juta 51,36, kemudian disusul oleh komponen upah dan gaji sebesar Rp. 40.864.385 juta 31,04, penyusutan sebesar Rp. 14.811.687 juta 11,25, dan yang terakhir adalah komponen pajak tidak langsung netto sebesar Rp. 8.370.370 6,36.

5.1.4. Struktur Permintaan Akhir

Komponen permintaan akhir terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Tabel 17. memberi informasi bahwa jumlah permintaan akhir di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 sebesar Rp. 347.835.450 juta. Dari jumlah tersebut sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi ekspor sebesar Rp. 146.266.835 juta atau 42,05 persen dari total permintaan akhir wilayah, 40,54 persen atau sebesar Rp. 141.013.711 juta untuk konsumsi rumah tangga, 11,39 persen atau sebesar Rp.39.634.069 juta untuk pembentukan modal tetap, 3,74 persen atau sebesar Rp. 13.020.861 juta dialokasikan untuk pengeluaran pemerintah dan hanya 2,27 atau sebesar Rp. 7.899.956 juta untuk perubahan stok. Tabel 5.11. Komposisi Permintaan Akhir Provinsi Jawa Barat 2003 Menurut Komponen Komponen Nilai Juta Rupiah Kontribusi Persen Peringkat Konsumsi Rumah Tangga 141.013.711 40,54 2 Pengeluaran Pemerintah 13.020.861 3,74 4 Pembentukan Modal Tetap 39.634.069 11,39 3 Perubahan Stok 7.899.956 2,27 5 Ekspor 146.266.853 42,05 1 Jumlah 347.835.450 100,00 - Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah. Pada tahun 2003 total permintaan akhir Provinsi Jawa Barat terhadap industri pengolahan mencapai Rp. 201.684.802 juta atau sekitar 57,98 persen dari total permintaan akhir wilayah ini. Permintaan akhir tersebut sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi ekspor keluar provinsi sebesar Rp. 113.461.837 juta atau 77,57 persen dari total ekspor sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jawa Barat. Selain untuk memenuhi ekspor, permintaan akhir juga dialokasikan untuk memenuhi investasi sebesar Rp. 22.690.990 juta atau 47,73 persen dari total investasi terhadap output domestik dan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar Rp. 65.531.975 juta 46,47 dari total konsumsi rumah tangga. Tabel 5.12. Komponen Permintaan Akhir Provinsi Jawa Barat 2003 Per Sektor dalam Juta Rupiah Sektor Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Pembentukan Modal tetap Perubahan Stok Ekspor Total 1 22.699.515 0 183.964 131.222 2.437.451 25.452.152 2 243 0 0 -659.609 147.806 -511.560 3 65.531.975 15.405.707 7.285.283 113.461.837 201.684.802 4 6.257.595 1.254.865 7.512.460 5 24.860 0 21.000.103 0 0 21.024.963 6 25.107.703 0 2.263.610 1.055.313 18.064.342 46.490.968 7 7.573.269 0 182.627 87.747 6.630.262 14.473.905 8 3.313.821 176.725 3.490.546 9 10.504.730 13.020.861 598.058 4.093.565 28.217.214 Jumlah 141.013.711 13.020.861 39.634.069 7.899.956 146.266.853 347.835.450 Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003. Keterangan: 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas, dan Air Minum; 5. BangunanKonstruksi; 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan; 9. Jasa-jasa. Pada tabel 5.12. dapat kita lihat konsumsi masyarakat di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 terhadap output domestik adalah Rp. 141.013.711. Dari jumlah tersebut pengeluaran untuk sektor industri pengolahan adalah sebesar Rp. 65.531.975 juta atau sebesar 46,47 persen dari total konsumsi rumah tangga terhadap output domestik. Dengan jumlah tersebut sektor industri pengolahan menjadi sektor terbesar pertama dalam memenuhi konsumsi rumah tangga. Berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 25.107.703 juta 17,80, sektor pertanian sebesar Rp. 22.699.515 Juta 16,09, sektor jasa- jasa sebesar Rp. 10.504.730 Juta 7,44, dan yang kelima adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 7.573.269 juta 5,37. Dari Tabel 5.12. Dapat dilihat bahwa konsumsi rumah tangga sebagian besar berasal dari sektor industri pengolahan. Kondisi ini sebenarnya sangat mendukung terjaminnya kontinuitas pasar domestik atas produk-produk sektor industri pengolahan. Kuatnya permintaan domestik terhadap output sektor industri pengolahan akan memacu dan merangsang daya produksi industriperusahaan yang termasuk ke dalam sektor ini. Terjaminnya pasar yang kontinu adalah daya tarik utama bagi pengembangan sektor ini. Untuk pemenuhan permintaan terhadap konsumsi pemerintah di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 hanya oleh sektor jasa-jasa, sektor-sektor yang lain bernilai 0. Sektor jasa-jasa mengalokasikan Rp. 13.020.861 juta yaitu seluruh dari konsumsi pemerintah dipenuhi oleh sektor ini. Alokasi output permintaan akhir untuk pembelian barang-barang modal tahan lama barang modal tetap di Provinsi Jawa Barat terbesar terjadi sektor bangunankonstruksi yaitu sebesar Rp. 21.000.103 juta atau sebesar 52 persen dari total permintaan akhir untuk komponen pembentukan modal tetap. Pembelian terbesar kedua oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp. 15.405.707 juta 38,89, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 2.263.610 juta 5,71, sektor jasa-jasa sebesar Rp. 598.058 juta 1,50, kemudian sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 183.964 juta dan sebesar Rp. 182.627 juta dengan persentase kurang dari satu persen. Selanjutnya komponen perubahan stok dalam permintaan akhir merupakan selisih antara nilai barang pada akhir tahun dengan awal tahun. Dari Tabel 5.12. dapat dilihat ada empat sektor dengan nilai perubahan stok positif, empat sektor bernilai nol, dan satu sektor bernilai negatif. Nilai perubahan stok untuk sektor industri pengolahan adalah sebesar Rp. 7.285.283 juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 1.055.313 juta, sektor pertanian sebesar Rp. 131.222 juta, dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 87.747 juta. Sektor yang bernilai negatif ialah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. -659.609 juta. Nilai ekspor untuk seluruh sektor di Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 146.266.853 juta atau 42,05 persen dari total permintaan akhir. Sektor industri pengolahan mengekspor sebesar Rp. 113.461.837 juta yang merupakan 77,57 persen dari total ekspor semua sektor ekonomi dan menduduki peringkat pertama diantara sektor-sektor lainnya. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengekspor sebesar Rp. 18.064.342 juta 12,35, sektor pengangkutan dan komunikasi Rp. 6.630.262 juta 2,79, sektor jasa-jasa Rp. 4.093.565 juta 4,53, sektor pertanian Rp. 2.437.451 juta 1,66. Besarnya bagian rumah tangga dalam komposisi permintaan akhir disebabkan karena komponen ini adalah pengkonsumsi potensial dalam lingkaran perekonomian. Hal ini juga berimplikasi pada kuatnya permintaan pasar akan output dari sektor-sektor ekonomi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya jika dilihat kontribusi masing-masing sektor terhadap komponen permintaan akhir secara berturut-turut adalah: sektor industri pengolahan Rp. 201.684.802 juta 57,98, sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 46.490.968 juta 13,36, sektor jasa-jasa Rp. 28.217.214 juta 8,11, sektor pertanian Rp. 25.452.152 juta 7,31, dan yang kelima sektor bangunankonstruksi yang mengalokasikan outputnya sebesar Rp. 21.024.963 juta atau 6,04 persen dari total permintaan akhir. Tampak bahwa alokasi permintaan akhir untuk sektor industri pengolahan menempati peringkat pertama dalam komposisi permintaan akhir untuk semua sektor, jika dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada diposisi kedua, nilai permintaan akhir sektor industri pengolahan 4,3 kali lebih besar dari nilai permintaan akhir sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dan jika dibandingkan dengan nilai permintaan akhir sektor terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, nilai permintaan akhir sektor industri pengolahan berada jauh diatas sektor tersebut. Bahkan sektor pertambangan dan galian memiliki nilai permintaan akhir yang negatif. Tabel 5.13. Menampilkan komponen permintaan akhir dari subsektor industri pengolahan. Permintaan akhir yang terbesar disumbang oleh industri bahan jadi dari logam, kemudian industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, dan yang ke tiga industri makanan dan minuman. Penciptaan konsumsi rumah tangga yang terbesar terjadi di sektor industri makanan dan minuman, disusul oleh sektor industri bahan jadi dari logam, kemudian industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki di posisi ke tiga. Sedangkan untuk subsektor industri pengolahan yang menciptakan ekspor terbesar ialah industri bahan jadi dari logam, kemudian industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, dan yang ke tiga ialah industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik. Tabel 5.13. Komponen Permintaan Akhir Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Barat 2003dalam Juta Rupiah Sektor Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Pembentukan Modal tetap Perubahan Stok Ekspor Total 1 27.504.246 -633.941 1.184.105 28.054.410 2 14.712.943 26.706 796.362 32.695.816 48.231.827 3 619.552 12.588 100.118 1.591.470 2.323.728 4 463.258 353.849 3.372.337 4.189.444 5 7.029.488 92.815 3.470.404 10.592.707 6 1.752.555 -220.382 102.861 1.635.034 7 49.695 2.285 235.045 2.209.661 2.496.686 8 0 274.861 1.315.414 1.590.275 9 12.401.608 14.951.968 6.328.974 64.471.900 98.154.450 10 9.988.630 412.160 -42.418 3.047.869 4.416.241 Jumlah 74.521.975 15.405.707 7.285.283 113.461.837 201.684.802 Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003. Keterangan: 1. industri makanan dan minuman; 2. industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki; 3. industri kayu, bambu, rotan dan furniture; 4. industri kertas dan barang- barang dari kertas, percetakan dan penerbitan; 5. industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik; 6. pengilangan minyak bumi; 7. industri barang mineral bukan logam; 8. industri logam dasar; 9. industri bahan jadi dari logam; 10. industri pengolahan lainnya.

5.2. Analisis Keterkaitan