Multiplier
pendapatan tipe I tiga terbesar dimiliki oleh pengilangan minyak bumi, sektor industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan
penerbitan dan industri bahan jadi dari logam. Sedangkan untuk multiplier pendapatan tipe II ialah pengilangan minyak bumi, sektor industri kertas dan
barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan dan industri makanan dan minuman.
Tabel 5.25. Multiplier Pendapatan Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003
Sektor Tipe I
Tipe II Industri Makanan dan Minuman
1,9715 2,3253 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan
Alas Kaki 1,3622 1,6066
Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furnitur 1,3039 1,5378
Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan
2,3069 2,7208 Industri Kimia, Barang-Barang dari Bahan
Kimia, Karet dan Plastik 1,4030 1,6548
Pengilangan Minyak Bumi 8,9568 10,564
Industri Barang Mineral bukan Logam 1,2012 1,4167
Industri Logam Dasar 1,5348 1,8102
Industri Bahan Jadi dari Logam 2,0027 2,3620
Industri Pengolahan Lainnya 1,8544
2,5461
Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah.
5.4.3. Analisis Multiplier Tenaga Kerja
Nilai pada multiplier tenaga kerja baik tipe I maupun tipe II menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perkonomian yang
disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan di suatu sektor
tertentu. Nilai pengganda tenaga kerja sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kedua setelah sektor bangunankonstruksi.
Dari hasil analisis multiplier tenaga kerja didapatkan nilai pengganda tenaga kerja tipe I sektor industri pengolahan sebesar 3,842 yang berarti sektor
industri pengolahan akan menciptakan lapangan kerja bagi 3,842 orang tenaga kerja di semua sektor perekonomian jika output sektor industri pengolahan
meningkat sebesar satu juta rupiah. Untuk nilai pengganda tenaga kerja tipe II sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 5,246, yang berarti apabila terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor industri pengolahan sebesar satu juta rupiah maka akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 5,246 orang.
Tabel 5.26. Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2003
Sektor Tipe I
Tipe II Pertanian 1,067
1,093 Pertambangan Dan Penggalian
1,357 1,453
Industri Pengolahan 3,842
5,246 Listrik, Gas Dan Air Bersih
3,950 8,243
BangunanKonstruksi 1,557 1,970
Perdagangan, Hotel Dan Restoran 1,183
1,286 Pengangkutan Dan Komunikasi
1,346 1,594
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1,667
2,147 Jasa-Jasa 1,249
1,389
Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah.
Tabel 5.27. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003
Sektor Tipe I
Tipe II Industri Makanan dan Minuman
6,8679 8,5861
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki
2,2893 3,6931
Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furnitur 7,3003
12,1578 Industri Kertas dan Barang-Barang dari
Kertas, Percetakan dan Penerbitan 3,0721
4,1366 Industri Kimia, Barang-Barang dari Bahan
Kimia, Karet dan Plastik 2,8601
4,4982 Pengilangan Minyak Bumi
2,0017 2,0348
Industri Barang Mineral bukan Logam 1,2620
1,8607 Industri Logam Dasar
1,5498 1,8829
Industri Bahan Jadi dari Logam 1,6533
1,8994 Industri Pengolahan Lainnya
1,8544 2,5461
Sumber: Tabel IO Provinsi Jawa Barat, 2003 diolah.
Multiplier tenaga kerja tipe I tiga terbesar dimiliki oleh industri kayu, bambu, rotan dan furnitur, industri makanan dan minuman, dan sektor industri
kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan. Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe II ialah oleh industri kayu, bambu, rotan dan furnitur,
sektor industri makanan dan minuman dan industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik.
Berdasarkan hasil perhitungan dalam analisis multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja, dapat disimpulkan bahwa sektor industri
pengolahan relatif cukup besar peranannya dalam meningkatkan output, pendapatan dan tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian di wilayah Provinsi
Jawa Barat.
5.5. Regulasi Sektor Industri Pengolahan Di Provinsi Jawa Barat