Industri Pengolahan Peran Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa BPS, 2007. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi ataupun proses yang lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan atau perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya menunjang sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan dan pemeliharaan mesin-mesin, kapal, kereta api dan pesawat terbang juga termasuk dalam sektor ini. Jasa perbaikan yang dicakup oleh sektor ini adalah perbaikan terhadap barang modal, baik yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak lain. Perbaikan mesin-mesin milik rumah tangga dan kendaraan bermotor tidak termasuk ke dalam sektor ini, melainkan dalam sektor jasa-jasa Jasa Perbengkelan. Sektor industri pengolahan mencakup pula kegiatan sederhana seperti pembuatan gaplek dan sagu, kopra, minyak nabati rakyat, gula merah, pengupasan dan pembersihan kopi, pengirisan tembakau serta penggaraman dan pengeringan ikan BPS, 2007.

2.2. Peran Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian

Peranan sektor industri pengolahan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor industri pengolahan telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional sejak tahun 1991, di samping untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, industri pengolahan non migas juga memiliki pangsa pasar luar negeri yang baik. Dari tahun ke tahun sektor industri pengolahan selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2006 sektor ini tumbuh 4,6 persen dan 4,7 persen di tahun 2007. Sejak tahun 1991, sektor industri pengolahan telah menjadi kontributor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB Indonesia. Peranannya mencapai 27,00 persen pada tahun 2007, nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai kontributor terbesar kedua. Subsektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia ialah subsektor industri bukan migas sebesar 22,4 persen pada tahun 2007. Sementara subsektor industri migas menyumbang sekitar 4,6 persen. Pada tahun 2007 sumbangan industri bukan migas didominasi oleh industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,7 persen, disusul oleh industri alat angkutan, mesin dan peralatan sebesar 6,4 persen terhadap PDB Indonesia. Subsektor industri bukan migas yang lainnya hanya menyumbang kurang dari 3 persen terhadap PDB Indonesia. Meskipun demikian kontribusi dari tiap-tiap industri tersebut relatif meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional dan Provinsi Jawa Barat beberapa tahun terakhir meningkat. Berdasarkan Nilai Tambah Bruto NTB Tabel I-O Indonesia 2005, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang terbesar kontribusinya terhadap penciptaan Produk Domestik Bruto PDB Indonesia. NTB sektor industri sebesar Rp. 779,513 trilyun atau sebesar 26,5 persen dari nilai PDB. Sektor ini juga menciptakan permintaan akhir terbesar pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp. 1.690,458 trilyun atau sebesar 45,5 persen dari total nilai akhir dan mendominasi komposisi nilai ekspor pada tahun 2005 dengan nilai ekspor mencapai Rp. 657,912 trilyun setara dengan 67,3 persen dari total ekspor keseluruhan sektor. Hal lain yang menunjukkan peran sektor ini dalam perekonomian Indonesia ialah permintaan terhadap produk industri pengolahan merupakan yang terbesar dengan nilai Rp. 3.141,208 trilyun dan permintaan antara sebesar Rp. 1.450,750 trilyun sebagai yang terbesar pula. Peranan sektor industri tetap mendominasi perekonomian Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun. Bahkan sektor industri pengolahan, merupakan lapangan usaha terbesar ke tiga penyerap tenaga kerja setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dan memberikan kontribusi 44,97 persen terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat BPS, 2008.

2.3. Kebijakan dalam Sektor Industri