Analisis Indeks Williamson Analisis Input Output I-O

Analisis korelasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam melihat ada atau tidaknya hubungan sebab-akibat antar peubah tersebut. Di dalam analisis korelasi sederhana, keeratan sifat antara dua peubah akan ditunjukkan dari koefisien korelasi baik bertanda positif maupun negatif. Apabila dua peubah memiliki kecenderungan yang searah maka berkorelasi positif dan bila memiliki kecenderungan yang berlawanan arah maka berkorelasi negatif. Dua peubah disebut tidak berkorelasi atau tidak ada hubungan sama sekali, jika nilai koefisien korelasi mendekati nol. Koefisien korelasi yang menyatakan besarnya hubungan antara dua peubah dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut Walpole 1995: [ ] ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ 2 2 2 2 i i i i i i i i xy y y n x x n y x y x n r dimana : n = ukuran populasi xi = nilai peubah x untuk anggota populasi ke-i yi = nilai peubah y untuk anggota populasi ke-i 4.3.2 Dampak Persebaran Spasial Kredit dan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Perekonomian Regional Provinsi Jawa Barat 4.3.2.1 Analisis Statistik Deskriptif untuk Karakteristik Peubah Kredit dan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Perekonomian Jawa Barat Analisis ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik, ciri kredit dan konsumsi tiap kabupatenkota dari peubah yang ada terhadap PDRB. Gambaran ini penting untuk memberikan informasi-informasi tentang keadaan peubah yang dijadikan sampel. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan penyajian data dalam bentuk scatter guna memudahkan dalam pembacaan karakteristik peubah.

4.3.2.2 Analisis Indeks Williamson

Rustiadi, et al. 2006, Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Pengembangan Indeks kesenjangan wilayah diformulasikan sebagai berikut: Rumus : − − − ∑ = Y P Y Y Vw i i 2 Dimana : Vw : Indeks Kesenjangan Williamson Iw Y i : PDRB per kapita wilayah ke-i Y : Rata-rata PDRB per kapita provinsi P i : f i n, f i = jumlah penduduk kabkota, n = total penduduk provinsi Kriteria pengukuran adalah semakin besar nilai indeks menunjukkan variasi ekonomi antar region semakin besar pula dari masing-masing region dengan rata-ratanya, sebaliknya semakin kecil nilai ini menunjukkan pemerataan antar region yang baik. 4.3.2.3 Analisis Panel Data dalam keterkaitan antara Pembangunan Perekonomian Regional Jawa Barat dengan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Analisis ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto sebagai cerminan pembangunan wilayah Jawa Barat dalam mempengaruhi berbagai faktor sosial-ekonomi rumah tangga wilayah Jawa Barat. Model yang digunakan adalah: PDRB it = fEXPD it , PP it , KB it , PK it , TAB it , PDPTN it Dimana: PDRB : Produk Domestik Regional Bruto di wilayah i tahun ke t Rp, konstan 2000 EXPD : Rata-rata pengeluarankonsumsi RT di wilayah i tahun ke t Rp PP : Pertumbuhan penduduk di wilayah i tahun ke t KB : Jumlah kantor bank di wilayah i tahun ke t unit PK : Rata-rata kreditmeminjam rumah tangga di wilayah i tahun ke t Rp TAB : Rata-rata tabungan rumah tangga di wilayah i tahun ke t Rp PDPTN : Rata-rata pendapatan rumah tangga di wilayah i tahun ke t Rp

4.3.2.4 Analisis Input Output I-O

Sebagai model kuantitatif, model I-O mampu memberi gambaran menyeluruh tentang BPS 2000: 1 Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah. 2 Struktur input antara intermediate input, yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah. 3 Struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor. 4 Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Sesuai dengan namanya, model I-O pada dasarnya berisikan gambaran mengenai saling keterkaitan suatu sektor yang digunakan sebagai input, baik untuk menghasilkan output sektor itu sendiri maupun sektor lain. Seperti diketahui, untuk menghasilkan output, suatu sektor memerlukan input baik berupa barang, jasa dan faktor produksi lainnya. Keterkaitan antara input dan output tersebut digambarkan dalam kerangka model I-O seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Kerangka model input-output wilayah Permintaan antara Input Sektor 1 2 … N Permintaan akhir Total Output 1 X 11 x 12 … X 1n F 1 X 1 2 X 21 x 22 … X 2n F 2 X 2 … … … … … … … Input Antara n x n1 x n1 … X nn F 3 X 3 Input PrimerNTB V 1 V 2 … V n Total Input X 1 X 2 … X n Sumber: Tabel Input-Output BPS 2000 Secara umum matriks dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 empat kuadran yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Isi dan pengertian masing-masing kuadran tersebut adalah sebagai berikut : a. Kuadran I Intermediate Quadrant Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisa I-O kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. b. Kuadran II Final Demand Quadrant Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. c. Kuadran III Primary Input Quadrant Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga upahgaji, pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. d. Kuadran IV Primary input-Final Demand Quadrant Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transkasi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Format dari Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n“ dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap format Tabel I-O disajikan pada Tabel 2. Isian angka-angka sepanjang baris bagian horisontal memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara intermediate demand sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir final demand. Sedangkan isian angka menurut garis vertikal kolom menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Apabila tabel tersebut dilihat secara baris bagian horisontal maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut: x 11 + x 12 + ...+ x 1n + F 1 = X 1 x 21 + x 22 +... + x 2n + F 2 = X 2 . . . . . x n1 + x n2 +... + x nn + F n = X n dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi: ∑ = = + i j i ij X Fi x 1 ; untuk i = 1, 2,3 dst dimana x ij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta X i adalah jumlah output sektor i. Sebaliknya jika Tabel 2 tersebut dibaca secara kolom vertikal, terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi: x 11 + x 21 + ...+ x n1 + V 1 = X 1 x 12 + x 22 +... + x n2 + V 2 = X 2 . . . . . x 1n + x 2n +... + x nn + V n = X n dan secara ringkas dapat ditulis menjadi ∑ = = + j i j j ij X V x 1 ; untuk j = 1, 2,3 dst dimana V j adalah input primer nilai tambah bruto dari sektor j. Berdasarkan persamaan di atas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, a ij sebagai berikut: dan jika persamaan di atas saling disubstitusikan ke persamaan lainnya maka didapat persamaan sebagai berikut: a 11 X 1 + a 12 X 2 +.. .+ a 1n X n + F 1 = X 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + ... + a 2n X n + F 2 = X 2 . . . . . a n1 X 1 + a n2 X 2 + ... + a nn X n + F n = X n Jika ditulis dalam bentuk persamaan matrik, persamaan di atas akan menjadi persamaan berikut: j ij ij X x a = AX + F = X atau I - A X = F atau X = I - A -1 F dimana: I = matrik identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya F = permintaan akhir X = jumlah output I -A = matrik Leontief I - A -1 = matrik kebalikan Leontief Dari persamaan di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan I - A -1 sebagai koefisien antaranya. Matrik kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Multiplier Dikenal multiplier Tipe I dan Tipe II. Multiplier tipe I dihitung berdasarkan matriks I - A -1 , dimana sektor rumah tangga exogenous. Bila sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan, dengan menambahkan satu baris berupa pendapatan rumah tangga adalah endogenous dalam sistem. Dalam multiplier tipe II, bukan dampak langsung dan tidak langsung yang dihitung tetapi termasuk pula dampak dari peningkatan pendapatan rumah tangga terhadap perubahan konsumsi rumah tangga, atau dikenal dengan “induced effect”. Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank. Untuk keperluan analisis, akan dihitung berbagai jenis multiplier baik Tipe I maupun Tipe II. Tipe I: Dampak H H i V k : B ij V kj H i V k MultiplierM = V kj Dimana : H i V k : dampak peningkatan permintaan akhir sektor i terhadap total input primer k B ij : vektor kolom ke j dari matriks B V k : vektor baris koefisien teknologi input primer ke k V kj : koefisien hubungan langsung pemakaian input primer ke k untuk sektor j Tipe II: Dampak H H i V k : q ij V kj H i V k MultiplierM = V kj Dimana : q ij : vektor kolom ke j matrik i-D -1 V kj : vektor baris koefisien teknologi input primer ke-k 4.3.3 Analisis Deskriptif untuk Implikasi Kebijakan Analisis ini dilakukan untuk memberikan implikasi-implikasi kebijakan dari keterkaitan kredit, konsumsi rumah tangga maupun faktor-faktor sosial-ekonomi lainnya dengan pembangunan perekonomian regional. Implikasi kebijakan ini ditujukan untuk pemerintah setempat dan perbankan lembaga keuangan, masyarakat yang terkait. Gambar 8 Kerangka analisis penelitian. Data Susenas 2002 dan 2005 Pendapatan RT Pengeluaran RT Tabungan RT Umur KRT ∑ Anggota Keluarga Sektor Usaha Pendidikan KRT Kredit RT Meminjam Konsumsi Pangan Barang2 Tahan Lama Perumahan dan Fasilitas Barang dan Jasa RT Pakaian Pajak dan Asuransi IPM PDRB Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Penduduk Jumlah Kredit Jumlah Kantor Bank Analisis Ekonometrika Panel Data Analisis Statistik Deskriptif Kesejahteraan Masyarakat Pembangunan Perekonomian Wilayah Implikasi Kebijakan • Ekonometrika • Korelasi • Analisis I-O V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Geografis dan Administratif