2.1.2 Penyebab Kemiskinan
Ada banyak penyebab kemiskinan. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Gambar 1 Lingkaran perangkap kemiskinan. Ketiga penyebab kemiskinan bermuara pada akibat adanya berbagai
dualisme sosial ekonomi, yaitu lingkaran perangkap kemiskinan masyarakat tradisional Rustiadi, et al. 2006. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan
pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Lingkaran perangkap
kemiskinan ini diformulasikan oleh Geertz sebagai Agriculture Involution yang
Kekayaan alam kurang dikembangkan 1
Masyarakat masih terbelakang 2 Kekurangan modal 3
Pembentukan modal rendah 8
Rangsangan investasi rendah 7 Produktivitas rendah 4
Pendapatan Rill rendah 5 Tabungan rendah 6
Kekayaan alam kurang dikembangkan 1
Masyarakat masih terbelakang 2
Kekurangan modal 3
sebelumnya diungkapkan oleh Nurkse 1953, diacu dalam Rustiadi, et al. 2006 sebagai “The Vicious Circles”. Skematik lingkaran perangkap kemiskinan dapat
dilihat pada Gambar 1. 2.2 Disparitas Antar Wilayah
Disparitas pembangunan merupakan masalah regional yang tidak merata. Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi
makro cenderung akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah yang cukup besar. Keseimbangan antar kawasan menjadi penting karena
keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu mengurangi disparitas antar wilayah dan mampu memperkuat pembangunan ekonomi wilayah secara
menyeluruh. Dalam perspektif paradigma keterkaitan antar wilayah, kemiskinan disuatu tempat akan sangat berbahaya bagi wilayah lainnya Rustiadi, et al. 2006.
Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah. Faktor-faktor ini antara lain adalah: 1 Geografi, 2 Sejarah,
3 Politik, 4 Kebijakan pemerintah, 5 Administrasi, 6 Sosial budaya, dan 7 Ekonomi. Faktor-faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas
adalah: 1 Faktor ekonomi yang terkait dengan perbedaan kuantitas dan kualitas dari faktor produksi yang dimiliki, 2 Faktor ekonomi yang terkait dengan
akumulasi dari berbagai faktor yang salah satunya adalah lingkaran setan kemiskinan, 3 Faktor ekonomi yang terkait dengan pasar bebas dan pengaruhnya
terhadap spread effect dan backwash effect, serta 4 Faktor ekonomi yang berkaitan dengan distorsi pasar.
Untuk membangun keterkaitan antar wilayah dan mengurangi terjadinya disparitas antar wilayah, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan antara
lain Rustiadi, et al. 2006: 1.
Mendorong pemerataan investasi, investasi harus terjadi pada semua sektor dan wilayah secara simultan sehingga infrastruktur bisa berkembang.
2. Mendorong pemerataan permintaan demand.
3. Mendorong pemerataan tabungan, tabungan sangat diperlukan untuk bisa
memacu investasi. Apabila jumlah tabungan di suatu wilayah meningkat maka potensi investasi juga akan meningkat.
Faktor sosial ekonomi dapat memiliki efek positif atau negatif yang berantai terhadap disparitas antar wilayah. Faktor sosial seperti tingkat pendidikan
dan kesehatan masyarakat yang rendah, selanjutnya akan menyebabkan tingkat produksi yang rendah, akibatnya pendapatan yang menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakatpun juga rendah dan ini akan menjadi lingkaran setan yang membuat suatu wilayah makin terbelakang.
2.3 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah akan berimplikasi luas
dalam sistem peningkatan aktivitas perekonomian daerah, pemerintah daerah akan memiliki kewenangan yang lebih besar dalam merencanakan arah pembangunan
di daerahnya. Disisi lain pemerintah daerah akan semakin dituntut lebih mandiri dalam memecahkan masalah-masalah pembangunan di daerahnya masing-masing.
Penyelenggaraan desentralisasi erat kaitannya dengan pola pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini karena penyelenggaraan desentralisasi
terdapat dua elemen penting yang salah satu elemennya sangat terkait dengan pembagian kekuasaan, yaitu pembentukan daerah otonom dan penyerahan
kekuasaan secara hukum untuk mengatur dan mengurus bidang-bidang pemerintahan tertentu, baik yang dirinci maupun yang dirumuskan secara umum
Kunarjo 2002. Pembangunan pada dasarnya merupakan salah satu wujud dari pelayanan
yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Ini berarti pembangunan merupakan impelementasi dari tugas
pelayanan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pertimbangan atas upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat luas
harus menjadi perhatian utama. Oleh karena itu untuk melihatmengukur berhasil tidaknya suatu proses pembangunan adalah sampai sejauh mana atau seberapa
besar tingkat kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilihat dari bagaimana masyarakat
dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mudah, seperti listrik, air bersih, BBM, sarana prasarana penghubungtransportasi, dan sebagainya.
Pemenuhan kebutuhan tersebut akan mengarah pada tingkat kepuasan masyarakat, yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan
pemerintah. Untuk mencapai hal itu, konsep pembangunan sejak dari perencanaan harus diarahkan pada perwujudan pada pusat-pusat pelayanan secara adil dan
merata Riyadi dan Bratakusumah 2005. Banyak masalah-masalah yang dihadapi negara sedang berkembang yaitu
masalah rendahnya pendapatan, tingkat pengangguran yang tinggi, distribusi pendapatan yang tidak merata dan tingkat kesehatan, gizi, pendidikan yang relatif
rendah. Kesulitan perhitungan pendapatan nasional, penentuan tingkat pendapatan sebagai batas antara maju dan belum maju adalah tidak tepat. Tetapi pendapatan
per kapita tetap dipakai sebagai indeks perkembangan karena memiliki beberapa alasan sebagai berikut: 1 Pendapatan per kapita merupakan indeks tunggal yang
dipunyai, 2 Memang tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan, 3 Pendapatan per kapita merupakan
petunjuk yang cukup baik bagi struktur ekonomi dan sosial masyarakat Irawan dan Suparmoko 2002.
Rustiadi, et al
. 2006 menyatakan pengembangan wilayah dapat dianggap sebagai suatu intervensi positif terhadap suatu wilayah. Terdapat teori
pengembangan wilayah, yaitu demand side strategy dan supply side strategy. 1. Strategi Demand Side
Strategi ”Demand Side” adalah suatu strategi pengembangan wilayah yang diupayakan melalui peningkatan barang dan jasa dari masyarakat setempat
melalui kegiatan produksi total. Tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup penduduk. Peningkatan taraf hidup diharapkan akan meningkatkan permintaan
terhadap barang-barang non pertanian. Adanya peningkatan permintaan tersebut akan meningkatkan perkembangan industri dan jasa yang lebih mendorong
perkembangan wilayah tersebut. 2.
Strategi Supply Side Strategi
” Supply Side” adalah suatu strategi pengembangan wilayah yang terutama diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan produksi. Dengan
adanya peningkatan penawaran diharapkan dapat meningkatkan pendapatan lokal.
2.4 Kredit 2.4.1 Pengertian Kredit