Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Pada Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Ciawi Kabupaten Bogor

Aspek Lingkungan Aspek lingkungan yang diteliti pada usaha ini adalah menganalisis seberapa besar dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap tanah, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan yang dilihat adalah bagaimana pengaruh usaha ini terhadap lingkungan udara, tanah dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.

4.4.2 Metode Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui kelayakan usaha ini maka dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Periode PP. Net Present ValueNPV Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: NPV = Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat Discount Rate DR Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya bisnis tersebut mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan. Bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi. NPV 0, artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. NPV 0, artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari Discount Rate DR. Rumus untuk menghitung IRR adalah: IRR = i 1 + X i 2 – i 1 Keterangan: i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif \ Net Benefit Cost RatioNet BC Net BC ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Net BC Ratio = Keterangan: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t n = Umur bisnis i = Discount Rate Kriteria investasi berdasarkan Net BC ratio adalah: - Net BC = 1, maka bisnis tidak untung dan tidak rugi - Net BC 1, maka bisnis menguntungkan - Net BC 1, maka bisnis merugikan Payback Period PP Payback Period merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang time value of money dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Pada penelitian ini nilai waktu uang time value of money diperhitungkan yaitu dengan adanya discount rate DR sehingga cash flow setelah periode payback juga tidak diabaikan. Rumus untuk menghitung pengembalian investasi adalah: Payback Period = Dimana: I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Untuk B t -C t Untuk B t -C t Break Event Point BEP Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue TR sama dengan total cost TC. Selama usaha masih di bawah break event, maka perusahaan masih menggalami kerugian. Semakin lama mencapai titik pulang pokok, semakin besar kerugian karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan. Break Event Point dirumuskan sebagai berikut: BEP unit = Total Biaya tetap1-biaya variabel per unitharga jual per unit Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Proyeksi laba rugi terdiri dari beberapa komponen, yaitu Total Revenue TR, Total Fixed Cost TFC, Total Variabel Cost TVC, Total CostTC, laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Laba rugi dirumuskan sebagai berikut: Π = TR -TC Keterangan : π : Keuntungan TR : Total Revenue total penerimaan TC : Total Cost total biaya Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang didapatkan dari usaha dan diperoleh dari manfaat bersih dengan bisnis net benefit with business dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis net benefit without business. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan. Secara matematis Incremental Net Benefit rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah: Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis - Manfaat bersih tanpa bisnis Switching Value Analysis Switching value merupakan perhitungan untuk meng ukur “perubahan maximum” dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow peningkatan harga inputpeningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Dalam penelitian usaha penggemukan sapi potong ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan output yaitu pertambahan bobot badan harian. Harga input adalah harga bakalan ternak sapi potong. Sedangkan output yang dimaksud yaitu penurunan pertambahan bobot badan harian. Penentuan switching value pada variabel bakalan merupakan variabel input tersebut, berdasarkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk variabel tersebut sangat besar dan pada suatu waktu dapat berubah, begitu pula halnya dengan variabel output. Oleh karena itu perlu dilakukan switching value untuk menguji usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha penggemukan sapi potong milik Bapak Sarno adalah sebagai berikut : 1. Jenis dan jumlah bakalan sapi yang diternakkan adalah Sapi PO berjumlah 5 ekor dan Sapi Brahma berjumlah 5 ekor. 2. Lama periode penggemukan 3 bulan 90 hari 3. Pertambahan bobot badan harian PBBH untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 0,7kghari. 4. Bobot awal bakalan yang diharapkan untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 240 kg 5. Bobot akhir panen yang diharapkan untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 300 kg 6. Lahan dan bangunan yang digunakan adalah milik sendiri. 7. Umur ekonomis usaha ditetapkan sepuluh tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang sapi potong. 8. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik. 9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = 10. Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : a. Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. b. Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 11. Pada kondisi pengembangan usaha, pemilik usaha menggunakan modal pinjaman Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E 2013. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit Bank BRI pada tahun 2013, yaitu sebesar 4 persen. 12. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 10 ekor. Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan adalah 20 ekor, hanya dua periode penggemukan karena sisa dua periode penggemukan digunakan untuk persiapan kandang 13. Penerimaan dalam usaha ini terdiri dari penjualan ternak, penjualan kotoran dan nilai sisa. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya.