pengembangan usaha penggemukan sapi potong ini layak untuk dijalankan secara finansial.
6.2.8 Analisis Nilai Pengganti Switching Value
Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga
output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow peningkatan harga inputpeningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis
masih tetap layak Nurmalina, 2009. Pada pengembangan usaha penggemukan sapi potong diperoleh hasil analisis switching value pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil analisis switching value pengembangan usaha penggemukan sapi potong
No Uraian
Nilai 1
Penurunan Pertambahan Berat Badan Harian PBBH
15,19 2
Kenaikan biaya bakalan 28,38
6.2.9 Hasil Analisis Aspek Finansial
Pengembangan usaha penggemukan sapi potong ini dikatakan layak karena nilai NPV yang diperoleh Rp658.300.804,94 atau lebih besar dari nol. IRR
yang diperoleh pada usaha ini adalah 67,83 atau lebih kecil daripada discount rate yaitu 5,5. Sehingga usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Suatu usaha
dikatakan layak apabila Net BC lebih dari satu. Pada usaha ini perhitungan Net BC menghasilkan nilai 1,30 satuan rupiah atau lebih dari satu. Artinya usaha ini
dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Suatu usaha juga dikatakan layak apabila lamanya waktu pengembalian modal investasi lebih pendek dari umur proyek.
Pada
pengembangan usaha
ini dalam
membiayai investasi
mampu mengembalikan modal dalam waktu 7,14 tahun. Kemudian berdasarkan hasil
analisis switching value, kriteria invetasi menjadi tidak layak dipengaruhi dari variabel penurunan PBBH dan kenaikan biaya pakan. Penurunan bobot badan sapi
sebesar 15,19 merupakan batas maksimal dari kelayakan usaha atau tidak layak dilaksanakannya usaha ini. Selain itu juga kenaikan biaya bakalan sebesar 28,38
menjadikan usaha ini pun tidak layak dilaksanakan. Rincian lengkap analisis switching value dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15.
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari aspek teknis terutama dalam hal ketersediaan
bahan baku berupa bakalan sapi. Walaupun pasokan ketersediaan bakalan tidak bisa dipastikan jumlahnya dalam waktu yang telah ditentukan karena
diberlakukannya kebijakan pembatasan kuota impor bakalan sapi oleh pemerintah. Berdampak pada pola produksi penggemukan sapi yang dilakukan
Pak Sarno menjadi fleksibel dan tidak berdasar pada waktu lamanya penggemukan yang sebelumnya. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan
memanfaatkan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP 2013 sebagai modal untuk mengembangkan usaha. Kemudian dilihat dari aspek pasar terutama dalam
hal pemasaran, Pak Sarno menjual sapi disaat harga daging melonjak naik diimbangi dengan pasokan bakalan yang tersedia.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pelaku usaha sebagai berikut :
1. Untuk pengembangan usaha dengan penambahan 1 kandang baru dan
jumlah ternak 10 ekor sebaiknya dilakukan karena pemerintah telah menyediakan modal bantuan KKP-E 2013 untuk peternak yang
memerlukan pembiayaan usaha.
2. Berdasarkan analisis switching value penurunan PBBH merupakan
parameter paling sensitif terhadap kelayakan pengembangan usaha penggemukan sapi potong sehingga harus dilakukan intensifikasi
pemeliharaan yang berpengaruh secara langsung terhadap produksi yakni dengan cara menerapkan konsep manajemen pemeliharaan dalam
penggemukan sapi potong demi mengurangi tingkat penurunan PBBH.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, S.I.B, M. Arifin, W.S Dilaga. 2002. Respon Sapi PO berbasis pakan jerami padi terhadap berbagai formula “Urea Molases Blok”. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Statistik Indonesia 2012.Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jawa Barat Dalam Angka 2012. Bandung : Badan Pusat Statistik Indonesia
Church, D. J. and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. Canada : 3
rd
Edition. John Wiley Sons, Inc. Direktorat Jendral Peternakan. 2011. Rencana Strategis Direktorat Jendral
Peternakan. Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan. 2011. Statistik Peternakan. Jakarta: Direktorat
Jendral Peternakan. Direktorat Pembiayaan Pertanian. 2011. Pedoman Teknis Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi KKP-E. Jakarta: Direktorat Pembiayaan Pertanian. Faisal, Muhammad.2010.Analisis Tataniaga Sapi Potong PT. Kariyana Gita
Utama, Cicurug, Sukabumi. [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press.
Ibrahim Y. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mankiw G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Pustaka LP3S
Indonesia Muzayin. 2008. Analisis kelayakan usaha instalasi biogas dalam mengelola
limbah ternak sapi potong pada PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur, Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2007. Perkandangan Sapi Potong
.Jakarta : BPPT, Departemen Pertanian Rahmat dan Bagus. 2012. 3 Jurus Sukses Menggemukan Sapi Potong. Jakarta:
Penebar Swadaya. Rivai, Arif. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Fattening Pada PT Zagrotech Dafa Internasional ZDI, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Sagala, Windayani. 2011. Analisis Biaya Pakan dan Performa Sapi Potong Lokal Pada Ransum Hijauan Tinggi yang Disuplementasi Ekstrak Lerak Sapindus
rarak.[skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sugeng. B.Y. 2006. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi. Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara tepat penggemukan sapi potong. Jakarta:
PT Agromedia Pustaka. Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yulianto dan Cahyo. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3 Bulan
Panen. Jakarta: Penebar Swadaya. Yulianto dan Cahyo. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Jakarta:
Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah tenaga kerja usia 15 tahun ke atas menurut lapangan pekerjaan tahun 2012.
No Lapangan Pekerjaan
2012 Persentase
1 Peternakan dan
pertanian 39.328.915
36 2 Pertambangan
1.465.376 1
3 Industri Pengolahan 14.542.081
13 4 Listrik, gas dan air
239.636 5 Bangunan
6.339.811 6
6 Perdagangan dan
perhotelan 23.396.537
21 7
Transportasi dan komunikasi
5.078.822 5
8 Keuangan 2.633.362
2 9
Jasa Kemasyarakatan dan Sosial
16.645.859 15
Total 109.670.399
100 Sumber: Statistik Indonesia 2012