berhubungan satu dengan yang lain, sehingga penting untuk dikaji hal yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan sebagai gambaran prospek usaha yang akan
dikembangkan. Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan
lingkungan.
6.1. Analisis Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar
Peluang pasar untuk usaha penggemukan sapi potong sangat terbuka hal ini dapat diketahuipada Tabel 3 dimana permintaan sapi potong dalam tiga tahun
terakhir tidak mampu dipenuhi semuanya. Setelah diketahui besarnya peluang pasar untuk daging sapi potong, maka langkah selanjutnya yaitu penentuan
strategi pemasaran. Strategi bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh
pelaku usaha. Empat variabel tersebut dikenal dengan istilah 4P yaitu product produk, price harga, place tempat dan promotion promosi. Berdasarkan
wawancara dengan pemilik strategi pemasaran yang dilakukan yaitu : 1.
Produk
Hasil akhir dari dari usaha penggemukan sapi potong adalah tingkat kegemukan sapi pada waktu akan dijual. Produk sapi yang dihasilkan dari
peternakan ini dianggap baik bila emncapai bobot akhir 300kg dan dapat menghasilkan karkas sebesar 60 dari bobot tubuh dan recahan sebanyak 40.
Meskipun pertimbangan utama saat menjual sapi potong dalam bentuk hidup adalah perkiraan jumlah karkas yang bisa dihasilkan, namun kualitas daging tetap
menjadi perhatian utama. Hal itu dilakukan demi mendapatkan pesanan ulang dari konsumen daging sapi. Jadi produk yang ditawarkan dalam usaha ini layak karena
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konsumen daging sapi. 2.
Harga
Harga sapi potong yang ditawarkan pada usaha ini yaitu berdasarkan bobot hidup ternak sapi potong. Pada tahun 2011, harga normal sapi potong berkisar
Rp26.000-Rp27.000kg. Kemudian di tahun 2012, dimana harga daging sapi telah menembus Rp100.000kg. Maka harga bobot hidup daging sapi yang ditentukan
oleh Pak Sarno. mencapai Rp50.000kg. Pemasaran seperti ini layak dilakukan sepanjang harga jual mengikuti harga di pasar dan tidak merugikan konsumen.
3.
Tempat
Distribusi saluran pemasaran yang dilakukan pada usaha ini merupakan penyaluran ternak sapi potong sampai pada target pasar atau konsumen.
Konsumen datang langsung ke peternakan untuk melakukan transaksi pembelian. Konsumen yang datang berasal dari Jabodetabek dan biasanya pedagang sapi di
pasar ternak, pemilik atau pegawai dari pejagalan hingga pembeli akhir yang membutuhkan sapi untuk acara tertentu. Untuk pelanggan tetap biasanya pembeli
hanya memesan melalui telepon dengan memberitahukan bobot sapi yang mereka inginkan. Konsumen yang datang ke peternakan bisa membeli hanya 1-2 ekor
sapi, tetapi bisa juga dalam jumlah cukup banyak. Distribusi pemasaran seperti ini layak dilakukan karena memutus rantai distribusi yang panjang dan mencegah
tingginya harga jual demi menjaga kepuasan konsumen.
4. Promosi
Promosi yang dilakukana dalah promosi melalui mulut ke mulutword by mouth. Dari konsumen yang merasa puas dengan kuantitas dan kualitas daging
akan menginformasikannya ke orang lain atau calon pembeli. Promosi sepert ini layak untuk dilakukan karena dapat mengurangi biaya untuk kegiatan promosi.
6.1.2 Aspek Teknis Lokasi Usaha
Lokasi usahaterletak di Desa Citapen, lokasi ini dipilih mengingat jarak antara lokasi usaha tidak berada di tengah kota yang penduduknya padat. Jarak
peternakan dengan penduduk tidak mengganggu kenyamanan penduduk sekitar terutama dalam hal pencemaran udara. Pemilihan lokasi didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Letak pasar yang dituju
Pemilik usaha memilih di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dikarenakan faktor jarak dan infrastruktur untuk mendukung kelancaran transportasi hingga
produk sampai ke konsumen. Selain itu mempertimbangkan konsumen banyak yang berasal dari kota Bogor dan Depok. Faktor jarak yang dekat antara kandang
dengan pasar akan mengurangi faktor penyusutan bobot badan harian sapi selama perjalanan karena memungkinkan sapi tidak akan stress saat pengiriman ke
konsumen.
2. Ketersediaan Bahan Baku, Listrik dan Air
Ketersediaan bahan baku berupa bakalan tidak tersedia secara kontinu. Untuk persediaan listrik dan air telah tersedia dengan baik. Dalam usaha ini bahan
baku berupa bakalan sangat penting karena ketersediaannya tidak pasti dan sulit untuk mendapatkannya.
3. Suplai tenaga kerja Suplai tenaga kerja pada usaha ini tidak mengalami masalah, walaupun
hanya 1 orang karyawan. Dalam pengembangan usaha yang akan dilakukan, satu orang karyawan cukup untuk melakukan kegiatan produksi. Usaha ini tidak
mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, hal ini banyak calon tenaga kerjasiswa SMK yang magang di usaha tersebut.
4. Iklim Wilayah Desa Citapen secara topografi beriklim tropis atau basah dengan
suhu rata-rata antara 20 C-32
C dengan ketinggian 450 m dpl. Kondisi tersebut sesuai bila dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7. Kondisi untuk beberapa jenis bakalan sapi
Jenis Bakalan Suhu
o
c
dan ketinggian tempat m dpl
27-34, 25 24-29, 25-100
24, 100 SOPOBrahman
Sangat baik Baik
Jelek DroughtmasterBaliMadura
Sangat baik Baik
Jelek SimmentalLimousinBrangus
Angus Baik
Sangat baik Baik
Sumber :Yulianto dan Cahyo, 2011
5. Fasilitas Transportasi Lokasi usah ini terletak di pemukiman yang tidak padat penduduknya dan
dekat dengan jalan raya besar Jl. Raya Tapos, sehingga memudahkan aksesibilitas. Akses terhadap bahan baku dan pemasaran tersedia dengan lancar
dan mudah karena kondisi jalan yang dilalui cukup baik.
Skala Usaha
Luas lahan sekitar 800m
2
, usaha ini memiliki ternak sapi dengan kapasitas produksi 25 ekor setiap periode produksi tiga bulan. Skala usaha ini dalam
memproduksi sapi potong masih tergolong kecil. Sesuai dengan kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995 yaknia Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 dua ratus juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, b memiliki
hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp1 M, c Milik Warga Negara Indonesia WNI, d Berdiri, sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi dan e Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hokum atau badan usaha berbadan
hokum dalam bentuk koperasi.
Proses Produksi
Adapun rangkaian kegiatan proses produksi yang akan dilakukan oleh tenaga kerja dalam usaha ini sebagai berikut :
1 Tata Laksana Pemeliharaan
a Sistem Pemeliharaan Bakalan
Ada beberapa sistem pemeliharaan bakalan yang digunakan dalam usaha penggemukan sapi potong yaitu pasture fattening, dry lot fattening, kombinasi
pasture fattening, dan dry lot fattening, serta kereman. Sistem pemeliharan bakalan pada usaha ini dilakukan dengan sistem kereman. Sistem kereman yaitu
ternak sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan. Bila musim hujan, sapi banyak diberi pakan hijauan, tetapi bila
musim kering sapi lebih banyak diberi pakan konsentrat. Sistem kereman lebih banyak digunakan oleh peternak rakyat dan pemberian pakannya masih
tergantung dengan kondisi musim.
b Perkandangan
Perkandangan merupakan faktor penting dalam pengelolaan produksi ternak ruminansia, peran utama perkandangan yaitu memberi perlindungan pada
ternak dari berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu ataupun menurunkan pruduktivitas ternak. Sistem perkandangan yang digunakan pada
usaha ini adalah kandang individualtunggal. Kandang individualtunggal merupakan pemeliharaan ternak di suatu areal terbatas dan ruang gerak ternak
dibatasi hingga sulit bergerak. Pembatasnya dapat berupa sekat-sekat. Setiap sekat ditempati oleh satu ekor sapi. Sapi ditambatkan dengan tali pada patok yang
disediakan. Sapi hanya dapat bergerak ke depan dan ke belakang serta duduk.
c Pengadaan dan pemilihan bakalan
Sebelum digemukan sapi bakalan harus memenuhi persyaratan teknis, diantaranya yaitu kondisi kurus tapi sehat dan umur relatif muda tetapi
pertumbuhannya cepat. Bangsa sapi yang digunakan sebagai bakalan yaitu sapi Brahman dan Ongole. Sapi Brahman dan Ongole sama-sama memiliki beberapa
keistimewaan yaitu tahan terhadap penyakit, tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan dan memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
d Persiapan sebelum bakalan masuk kandang
Sebelum bakalan tiba di kandang, perlu dilakukan persiapan kandang untuk mengantisipasi hal
– hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Persiapan kandang meliputi pengosongan kandang, pembersihan kandang beserta
perlengkapan dan peralatannya serta penyemprotan kandang dengan desinfektan. Persiapan kandang ini dilakukan 3 hari sebelum sapi masuk agar kandang benar-
benar siap ketika sapi tiba. Pengosongan kandang disesuaikan dengan jumlah sapi yang akan masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga kepadatan kandang agar tidak
melebihi kapasitas yang telah ditentukan, menghindari tercampurnya sapi yang baru masuk dengan sapi lama, dan memberi udara segar bagi kandang.
Pengosongan kandang juga akan mempermudah dalam pembersihan kandang. Pembersihan kandang beserta perlengkapan dan peralatannya bertujuan
untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkakn oleh bakteri,virus, maupun parasit. Setelah kandang bersih, bedding berupa bagas tebu
ditebardilantai, hal ini bertujuan agar sapi tidak terpeleset, luka ataupun patah tulangakibat lantai yang licin. Langkah terakhir dalam persiapan kandang
adalahpenyemprotan kandang dengan desinfektan agar kandang benar
– benar steril darikuman.
e Sapi Masuk Kandang dan Penimbangan
Bakalan sapi yang baru tiba kemudian ditempatkan dikandang yang kosong yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk mengetahui penyusutan sapi
selama perjalanan maka dilakukan penimbangan sampel. Penimbangan hanya menggunakan 10 persen dari total sapi yang masuk. Penyusutan rata - rata sebesar
2,5 – 3 persen dari bobot sapi. Penyusutan ini dikarenakan sapi mengalami stress
di perjalanan. Penimbangan bobot awal dilakukan pada akhir masa adaptasi yaitu sekitar 5 hari setelah sapi masuk, hal ini dilakukan dengan asumsi sapi dalam
kondisi yang baik dan telah pulih dari stress akibat perjalanan. Penimbangan bobot awal dilakukan pada seluruh sapi yang masuk. Untuk mengetahui
pertambahan bobot tubuh sapi yang digemukan maka dilakukan juga penimbangan bulanan, penimbangan bulanan hanya menggunakan 10 persen dari
total sapi yang masuk sebagai sampel untuk menghindari stress yang tinggi. Berdasarkan penimbangan bulanan tersebut dapat diketahui pertambahan bobot
sapi, sehingga memudahkan evaluasi apakah bobot sapi sudah optimal atau belum.
f Pembersihan Kandang, Tempat Pakan dan Minum
Pembersihankandang dilakukan setiap 2 – 5 hari sekali atau dengan
melihat kondisi kandang.Limbah kandang kotoran sapi dan sisa pakan yang telah dibersihkan darikandang kemudian dikumpulkan dan diangkut untuk
dijadikan pupuk kandang. Pada usaha ini kotoran sapi, urine dan sisa pakan diolah menjadi pupuk kandang pupuk organik. Diproses secara tradisional dalam waktu
yang cukup lama sekitar tiga bulan. Pembuatan pupuk kandang dilakukan dengan bantuan mikroorganisme. Proses kerja mikroorganisme fermentasi secara anaerob
tanpa oksigen dan hasilnya biasa disebut bokhasi. Pembuatan dilakukan di gudang dengan dialasi terpal plastik. Pembersihan tempat pakan dan minum di
dilakukan setiap hari. Pembersihan tempat pakan dilakukan pada pagi hari
sebelum pendistribusian pakan yang pertama. Sedangkan pembersihan empat minum dilakukan pada sore hari.
g Panen
Penanganan panen sapi potong meliputi penyeleksian, penimbangan, dan penjualan sapi. Sapi yang siap jual adalah sapi yang telah digemukan selama 90
hari atau telah memasuki finisher. Penjualan sapi dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan. Kebanyakan pelanggan menginginkan sapi dengan kisaran
bobot tubuh 300kg. Kegiatan penjualan sapi diawali dengan penyeleksian sapi kemudian ditimbang. Jika bobot tubuhnya tercapai dan sesuai dengan yang
diinginkan konsumen maka sapi tersebut dipisahkan dan siap untuk diangkut. 2
Tata Laksana Pemberian Pakan, Air Minum dan Kontrol Kesehatan a Komposisi Pakan, Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang digunakan pada usaha ini terdiri dari konsentrat dan hijauan. Hijauan yang digunakan yakni rumput sedangkan konsentrat yang digunakan
merupakan pakan yang dibeli dari pabrik pakan di Cibinong. Pakan diberikan dua kali sehari, yakni pada pagi hari dan sore hari dengan dosis masing-masing
sebanyak 50. Kemudian ternak akan lebih menderita jika kekurangan air dibandingkan dengan pakan. Kontrol air minum dimulai dengan memeriksa
volume air minum dan apabila keadaan volume sudah dianggap tidak mencukupi lagi maka harus dilakukan pemberian air minum secukupnya. Jika pada saat
pengontrolan air minum didapatkan bak air kotor dan berbau maka segera dilakukan pengurasan bak air minum tersebut. Jika bak air minum telah dianggap
bersih maka bak air dapat diisi kembali sampai bak air berisi penuh.
b Kontrol Kesehatan
Kesehatan sapi selalu diamati terutama pada saat memberikan makan dan minum, memandikan sapi serta memantau saat sapi tidak nafsu makan. Penyakit
yang sering menyerang sapi diantaranya adalah kembung, radang kuku dan cacingan. Cara mengamati kesehatan sapi diantaranya dilakukan dengan meraba
tubuh sapi, menepuk-nepuk tubuh sapi, mengamati organ sapi dan memperhatikan tingkah laku sapi. Agar ternak sapi yang digemukan dalam keadaan sehat dan
mampu memproduksi dengan baik dan maksimal maka diperlukan adanya sanitasi. Sanitasi ditujukan sebagai usaha pencegahan suatu penyakit yang lebih
baik daripada pengobatan. Membersihkan kandang secara berkala dan membuangkotoran sapi akan mencegah penyakit dan kotoran sapi. Kegiatan
sanitasi kandangyang dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, selokan, tempat pakan, tempat air minum dan alat-alat.
Layout dan Pemilihan Jenis Teknologi
Lokasi usaha terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi. Luasan area lokasi yang akan digunakan untuk pengembangan usaha yaitu 200m
2
yang terdiri dari kantor, gudang, kandang, dan tempat limbah. Kandang tunggal untuk tiap
satu ekor ternak sapi seluas 3,75m
2
. Kandang seluas tersebut dibuat dengan panjang 2,25m, lebar 1 m dan tinggi 2-2,5m. Cara menempatkan sapi dalam
kandang tunggal dalam usaha ini yaitu kandang dengan penataan sapi dua baris, dimana kepala sapi saling berhadapan. Di setiap baris terdapat lajur untuk tempat
pakan dan minum. Diantara kedua barisan sapi tersebut dibatasi dengan jalan untuk lalu lintas pemberian pakan dan minum. Tempat pakan dan minum dibuat