Aspek Teknis Lokasi Usaha

menghasilkan analisis laba rugi. Pada analisis laba rugi tersebut akan menghasilkan komponen pajak yang digunakan untuk menyusun cashflow. Pajak merupakan komponen pengurang dalam cashflow. Dasar perhitungan kriteria investasi diperoleh dari hasil cashflow. Kriteria investasi yang digunakan, yaitu NPV, IRR, Net BC, dan Payback Periodi PP. Kriteria investasi akan menunjukkan layak atau tidak layak usaha untuk dijalankan dari aspek finansial. Selain itu, dilakukan analisis switching value dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha jika terjadi perubahan pada arus tunai. Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan terhadap pengembangan usaha yang memanfaatkan KKP-E 2013. Pada awalnya usaha ini, hanya mampu menggemukan sapi potong kurang dari 88 ekor per tahunnya. Analisis pengembangan merupakan rencana peningkatan produksi sapi potong menjadi 128 ekor per tahunnya, dimana rencana pengembangan menambah satu kandang baru dengan kapasitas 10 ekor. Perbedaan pastinya terjadi pada komponen penerimaan dan pengeluaran yang akan diterima. Hasil analisis pada kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari rencana pengembangan usaha ini.

6.2.1 Arus Penerimaan Inflow

Arus penerimaan merupakan aliran kas masuk ke usaha dan pendapatan bagi usaha. Penerimaan diperoleh dari penjualan sapi potong, kotoran sapi dan nilai sisa investasi. Pada rencana pengembangan usaha produksi sapi ditingkatkan dengan memperbesar kapasitas produksi melalui penambahan satu kandang baru dengan jumlah ternak yang digemukkan per tahunnya adalah 10 ekor 5 ekor Sapi Ongole dan 5 ekor sapi Brahma. Jumlah ternak sapi potong yang dihasilkan pada tahun ke-1 sebanyak 20 ekor dan tahun ke-2 sampai tahun ke-10 sapi potong yang dihasilkan sebanyak 40 ekor. Dengan tingkat kematian sapi sebesar 5-10 persen dan harga sapi potong Rp50.000 per kg. Penerimaan pada usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan Lampiran 11 dapat dilihat total penerimaan usaha ini sebesar Rp270.000.000 pada tahun pertama dan Rp570.000.000 pada tahun kedua dan tahun selanjutnya. Perbedaan ini terjadi karena pada tahun pertama usaha ini berproduksi dengan persentase tingkat kelangsungan hidup Survival Rate SR sebesar 90 sedangkan dari tahun ke-2 sampai ke-10 berproduksi dengan SR 95. Hal ini disebabkan oleh keadaan kandang yang baru dimana ternak sapi harus beradaptasi dengan kegiatan usaha yang baru dimulai.

6.2.2 Penerimaan Penjualan Kotoran Sapi

Dalam satu hari kotoran yang dihasilkan oleh 25 ekor ternak sapi potong adalah 20kg. Hal ini diasumsikan dengan jumlah ternak sapi 25 ekor per periodenya. Rata-rata ternak sapi menghasilkan kotoran 1kg tiap harinya dan mengalami penyusutan 0,2kg sehingga pada saat dijual berat kotoran yang dihasilkan tiap ekor ternak sapi adalah 0,8kg. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 25 ekor ternak sapi dikalikan dengan 0,8kg per ekor jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 20kg. Maka dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 600kg yaitu 20kg per hari dikalikan dengan tiga puluh hari. Dalam 1 periode penggemukan ternak sapi mampu menghasilkan kotoran 1.800kg. Maka dalam satu tahun dengan enam periode setiap tahunnya, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 1.800kg dikalikan dengan lima periode yaitu 9000 kg 180 karung. Pada tahun pertama jumlah kotoran yang dihasilkan lebih sedikit daripada tahun kedua hingga tahun kesepuluh. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdapat lima periode penggemukan lima bulan. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 25 ekor ternak dikalikan 0,8kg jumlah kotoran yang dihasilkan per ekor yaitu 20kg. Maka dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 600kg yaitu 20kg per hari dikalikan dengan tiga puluh hari. Dalam satu periode penggemukan ternak sapi menghasilkan kotoran 1.800kg. Maka dalam satu tahun dengan enam periode penggemukan setiap tahunnya, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 1.800kg dikalikan dengan enam periode yaitu 10.800kg 216 karung. Penerimaan penjualan dari kotoran ternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penerimaan penjualan kotoran sapi potong pada kondisi pengembangan usaha Tahun Jumlah Penjualan Kilogram Jumlah Karung 50kgkarung Harga JualKarung Penerimaan Rp 1 9.000 180 10.000 180.000 2 10.800 216 10.000 216.000 3 10.800 216 10.000 216.000 4 10.800 216 10.000 216.000 5 10.800 216 10.000 216.000 6 10.800 216 10.000 216.000 7 10.800 216 10.000 216.000 8 10.800 216 10.000 216.000 9 10.800 216 10.000 216.000 10 10.800 216 10.000 216.000 6.2.3 Nilai Sisa Salvage Value Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara penaksiran. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Beberapa barang yang memiliki nilai sisa diantaranya yaitu mobil, motor pakan dan mesin pemotong rumput. Rincian nilai sisa untuk investasi pada usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 12.

6.2.4 Arus Biaya Outflow

Arus biaya outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Arus biaya pada usaha ini terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional dan pajak penghasilan. Biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam mengembangkan usaha dan menjalankan operasional usaha ini selama umur usaha. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai usaha ini. Pada penelitian ini akan dijelaskan apa saja yang merupakan biaya investasi dalam mengembangkan usaha ini terkait peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan 1 kandang baru dan jumlah ternak sapi. Adapun rincian biaya investasi yang dilakukan dalam pengembangan kapasitas produksi meliputi tanah, kandang, gudang, instalasi listrik, instalasi air, mobil, motor pakan, mesin pemotong rumput, sabit, garpu rumput, skop dan timbangan. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya investasi pengembangan usaha penggemukan sapi potong No Kriteria Investasi Satuan HargaSatuan Jumlah Unit Total Harga 1 Lahan m2 Rp 400.000 100 Rp 40.000.000 2 Perizinan Usaha Rp 1.000.000 1 Rp 1.000.000 3 Kandang unit Rp 30.000.000 1 Rp 30.000.000 4 Gudang unit Rp 10.000.000 1 Rp 10.000.000 5 Instalasi listrik unit Rp 1.500.000 1 Rp 1.500.000 6 Instalasi air Unit Rp 2.500.000 1 Rp 2.500.000 7 Mobil Unit Rp 120.000.000 1 Rp 120.000.000 8 Motor Pakan Unit Rp 23.000.000 1 Rp 23.000.000 9 Mesin pemotong rumput Unit Rp 27.000.000 1 Rp 27.000.000 10 Sabit Unit Rp 40.000 5 Rp 200.000 11 Garpu rumput Unit Rp 10.000 5 Rp 50.000 12 Skop Unit Rp 40.000 5 Rp 200.000 13 Timbangan Unit Rp 500.000 1 Rp 500.000 14 Ember Unit Rp 30.000 30 Rp 900.000 Total Rp 256.850.000 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan. Biaya operasional dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setiap periode produksi dan besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ini meliputi biaya gaji, listrik, air, pulsa telepon, dan pemeliharaan. Komponen biaya tetap terbesar pada usaha ini adalah BBM. Adapun rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya tetap pengembangan usaha penggemukan sapi potong No Uraian Satuan Jumlah BiayaPriode Penggemuka n Rp Biaya Tahun Pertama5 priode Rp Biaya Tahun Kedua 6 priodeRp 1 Gaji : a. Ketua orang 1 2.000.000 10.000.000 12.000.000 b. Pengadaan Pakan orang 1 850.000 4.250.000 5.100.000 c. Pemasaran orang 1 850.000 4.250.000 5.100.000 d. Pemeliharaan orang 1 850.000 4.250.000 5.100.000 2 THR : - - a. Ketua orang 1 2.000.000 2.000.000 b. Pengadaan Pakan orang 1 3.400.000 3.400.000 c. Pemasaran orang 1 1.700.000 1.700.000 d. Pemeliharaan orang 1 1.700.000 1.700.000 3 Rekening : a. Listrik 30.000 150.000 180.000 b. Telepon Pulsa 50.000 250.000 300.000 4 Air 200.000 1.000.000 1.200.000 5 Karung bekas 177 531.000 2.655.000 3.186.000 6 Pemeliharaan 600.000 3.000.000 3.600.000 7 BBM liter 250 1.625.000 8.125.000 9.750.000 8 Biaya Penyusutan 15.176.667 9 Biaya Sertifikasi Lahan 1.000.000 10 Biaya Asuransi Ternak 600.000 8 Pajak : a. Mobil 500.000 500.000 b. Motor Pakan 200.000 200.000 c. Mesin pemotong rumput 200.000 200.000 d.PBB 50.000 50.000 TOTAL BIAYA TETAP 47.680.000 72.042.667 2. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung pada produksi atau penjualan. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha ini adalah bakalan sapi, pakan hijauan, pakan konsentrat dan obat-obatan. Rincian biaya variabel pada usaha ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya variabel pengembangan usaha penggemukan sapi potong No Uraian Satu an Jumlah Harga Rp Biaya Tahun Pertama Rp Biayatahun Rp 1. Bakalan ekor 10 7.600.000 152.000.000 304.000.000 2. Rumput kg 5.250 2.410 37.950.000 50.600.000 3. Konsentrat kg 2250 1.556 10.500.000 14.000.000 4. Obat-obatan : a. Obat cacing liter 10 30.000 600.000 1.200.000 b. Obat mata Pcs 10 5.000 100.000 200.000 c. Antibiotik liter 10 20.000 400.000 800.000 d. Vitamin liter 10 35.000 700.000 1.400.000 TOTAL BIAYA VARIABEL 202.250.000 372.200.000 6.2.5 Pajak Penghasilan Pajak penghasilan merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha dengan jumlah yang tergantung dari besarnya laba usaha yang diperoleh perusahaan pada setiap tahun usaha. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba sebesar 25 persen, hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen Pasal 17 ayat 2a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b menjadi 25 dua puluh lima persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Berdasarkan analisis laba rugi pada usaha ini menunjukkan laba positif. Adapun pajak penghasilan usaha ini dapat dilihat pada Tabel 12.