Jenis dan Sumber Data

menguji usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha penggemukan sapi potong milik Bapak Sarno adalah sebagai berikut : 1. Jenis dan jumlah bakalan sapi yang diternakkan adalah Sapi PO berjumlah 5 ekor dan Sapi Brahma berjumlah 5 ekor. 2. Lama periode penggemukan 3 bulan 90 hari 3. Pertambahan bobot badan harian PBBH untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 0,7kghari. 4. Bobot awal bakalan yang diharapkan untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 240 kg 5. Bobot akhir panen yang diharapkan untuk sapi Ongole dan Brahma adalah 300 kg 6. Lahan dan bangunan yang digunakan adalah milik sendiri. 7. Umur ekonomis usaha ditetapkan sepuluh tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang sapi potong. 8. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik. 9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = 10. Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : a. Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. b. Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 11. Pada kondisi pengembangan usaha, pemilik usaha menggunakan modal pinjaman Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E 2013. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit Bank BRI pada tahun 2013, yaitu sebesar 4 persen. 12. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 10 ekor. Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan adalah 20 ekor, hanya dua periode penggemukan karena sisa dua periode penggemukan digunakan untuk persiapan kandang 13. Penerimaan dalam usaha ini terdiri dari penjualan ternak, penjualan kotoran dan nilai sisa. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya. 14. Dalam analisis finansial, yaitu analisis finansial usaha setelah melakukan pengembangan dengan pembangunan satu kandang baru dan memanfaatkan KKP-E 2013 dari pemerintah untuk modal usaha. 15. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain selain harga bakalan sapi dan PBBH tidak berubah cateris peribus. V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1 Gambaran Umum Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tercatat bahwa Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 428 desakelurahan, 3.639 rukun warga, 14.403 rukun tetangga yang terdapat dalam registrasi. Jumlah penduduk desa Citapen adalah 8.491 orang denganjumlah Kepala Keluarga KK adalah 2.105. Dari jumlah KK tersebut yang bermata pencaharian di sektor pertanian adalah 1.684. Luas lahanDesa Citapen menurut ekosistem pada tahun 2009 yaitu seluas 393,0 Ha dengan rincian lahan basah sederhana seluas 115 hektar, lahan basah tadah hujan 38 hektar dan lahan kering iklim basah seluas 240 hektar. Iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropisbasah dengan suhu rata –rata antara 20 o C sampai 32 o C dengan keasaman tanah pH antara 4,5 sampai 7.Wilayah Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl sehingga cocok untuk pemeliharaan ternak. Waktu yang ditempuh untuk mencapai lokasi Pasar Teknik Umum TU Induk Kemang ±30 menit, dan ke Pasar Induk Jakarta ±60 menit.

5.2 Lokasi dan Sejarah Usaha

Usaha ini terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilik memanfaatkan lahan di sekitar rumah seluas 800m 2 untuk mendirikan kandang sapi yang baru. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan yakni untuk memanfaatkan lahan kosong dan pemilik dapat mengawasi langsung kegiatan harian karyawan. Pada awalnya Pak Sarno bekerja di peternakan ayam potong di Desa Cibedug sebagai karyawan selama tiga tahun. Pada tahun 1991 memutuskan mengontrak rumah di Desa Citapen dengan luas 200m 2 . Di sinilah beliau memulai usahanya dengan modal sendiri mendirikan kandang dan membeli dua ekor bakalan sapi potong untuk digemukkan. Usahanya terus berkembang, dimana ternak sapi yang dipelihara hingga 20 ekor. Saat ini telah memiliki 1 kandang dan 22 ekor ternak sapi.