Analisis Model Regresi Data Panel

Permasalahan heteroskedastisitas dan autokorelasi pada model mempengaruhi perkiraan nilai parameter yang tidak akan memenuhi sifat BLUE Best Linear Unbiased Estimate. Oleh karena itu, agar nilai parameter dari model terpilih memenuhi sifat BLUE, maka dilakukan modifikasi model dengan menggunakan pendekatan Panel-Corrected Standard Error PCSE Greene, 2002 dan Hardin, 1995. Berdasarkan model PCSE ini berarti telah dilakukan koreksi atas permasalahan heteroskedastisitas, contemporaneously correlated across panel, and first order autokorelasi ar1. Hasil perkiraan model dengan PCSE dari ketiga persamaan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Hasil Regresi Data Panel Faktor yang Memengaruhi Pro Poor Growth dengan pendekatan Jumlah Penduduk Miskin dengan Tiga Persamaan Variabel Persamaan Satu RLS Persamaan Dua RLSP Persamaan Tiga RLSL Koefisian P- value Koefisian P- value Koefisian P- value C 9,8840 0,000 8,3170 0,000 8,4871 0,000 LnTANI -0,2652 0,000 -0,3096 0,000 -0,2637 0,000 LnINV_PEM -0,0405 0,269 -0,0503 0,205 -0,0509 0,208 LnRLSLnRLSPLnRLSL -2,2716 0,000 - - - - LnRLSP - - -1,1129 0,020 - - LnRLSL - - - - -1,5828 0,006 GINI 0,2326 0,224 0,2093 0,444 0,1171 0,592 LnPDDK 0,8786 0,000 0,8828 0,000 0,8991 0,000 F-Test 331,7900 0,000 182,2900 0,000 143,5700 0,000 R-Square 0,9892 0,9881 0,9886 Hausman Test 7,93 0,1600 10,00 0,0753 10,66 0,0586 Breusch and Pagan LM Test 212,52 0,0000 210,48 0,0000 205,78 0,0000 Berdasarkan hasil perkiraan regresi data panel pada Tabel 6., tidak semua faktor berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin, yang berarti pula tidak semua faktor berpengaruh terhadap pro poor growth. Walaupun tidak semua faktor berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, akan tetapi tanda pada koefisien dapat menunjukkan arah hubungannya terhadap jumlah penduduk miskin. Peningkatan produktifitas sektor pertanian, investasi pemerintah, rata-rata lama sekolah pada persamaan pertama, rata-rata lama sekolah perempuan pada persamaan kedua, rata-rata lama sekolah laki-laki pada persamaan ketiga berpengaruh terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Demikian juga dengan Indeks gini dan jumlah penduduk yang memiliki tanda koefisien positif, yang berarti peningkatannya berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin.

6.2 Faktor yang Memengaruhi

Pro Poor Growth dengan Pendekatan Poverty Reduction

6.2.1 Produktifitas Sektor Pertanian

Besarnya pengaruh produktifitas sektor pertanian terhadap pro poor growth yang berarti pula berpengaruh terhadap poverty reduction dapat dilihat pada nilai koefisien parameternya yang juga menunjukkan nilai elastisitasnya. Ketiga persamaan menunjukkan bahwa peningkatan produktifitas sektor pertanian memiliki pengaruh yang nyata terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Nilai koefisien produktifitas sektor pertanian sebesar 9,8444 pada model pertama berarti peningkatan produktifitas sektor pertanian sebesar 1 persen akan mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 9,8444 persen dengan asumsi ceteris paribus. Berdasarkan persamaan kedua, peningkatan produktifitas sektor pertanian sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 8,317 persen dengan asumsi ceteris paribus. Sedangkan berdasarkan persamaan ketiga, nilai elastisitas sebesar 8,4871 berarti peningkatan produktifitas sektor pertanian sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 8,4871 persen. Hasil ini menunjukkan peran penting produktifitas sektor pertanian terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin, yang menjadi salah satu indikator pro poor growth. Produktifitas terkait erat dengan output dan tenaga kerja. Share output pertanian terhadap PDRB memang berkisar antara 13-15 selama tahun 2005-2009, akan tetapi jumlah tenaga kerja yang melebihi 40 menyebabkan pendapatan pekerja di sektor ini tergolong rendah. Tahun 2008, 56,35 persen dari rumah tangga miskin dan 64,65 persen rumah tangga miskin tahun 2009 memiliki sumber penghasilan utama dari sektor pertanian BPS, 2008 dan BPS, 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari separuh rumah tangga miskin menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sehingga peningkatan produktifitas sektor pertanian setidaknya berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan lebih dari 50 persen rumah tangga miskin yang memiliki sumber penghasilan utama dari sektor ini. Suparno 2010 menunjukkan bahwa peningkatan PDRB sektor pertanian sebesar 1 persen akan mampu menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,138 persen, dikarenakan 36 persen penduduk menggantungkan sumber penghasilan utamanya dari sektor pertanian. Seperti halnya Klasen 2007 yang mengindikasikan bahwa peningkatan produktifitas di sektor tanaman pangan seperti penggunaan bibit dan input lainnya yang lebih baik, perbaikan sarana perdesaan dan perkembangan akses petani terhadap kredit usaha akan meningkatkan derajat pro poor growth yang berarti pula meningkatkan poverty reduction. Demikian juga dengan hasil penelitian dari Siregar dan Wahyuniarti 2007 bahwa program-program pengentasan kemiskinan sebaiknya difokuskan di sektor pertanian di perdesaan. Hasil ini juga sejalan dengan temuan Geda, et. al. 2005 yang meneliti faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kenya dengan analisis pada tingkat rumah tangga. Kemiskinan di Kenya terpusat di daerah perdesaan dan di sektor pertanian. Peningkatan kualitas lahan pertanian dan pemenuhan input pertanian dalam rangka meningkatkan produktifitas sektor pertanian akan berpengaruh terhadap poverty reduction. Peningkatan produktifitas melalui peningkatan output perlu ditingkatkan dengan meningkatkan investasi di bidang infrastruktur pokok dan riset pertanian, peningkatan kemampuan petani dan lembaga pendukungnya, perbaikan dan peningkatan pemanfaatan irigasi, peningkatan akses petani terhadap permodalan, informasi teknologi pengolahan, serta perbaikan iklim usaha khususnya di sektor pertanian dan yang berkaitan. Revitalisasi kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan petani menurut Saptana dan Ashari 2007 akan mampu meningkatkan produksi pertanian yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan.Upaya memperlancar sertifikasi tanah dan memastikan bentuk-bentuk yang tepat bagi penguasaan lahan juga akan membantu peningkatan produktifitas pertanian melalui akses petani terhadap permodalan. Hal ini terkait keterbatasan petani terhadap permodalan untuk investasi produktif, melalui adopsi teknologi maju pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas Nuryartono, et al., 2005. Selain itu Suparno 2010 yang menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah di sektor pertanian perlu ditekankan kembali agar lebih berorientasi pada penduduk miskin, karena selama tahun 2002-2008 manfaat pertumbuhan sektor pertanian lebih banyak dinikmati oleh penduduk tidak miskin daripada penduduk miskin. Berdasarkan uraian tersebut berbagai cara dapat ditempuh pemerintah dalam rangka meningkatkan produktifitas pertanian, yang banyak menopang kehidupan penduduk miskin. Pengadaan infrastruktur pedesaan yang lebih terarah, riset dan penyuluhan pertanian akan membantu petani dalam meningkatkan produktifitasnya. Perluasan jangkauan layanan keuangan bagi petani, revitalisasi pertanian melalui investasi di bidang infrastruktur pertanian dan membangun kembali riset dan penyuluhan secara desentralisasi, sehingga memungkinkan peningkatan keterlibatan masyarakat. Memperlancar sertifikasi tanah, serta perbaikan sistem informasi juga akan berdampak pada produktifitas pertanian sebagai usaha yang berbasis pedesaan World Bank, 2006. Peningkatan peran smallholder di bidang pertanian sebagai strategi pro poor growth juga akan meningkatkan produktifitas pertanian Birner, 2010. Program subsidi pupuk dan subsidi benih juga berdampak terhadap peningkatan produktifitas pertanian khususnya tanaman padi dan jagung serta peningkatan pendapatan petani IPB, 2010.

6.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang digunakan dalam estimasi ini digunakan sebagai pembeda dari ketiga persamaan. Tingkat pendidikan yang didekati dengan rata-rata lama sekolah RLS dibagi menurut jenis kelamin, sehingga persamaan pertama menggunakan rata-rata lama sekolah total RLS, persamaan kedua menggunakan rata-rata lama sekolah perempuan RLSP dan persamaan ketiga menggunakan rata- rata lama sekolah laki-laki RLSL.