21 distribusi adalah efek dari perubahan dalam distribusi pendapatan relatif yang
independen terhadap rata-ratanya.
Sumber: Bourguignon 2004 Gambar 5. Hubungan antara Kemiskinan, Tingkat Pendapatan Agregat dan
Distribusi Pendapatan Gambar 6. menunjukkan perubahan tingkat kemiskinan, dimana sumbu x
menunjukkan kepadatan distribusi pendapatan yaitu jumlah individu pada tiap level pendapatan dalam skala logaritma. Sumbu y menunjukkan share penduduk
pada level pendapatan tertentu terhadap seluruh jumlah penduduk. Misalkan pada distribusi awal jumlah penduduk miskin adalah area di bawah kurva sebelah kiri
garis kemiskinan dan diasumsikan pendapatan perkapita penduduk mengikuti distribusi log Normal.
Peningkatan pada pendapatan seluruh lapisan masyarakat dengan distribusi tetap, berarti distribusi pendapatan bergeser ke kanan dan bentuk kurva tetap,
sehingga penduduk yang masuk kategori miskin menjadi sebesar daerah yang diarsir gelap dan daerah terang. Efek pertumbuhan menyebabkan jumlah
penduduk miskin akan berkurang sebesar daerah yang diarsir lebih terang, sehingga jumlah orang miskin sekarang sebesar daerah yang diarsir gelap dan
daerah terang. Perubahan menjadi distribusi yang lebih merata dengan tingkat pendapatan tetap, berarti distribusi pendapatan semakin menyempit, menyebabkan
penduduk yang masuk kategori miskin semakin sedikit daerah terang. Efek
Kemiskinan Absolut dan Pengentasan
Kemiskinan
Distribusi dan Perubahan Distribusi
Tingkat Pendapatan dan Pertumbuhan
Agregat
Strategi Pembangunan
distribusi menyebabkan jumlah penduduk miskin berkurang sebesar daerah yang diarsir gelap, sehingga jumlah orang miskin sekarang sebesar daerah terang.
Sumber: Bourguignon 2004 Gambar 6. Perubahan Kemiskinan karena Efek Pertumbuhan dan Efek Distribusi
Peningkatan pendapatan dan perbaikan distribusi pendapatan masyarakat secara bersama-sama akan menggeser distribusi pendapatan ke kanan dan
mempersempit ketimpangan antar individu. Hal ini akan mengurangi kemiskinan sebesar daerah diarsir gelap ditambah dengan daerah diarsir lebih terang, sehingga
semakin efektif dalam mengentaskan kemiskinan. Pada kondisi ini maka jumlah orang miskin akan sebesar daerah terang.
Hubungan pertumbuhan dan kemiskinan, Kakwani dan Son 2006 berpendapat bahwa pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kemiskinan tidak
hanya melalui pertumbuhan itu sendiri, tetapi juga melalui cara pendistribusian manfaat pertumbuhan diantara penduduk. Kombinasi antara pertumbuhan dan
redistribusi pendapatan dalam porsi yang tepat diperlukan untuk membuat pertumbuhan dapat bermanfaat bagi penduduk miskin sehingga proses
pengurangan kemiskinan menjadi optimal.
23
2.6 Faktor-faktor yang memengaruhi Pro poor growth
Isu tentang pro poor growth yang semula didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pengurangan penduduk miskin oleh
World Bank, selanjutnya oleh para peneliti seperti Ravallion dan Chen 2001, Son 2003, Kakwani dan Son 2006 mendefinisikan pro poor growth sebagai
suatu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi akan memberikan manfaat yang lebih ke penduduk miskin. Penduduk miskin mempunyai kesempatan untuk merubah
kondisi perekonomiannya, sehingga bisa keluar dari kondisi miskin. Isu pro poor growth
erat kaitannya dengan pengentasan kemiskinan, dan faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan akan memengaruhi juga pro poor
growth .
Produktifitas sektor pertanian
Bekerja di sektor pertanian akan memberikan peluang untuk menjadi miskin, sehingga investasi di sektor pertanian merupakan prioritas utama dalam
pengentasan kemiskinan. Luas lahan yang dimiliki bukanlah sebagai faktor utama yang harus dipenuhi, akan tetapi lebih ke kualitas lahan dan produktifitas sektor
pertanian Geda, et al, 2005. Menurut Klasen 2007 produktifitas di sektor tanaman pangan sebagai faktor penting yang berpengaruh terhadap pro poor
growth , khususnya negara yang sebagian besar penduduk miskin berada di
wilayah perdesaan. Meskipun investasi memegang peranan penting dalam menggerakkan pro poor growth, namun demikian upaya peningkatan
produktifitas di sektor pertanian menjadi lebih penting sebagai instrumen dalam menggerakkan pro poor growth.
Siregar dan Wahyuniarti 2007 dalam penelitiannya tentang Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin
menunjukkan bahwa share sektor pertanian terhadap PDB berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Suparno 2010 menyimpulkan bahwa
peningkatan PDRB sektoral khususnya pertanian merupakan faktor yang berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin.
Pengeluaran Pemerintah untuk Investasi Publik
Fan 2004 membuktikan bahwa pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur dan jasa di daerah pedesaan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
di sektor pertanian yang menjadi sektor terbesar terjadinya kemiskinan di Negara berkembang. Selain itu pengeluaran pembangunan untuk teknologi dan modal
manusia juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam pengentasan kemiskinan di Negara Berkembang, khususnya negara-negara di Afrika. Pengeluaran
pembangunan baik untuk infrastruktur, jasa, teknologi dan modal manusia terangkum sebagai pengeluaran investasi publik. Suparno 2010 juga menemukan
bahwa ternyata pengeluaran APBD sebagai proksi pengeluaran pemerintah untuk sektor publik berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk miskin.
Pengeluaran pemerintah dapat memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kemiskinan Fan, et al., 1999. Dampak langsung pengeluaran
pemerintah adalah manfaat yang diterima penduduk miskin dari berbagai program peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pekerja, serta skema bantuan dengan
target penduduk miskin. Dampak tidak langsung berasal dari investasi pemerintah dalam infrastruktur, riset, pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi penduduk,
yang secara simultan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh sektor dan berdampak pada penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dan peningkatan
pendapatan terutama penduduk miskin serta lebih terjangkaunya harga kebutuhan pokok. Iradian 2005 juga menyatakan bahwa selain ketimpangan pendapatan,
pengeluaran pemerintah juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kemiskinan.
Pendidikan bagi Kaum perempuan
Tingkat pendidikan kaum perempuan, khususnya bagi perempuan yang berperan sebagai kepala rumah tangga memberikan pengaruh yang besar terhadap
upaya pengurangan kemiskinan Geda, et al., 2005. Penelitian yang menunjukkan hubungan negatif antara pendidikan kaum perempuan dengan fertilitas, dengan
pendidikan yang semakin tinggi maka fertilitas akan semakin rendah yang akan berdampak pada ukuran rumah tangga, dimana ukuran rumah tangga merupakan
faktor penting yang berpengaruh terhadap kemiskinan. Hal ini terkait dengan dependency ratio
. Berkurangnya ketimpangan gender akan mempengaruhi pro
25 poor growth
, dimana peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan dan akses untuk bekerja akan mengurangi ketimpangan gender tersebut Klasen, 2007.
Mukherjee dan Benson 2003 meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan di Malawi menemukan dua
variabel penting yang berpengaruh. Dua variabel penting tersebut adalah tingkat pendidikan khususnya kaum perempuan, dan redistribusi tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor perdagangan dan jasa, terbukti efektif dalam mengurangi kemiskinan.
Tingkat Pendidikan bagi Kaum Laki-laki
Geda, et al., 2005 meneliti tentang faktor-faktor yang menentukan kemiskinan di Kenya menyimpulkan tiga hal yang berpengaruh terhadap
kemiskinan, salah satunya yaitu tingkat pendidikan dari kepala rumah tangga. Semakin rendah tingkat pendidikan kepala rumah tangga akan semakin besar
memberikan peluang yang lebih besar bagi rumah tangga menjadi miskin. Kepala rumah tangga yang biasanya dipegang oleh kaum laki-laki, sehingga tingkat
pendidikan bagi laki-laki bepengaruh terhadap pengurangan kemiskinan.
Tingkat Pendidikan
Klasen 2007 menemukan bahwa peningkatan kepemilikan asset dasar bagi penduduk miskin akan berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan. Asset
dasar yang dimaksud adalah modal manusia, dalam hal ini adalah pendidikan penduduk miskin. Fan 2004 juga membuktikan bahwa modal manusia dalam
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan khususnya negara-negara di Afrika. Demikian pula halnya dengan Siregar dan
Wahyuniarti 2007 menemukan variabel yang signifikan dan relatif paling besar pengaruhnya terhadap penurunan kemiskinan adalah pendidikan.
Ketimpangan Pendapatan Pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal, investasi publik,
desentralisasi fiskal yang berpihak ke masyarakat miskin serta jaring pengaman sosial yang fokus ke daerah tertinggal berperan terhadap pengurangan
ketimpangan wilayah, dimana penurunan ketimpangan antar wilayah berpengaruh