19 dengan mengharapkan proses trickle down effect dari pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi merupakan syarat keharusan untuk mengurangi kemiskinan.
Dollar dan Kraay 2002 menyatakan bahwa secara rata-rata, pendapatan kelompok termiskin dalam masyarakat akan meningkat secara proporsional
dengan peningkatan pendapatan rata-rata. Peningkatan pendapatan rata-rata berarti peningkatan pendapatan dari kelompok termiskin, yang selanjutnya
mengubah kondisi perekonomian kelompok termiskin dan mengurangi kemiskinan. World Bank 2006 dalam ikhtisarnya menuliskan empat butir
penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu i mengurangi kemiskinan dari segi pendapatan melalui pertumbuhan, ii memperkuat
kemampuan sumber daya manusia, dan iii mengurangi tingkat kerentanan dan risiko di antara rumah tangga miskin, dan juga iv memperkuat kerangka
kelembagaan untuk melakukannya dan membuat kebijakan publik lebih memihak masyarakat miskin.
2.5 Pro poor growth
Konsep Pro poor growth dijelaskan secara implisit oleh World Bank pada tahun 1990 dalam laporannya dengan ‘broadbased growth’. Kemudian istilah pro
poor growth baru dijelaskan secara eksplisit dalam bahan kajian World Bank pada
tahun 1993. Sejak saat itu isu pro poor growth telah menarik perhatian secara luas berbagai kalangan. Pro poor growth merupakan hubungan timbal-balik antara tiga
unsur: pertumbuhan, kemiskinan, dan ketidakmerataan. Tingkat kemiskinan tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh level
dan perubahan ketidakmerataan distribusi pendapatan. Menurut World Bank 2008 terdapat empat metode pengukuran pro poor
growth meliputi:
1. Pro poor growth Index PPGI dikemukakan oleh Kakwani and Pernia pada tahun 2000.
2. Poverty Bias of Growth PBG dikemukakan oleh Kakwani pada tahun 2000. 3. Poverty Growth Curve PGC dikemukakan oleh Son pada tahun 2003.
4. Poverty Equivalent Growth Rate PEGR dikemukakan oleh Kakwani, et. al. pada tahun 2004.
Ravallion 2004 mendefinisikan pro poor growth sebagai peningkatan PDB yang menurunkan kemiskinan. Menurut definisi ini, pertumbuhan yang
diikuti dengan penurunan kemiskinan termasuk pro poor growth, meskipun tidak terjadi perbaikan distribusi pendapatan. Sedangkan badan-badan internasional
seperti PBB, Organization for Economic Cooperation and Development OECD, UNDP, dan World Bank lebih sering menggunakan definisi pro poor growth
sebagai pertumbuhan ekonomi yang lebih menguntungkan penduduk miskin dan memberikan kesempatan pada kelompok penduduk miskin untuk memperbaiki
situasi ekonomi seperti dikemukakan Kakwani, et al. 2004. Kakwani dan Pernia 2000, dan Son 2003 menuliskan pro-poor growth
tidak hanya memperhitungkan pengurangan tingkat kemiskinan namun distribusi pendapatan yang lebih merata. Pada prinsipnya pengurangan kemiskinan
bergantung pada dua faktor yaitu pertumbuhan dan distribusi pendapatan antara penduduk miskin kelas bawah dan kaya kelas atas. Grimm, et. al. 2007
menuliskan tentang strategi ‘pro poor growth’ yaitu strategi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang mendorong peningkatan pendapatan dari masyarakat
miskin
Bourguignon 2004 menjelaskan hubungan pertumbuhan dan kemiskinan dalam bentuk hubungan segitiga pertumbuhan, ketidakmerataan dan kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada distribusi pendapatan atau dapat juga dengan meningkatkan level pendapatan
mendorong pertumbuhan. Kelompok dengan pendapatan rendah akan mendapatkan tambahan pendapatan melalui redistribusi pendapatan, sehingga bisa
memenuhi kebutuhan dasarnya dan dapat terbebas dari kemiskinan. Sedangkan dengan meningkatkan tingkat pendapatan, pertumbuhan ekonomi harus cukup tinggi
sehingga secara rata-rata pendapatan masyarakat naik. Kenaikan pendapatan ini akan meningkatkan taraf hidup dan mengentaskan dari kemiskinan.
Gambar 5. merupakan penjelasan grafis dari efek pertumbuhan dan efek distribusi terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Efek pertumbuhan
adalah efek perubahan secara proporsional pada seluruh level pendapatan sehingga secara relatif distribusi pendapatan tidak berubah. Sedangkan efek
21 distribusi adalah efek dari perubahan dalam distribusi pendapatan relatif yang
independen terhadap rata-ratanya.
Sumber: Bourguignon 2004 Gambar 5. Hubungan antara Kemiskinan, Tingkat Pendapatan Agregat dan
Distribusi Pendapatan Gambar 6. menunjukkan perubahan tingkat kemiskinan, dimana sumbu x
menunjukkan kepadatan distribusi pendapatan yaitu jumlah individu pada tiap level pendapatan dalam skala logaritma. Sumbu y menunjukkan share penduduk
pada level pendapatan tertentu terhadap seluruh jumlah penduduk. Misalkan pada distribusi awal jumlah penduduk miskin adalah area di bawah kurva sebelah kiri
garis kemiskinan dan diasumsikan pendapatan perkapita penduduk mengikuti distribusi log Normal.
Peningkatan pada pendapatan seluruh lapisan masyarakat dengan distribusi tetap, berarti distribusi pendapatan bergeser ke kanan dan bentuk kurva tetap,
sehingga penduduk yang masuk kategori miskin menjadi sebesar daerah yang diarsir gelap dan daerah terang. Efek pertumbuhan menyebabkan jumlah
penduduk miskin akan berkurang sebesar daerah yang diarsir lebih terang, sehingga jumlah orang miskin sekarang sebesar daerah yang diarsir gelap dan
daerah terang. Perubahan menjadi distribusi yang lebih merata dengan tingkat pendapatan tetap, berarti distribusi pendapatan semakin menyempit, menyebabkan
penduduk yang masuk kategori miskin semakin sedikit daerah terang. Efek
Kemiskinan Absolut dan Pengentasan
Kemiskinan
Distribusi dan Perubahan Distribusi
Tingkat Pendapatan dan Pertumbuhan
Agregat
Strategi Pembangunan