Produktifitas Sektor Pertanian Faktor yang Memengaruhi

produktifitas pertanian melalui akses petani terhadap permodalan. Hal ini terkait keterbatasan petani terhadap permodalan untuk investasi produktif, melalui adopsi teknologi maju pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas Nuryartono, et al., 2005. Selain itu Suparno 2010 yang menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah di sektor pertanian perlu ditekankan kembali agar lebih berorientasi pada penduduk miskin, karena selama tahun 2002-2008 manfaat pertumbuhan sektor pertanian lebih banyak dinikmati oleh penduduk tidak miskin daripada penduduk miskin. Berdasarkan uraian tersebut berbagai cara dapat ditempuh pemerintah dalam rangka meningkatkan produktifitas pertanian, yang banyak menopang kehidupan penduduk miskin. Pengadaan infrastruktur pedesaan yang lebih terarah, riset dan penyuluhan pertanian akan membantu petani dalam meningkatkan produktifitasnya. Perluasan jangkauan layanan keuangan bagi petani, revitalisasi pertanian melalui investasi di bidang infrastruktur pertanian dan membangun kembali riset dan penyuluhan secara desentralisasi, sehingga memungkinkan peningkatan keterlibatan masyarakat. Memperlancar sertifikasi tanah, serta perbaikan sistem informasi juga akan berdampak pada produktifitas pertanian sebagai usaha yang berbasis pedesaan World Bank, 2006. Peningkatan peran smallholder di bidang pertanian sebagai strategi pro poor growth juga akan meningkatkan produktifitas pertanian Birner, 2010. Program subsidi pupuk dan subsidi benih juga berdampak terhadap peningkatan produktifitas pertanian khususnya tanaman padi dan jagung serta peningkatan pendapatan petani IPB, 2010.

6.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang digunakan dalam estimasi ini digunakan sebagai pembeda dari ketiga persamaan. Tingkat pendidikan yang didekati dengan rata-rata lama sekolah RLS dibagi menurut jenis kelamin, sehingga persamaan pertama menggunakan rata-rata lama sekolah total RLS, persamaan kedua menggunakan rata-rata lama sekolah perempuan RLSP dan persamaan ketiga menggunakan rata- rata lama sekolah laki-laki RLSL. Variabel RLS, RLSP, dan RLSL ketiganya signifikan pada tingkat α = η persen dalam mempengaruhi jumlah penduduk miskin, dengan nilai peluang koefisien RLS sebesar 0,000; peluang koefisien RLSP sebesar 0,020 dan peluang koefisien RLSL sebesar 0,006. Nilai koefisien RLS sebesar -2,2716 memiliki arti peningkatan rata-rata lama sekolah sebesar 1 persen akan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 2,2716 persen. Nilai memiliki arti yang lebih jelas ketika dibedakan berdasarkan gender, dimana peningkatan 1 persen rata-rata lama sekolah perempuan akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 1,1129 persen. Peningkatan 1 persen rata-rata lama sekolah laki-laki akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 1,5828 persen. Peningkatan human capital sebagai aset dasar bagi penduduk miskin akan berpengaruh terhadap pro poor growth yang berarti pula berpengaruh terhadap poverty reduction Klasen, 2007. Suparno 2010 juga menyatakan bahwa pentingnya peran pendidikan sebagai investasi modal manusia dalam rangka mengurangi kemiskinan. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas, sehingga output dan pendapatan juga rendah, selanjutnya terjadi kemiskinan. Sehingga peningkatan pendidikan khususnya penduduk miskin akan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya dan keluar dari kondisi miskin. Siregar dan Wahyuniarti 2007 menemukan variabel yang signifikan dan relatif paling besar pengaruhnya terhadap penurunan kemiskinan adalah pendidikan. Demikian juga dengan Fan 2004 yang membuktikan bahwa modal manusia dalam pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan khususnya di Negara-negara di Afrika. Geda, et. al. 2005 menemukan tiga hal yang berpengaruh terhadap kemiskinan di Kenya, salah satunya yaitu tingkat pendidikan dari kepala rumah tangga, dan tingkat pendidikan kaum perempuan. Semakin rendah tingkat pendidikan kepala rumah tangga akan semakin besar memberikan peluang bagi rumah tangga menjadi miskin. Peningkatan tingkat pendidikan perempuan berpengaruh terhadap penurunan fertilitas sehingga berdampak pada ukuran rumah tangga family size, yang merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemiskinan. Sejak tahun 2007, pemerintah melakukan berbagai langkah konsolidasi program bantuan untuk penduduk miskin dan hampir miskin. Program tersebut diwujudkan ke dalam paket bantuan program sebagai berikut: Paket Bantuan dan Perlindungan Sosial. Paket bantuan ini ditujukan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi dan air bersih. Paket ini diwujudkan dalam bentuk beras miskin raskin, Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas yang dulunya disebut Askeskin, BOS Bantuan Operasional Sekolah, PKH Program Keluarga Harapan dan BLT Bantuan Langsung Tunai. Melalui Paket Bantuan dan Perlindungan Sosial diharapkan terjadi peningkatan pada tingkat pendidikan penduduk miskin dan hampir miskin. Bantuan langsung diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin dan memiliki kesempatan yang lebih untuk pengeluaran di bidang pendidikan. Sedangkan untuk jangka panjang, melalui program PKH diharapkan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap kesehatan dan pendidikan. Pemerintah juga menerapkan wajib pendidikan dasar 9 tahun bagi anak usia sekolah dan membangunmerehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan terutama di wilayah perdesaan, daerah tertinggal, daerah konflik dan daerah bencana. Akses bagi anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan juga diperluas melalui Bantuan Operasional Sekolah BOS pada jenjang SD dan SLTP agar dapat membebaskan anak-anak dari pungutan sekolah terutama dari keluarga miskin. Berbagai beasiswa bagi siswa kurang mampu juga disediakan pemerintah untuk tingkat SLTA hingga Perguruan Tinggi agar tetap dapat melanjutkan pendidikannya. Selain itu pemerintah juga meningkatkan peran pendidikan informal seperti kelompok belajar kejar paket A,B,C, sekolah terbuka, kelompok belajar fungsional dan bimbingan ketrampilan di Sanggar Kelompok Belajar SKB. Selain itu pemerintah juga meningkatkan alokasi anggaran pendidikan sebesar minimal 20 persen dari APBN mulai tahun 2009 UU no 20 Tahun 2003. Bahkan 0,5 persen dari Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas