Tingkat Pendidikan Faktor yang Memengaruhi

tangga family size, yang merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemiskinan. Sejak tahun 2007, pemerintah melakukan berbagai langkah konsolidasi program bantuan untuk penduduk miskin dan hampir miskin. Program tersebut diwujudkan ke dalam paket bantuan program sebagai berikut: Paket Bantuan dan Perlindungan Sosial. Paket bantuan ini ditujukan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi dan air bersih. Paket ini diwujudkan dalam bentuk beras miskin raskin, Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas yang dulunya disebut Askeskin, BOS Bantuan Operasional Sekolah, PKH Program Keluarga Harapan dan BLT Bantuan Langsung Tunai. Melalui Paket Bantuan dan Perlindungan Sosial diharapkan terjadi peningkatan pada tingkat pendidikan penduduk miskin dan hampir miskin. Bantuan langsung diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin dan memiliki kesempatan yang lebih untuk pengeluaran di bidang pendidikan. Sedangkan untuk jangka panjang, melalui program PKH diharapkan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap kesehatan dan pendidikan. Pemerintah juga menerapkan wajib pendidikan dasar 9 tahun bagi anak usia sekolah dan membangunmerehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan terutama di wilayah perdesaan, daerah tertinggal, daerah konflik dan daerah bencana. Akses bagi anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan juga diperluas melalui Bantuan Operasional Sekolah BOS pada jenjang SD dan SLTP agar dapat membebaskan anak-anak dari pungutan sekolah terutama dari keluarga miskin. Berbagai beasiswa bagi siswa kurang mampu juga disediakan pemerintah untuk tingkat SLTA hingga Perguruan Tinggi agar tetap dapat melanjutkan pendidikannya. Selain itu pemerintah juga meningkatkan peran pendidikan informal seperti kelompok belajar kejar paket A,B,C, sekolah terbuka, kelompok belajar fungsional dan bimbingan ketrampilan di Sanggar Kelompok Belajar SKB. Selain itu pemerintah juga meningkatkan alokasi anggaran pendidikan sebesar minimal 20 persen dari APBN mulai tahun 2009 UU no 20 Tahun 2003. Bahkan 0,5 persen dari Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar UU no 33 Tahun 2004.

6.2.3 Jumlah Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin, dengan nilai koefisien yang signifikan pada tingkat 5 persen di ketiga persamaan. Tanda positif pada koefisien menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin, dengan asumsi ceteris paribus. Peningkatan pada jumlah penduduk, memiliki konsekuensi logis terhadap penyediaan fasilitas dasar pendidikan, kesehatan, kebutuhan pangan, dan perumahan. Jika pendapatan dan faktor yang lain diasumsikan tetap, maka peningkatan jumlah anggota keluarga akan mengurangi kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Dengan demikian akan meningkatkan peluang penduduk menjadi miskin. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang semula sebesar 1,49 persen 1990-2000 menjadi 1,52 persen 2000-2010. Peningkatan jumlah penduduk ini memiliki implikasi peningkatan kebutuhan dasar serta penyediaan sarana dan prasarana dasar basic need dan juga lapangan pekerjaan. Apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi, pertambahan jumlah penduduk tersebut akan mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin. Hasil ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Wahyuniarti 2007 bahwa jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Studi Indra 2008 juga menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan redistribusi pendapatan yang berjalan dengan baik, akan mampu mengatasi kemiskinan. Program Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, yang berpengaruh terhadap ukuran rumah tangga, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan terutama penduduk miskin. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk yang dibarengi dengan peningkatan tingkat pendidikannya, akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian penduduk, yang berarti pula peningkatan human capital. Hal ini berpengaruh terhadap produktifitasnya yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap pendapatan khususnya penduduk miskin. 6.2.4 Pengeluaran Pemerintah untuk Investasi Publik atau Investasi Pemerintah dan Ketimpangan Pendapatan Investasi pemerintah dan ketimpangan pendapatan keduanya tidak berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kemiskinan. Akan tetapi tanda pada koefisien menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk investasi publik investasi pemerintah berpengaruh terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin yang berarti pula berpengaruh terhadap pro poor growth, dengan asumsi ceteris paribus. Koefisien yang tidak signifikan pada level 5 persen ini mungkin disebabkan waktu penelitian yang kurang panjang. Pengeluaran investasi merupakan pengeluaran yang dapat dirasakan manfaatkannya dalam jangka panjang, sehingga jangka waktu 5 tahun masih kurang untuk melihat pengaruh investasi pemerintah terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk investasi publik berpengaruh terhadap poverty reduction yang berarti pula berpengaruh terhadap pro poor growth. Suparno 2010 menemukan bahwa peningkatan realisasi pengeluaran APBD sebesar 1 persen akan berdampak mengurangi penduduk miskin sebesar 0,112 persen. Peningkatan realisasi pengeluaran APBD akan meningkatkan kemampuan pemerintah terutama pemerintah daerah dari segi pendanaan dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan. Pengeluaran investasi publik di daerah pedesaan seperti investasi infrastruktur, invetasi di bidang pertanian dan investasi di bidang pendidikan berpengaruh terhadap pengurangan penduduk miskin Fan, 2004. Fan, et. al. 1999 juga menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap penduduk miskin. Demikian juga Iradian 2005 menyatakan bahwa selain ketimpangan pendapatan, pengeluaran pemerintah juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kemiskinan. Investasi pembangunan jalan desa, investasi di bidang kesehatan dan pendidikan akan meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanannya World Bank, 2006. Faktor ketimpangan pendapatan yang didekati dengan nilai Indeks Gini digunakan dalam estimasi persamaan faktor yang mempengaruhi pro poor growth dengan pendekatan poverty reduction. Walaupun koefisien dari Indeks Gini tidak signifikan pada tingkat 5 persen, tanda positif pada koefisien menunjukkan bahwa peningkatan ketimpangan pendapatan yang dinyatakan dengan peningkatan nilai Indeks Gini akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin, meskipun penurunan Indeks Gini bukan berarti akan menurunkan kemiskinan. Aspek ekuitas distribusi pendapatan yang lebih merata dari pro poor growth pertumbuhan yang berpihak ke penduduk miskin akan memperkuat dampak pertumbuhan terhadap pengentasan kemiskinan Kakwani dan Pernia, 2000. Grimm, et. al. 2007 juga menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan atau aspek ekuitas secara langsung akan mengurangi kemiskinan, meningkatkan dampak pertumbuhan terhadap kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan yang selanjutnya mempercepat pengentasan kemiskinan. Peningkatan ketimpangan antar wilayah akan berpengaruh terhadap pro poor growth yang berarti pula berpengaruh terhadap poverty reduction Klasen, 2007. Ketimpangan antar wilayah salah satunya bisa didekati dengan ketimpangan pendapatan antar wilayah yang bisa dilihat dari ukuran indeks gininya. Demikian juga dengan Gelaw 2010 yang menyatakan bahwa kemiskinan akan tetap tinggi jika pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pro poor growth merupakan peningkatan pendapatan growth yang memberikan manfaat yang lebih besar ke pihak miskin daripada non-miskin Kakwani dan Pernia, 2000. Selanjutnya badan-badan internasional seperti PBB, Organization for Economic