V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan resmi bernama Mitra Mina Nusantara pada tahun 2010, sebelumnya usaha pemasaran benih ikan air tawar yang dirintis sejak tahun 2007
oleh mahasiswa Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor IPB, yaitu Agus Purnomo dan Prawira sempat berganti nama dua kali terkait perubahan
manajemen perusahaan. Nama pertama PT MMN adalah Mina Nusantara Abadi hasil kerjasama Agus, Prawira, dan Toto. Dengan keterbatasan modal, Agus yang
saat itu berstatus mahasiswa departemen budidaya perikanan IPB meminjam kolam laboratorium budidaya perikanan untuk menjalankan usahanya. Kerjasama
mulai dilakukan dengan PT Cherax Farmindo Makmur dan pengiriman benih patin pun dilakukan. Sebagai orang Palembang, Toto menyarankan untuk mulai
memasarkan benih patin di sana karena pasar masih terbuka lebar. Akhirnya pengiriman ke Palembang mulai dilakukan dengan mengambil benih dari petani,
kemudian dikirim. Pengiriman ke Palembang sudah dilakukan sampai tiga kali hingga didapatlah langganan. Selang beberapa bulan, permintaan benih ikan patin
semakin bertambah banyak. Peluang itu dimanfaatkan dengan menampung benih ikan patin seukuran larva dari beberapa usaha pembenihan ikan di Bogor. Benih
ikan patin tersebut kemudian ditawarkan ke beberapa perusahaan budidaya dan pembesaran ikan patin di berbagai daerah.
Pada tahun 2008 PT Cherax Farmindo makmur mengalami kebangkrutan, sehingga hubungan kerjasama antara Mina Nusantara Abadi terputus.
Ketersediaan benih patin seringkali fluktuatif karena pengaruh cuaca yang ekstrim sehingga tidak jarang perusahaan harus membeli benih ikan patin ke Subang,
Jawa Barat untuk memenuhi permintaan pelanggannya. Kondisi usaha yang sedang menurun diiringi mundurnya Toto dari tim membuat Mina Nusantara
Abadi akhirnya dibubarkan. Keinginan yang kuat untuk tidak tergantung kepada orang lain menimbulkan tekad yang kuat dari Agus dan Prawira untuk terus
berusaha meskipun tanpa suntikan dana dari PT Cherax Farmindo Makmur. Ide untuk menjalankan bisnis pemasaran benih ikan semakin berkembang
ketika melihat situasi dan peluang dimana saat itu pasaran di Palembang terbuka
lebar. Agus dan Prawira pun membuat Mitra Patin Indonesia dengan tambahan orang yaitu Yayat. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha ini semakin ramai,
namun pesaing juga semakin banyak jumlahnya. Awal tahun 2009, terjadi penurunan permintaan benih ikan patin secara drastis. Hal ini disebabkan karena
harga ikan patin konsumsi jatuh dari harga Rp 12.000 – 18.000 per kg menjadi Rp
8.000 – 9.000 per kg begitu pula dengan harga benih. Pada saat itu harga benih
ikan patin hanya mencapai Rp 60 per ekor. Keadaan ini menyebabkan para pembudidaya ikan patin mengurangi aktivitas pembesaran patin dan beralih ke
ikan jenis lain. Keadaan ini membuat usaha pembibitan ikan milik Agus jatuh karena banyak bibit yang tidak terjual. Pada Januari 2009, mobil yang
mengantarkan benih ikan masuk ke dalam jurang dan hancur. Dua minggu setelah peristiwa itu, mobil yang dipakai untuk mendistribusikan benih ke Palembang
terbalik. Kedua peristiwa ini menyebabkan supir luka-luka dan benih ikan banyak yang mati. Berbagai kendala ini diiringi dengan masalah internal yang terjadi.
Pada April 2009 kongsi antara Agus, Prawira, dan Yayat berakhir dan Mitra Patin Indonesia bubar.
Seiring dengan berakhirnya Mitra Patin Indonesia, Agus dan Prawira tetap melanjutkan usaha mereka. Pemasaran benih ini terus dilakukan walaupun dengan
modal minus di petani. Pembayaran dilakukan dengan sistem hutang, mereka mengambil benih dari petani dan baru membayarnya ketika mereka sudah
mendapat bayaran dari konsumennya. Hal ini terus berlanjut hingga Desember 2009. Pada awal 2010, Agus menawarkan kerjasama dengan Fauzan, dan mereka
tergabung dalam Mitra Mina Nusantara yang berarti usaha perikanan yang bergerak secara nasional dengan konsep kemitraan bukan monopoli. Mitra Mina
Nusantara telah berubah bentuk usaha menjadi perseroan terbatas per 21 Maret 2011. Saat ini PT Mitra Mina Nusantara bergerak dibidang distribusi benih patin,
lele, nila, lobster, bawal, baung, gurame, grasscarp, dll, obat-obatan, perlengkapan ikan hias, dan pakan ke seluruh Indonesia serta melakukan budidaya
patin ukuran ¾ inch hingga menjadi 1 inch keatas, ikan hias dan lobster. Hingga saat ini jumlah pengiriman per bulan berkisar antara 600.000
– 3.000.000 ekor benih dengan nominal omzet mencapai Rp 60
– 200 juta per bulan.
5.2 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan