bulan. Sebagian pasar PT MMN ialah pedagang dan pendeder benih 90 persen dengan pelanggan tetap lebih dari 6 orang. Pemasaran dilakukan melalui internet,
pameran, alumni IPB, dan kunjungan langsung ke petani.
5.8 Rencana Pengembangan Usaha
Pola pengembangan PT MMN ditujukan untuk memproyeksikan rencana- rencana strategis pengembangan perusahaan jangka panjang. Selain benih, PT
MMN berencana membuat unit pembuatan pakan murah, pengolahan ikan fillet ikan, ikan asap dan penjualan daging ikan segar untuk membantu penyaluran
hasil produksi petani di daerah. Harga pakan yang mahal dan harga jual ikan yang fluktuatif mengakibatkan banyak petani yang gulung tikar karena rendahnya harga
jual daging mereka. Dengan membangun unit pembuatan pakan murah, industri pengolahan dan unit penjualan ikan segar, PT MMN mengharapkan hal ini akan
berdampak besar bagi petani daging di daerah. Berikut adalah deskripsi usaha yang direncanakan oleh PT MMN:
a. Unit pembuatan dan penjualan pakan murah
Target pasar : petani pembesaran ikan di Jabodetabek, Lampung, Sumatera Selatan dari perkiraan benih yang jual, diperkirakan PT MMN dapat menjual
30 hingga 300 ton pakan per bulan Formulasi pakan yang digunakan sesuai dengan bahan baku lokal daerah
pemasaran sehingga harga pakan menjadi terjangkau b.
Unit penjualan ikan segar Target pasar: eceran rumah tangga, rumah makancatering dan
pemancingan. Wilayah incaran sementara berfokus di Jabodetabek, namun dapat dipasarkan pula ke seluruh Indonesia.
VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN
6.1 Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pemasaran Benih Ikan Patin
PT Mitra Mina Nusantara PT MMN dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko operasional. Risiko operasional ini mempengaruhi
banyaknya benih ikan patin yang berhasil dikirim, sehingga akan mempengaruhi penerimaan perusahaan. Semakin tinggi risiko operasional yang dihadapi
perusahaan maka tingkat penerimaan akan semakin kecil. Kemungkinan kejadian merugikan atau risiko yang terjadi di PT MMN dikategorikan sebagai risiko
operasional yang disebabkan oleh sumberdaya manusia, teknologi, alam, serta proses yang tidak sesuai. Pengelompokkan risiko didasarkan pada penyebab
utama untuk risiko sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses. Output atau hasil dari identifikasi risiko adalah daftar risiko. Risiko-risiko yang mungkin
muncul dan membahayakan bagi perusahaan kemudian dimasukkan ke dalam daftar risiko pada Tabel 5, 6, 7, dan 8. Risiko-risiko yang terdapat pada Tabel 5, 6,
7, dan 8 diidentifikasi dari setiap aktivitas yang dilakukan di bagian penanganan dan distribusi yang telah teridentifikasi kemudian dikelompokkan sesuai dengan
faktor penyebab di risiko operasional. Setelah semua risiko yang perlu diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat kemudian risiko-risiko yang ada pada
daftar risiko tersebut diukur. Dengan demikian proses selanjutnya setelah identifikasi risiko adalah pengukuran risiko.
6.1.1 Risiko Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia SDM merupakan aset terpenting dalam perusahaan namun manusia dapat pula menjadi sumber risiko bagi perusahaan. Ada tiga hal
dari manusia yang dapat menyebabkan risiko yaitu menyangkut kompetensi, moral, dan selera. Beberapa risiko operasional yang terjadi pada PT MMN yang
bersumber dari manusia antara lain kecelakaan kerja yang terjadi pada kegiatan distribusi yang menyebabkan seorang supir PT MMN meninggal. Pemilihan
kendaraan untuk pengiriman benih juga dapat memberikan risiko apabila kendaraan tersebut tidak mengantarkan benih dalam waktu yang diperkirakan
sebelumya. Hal ini pernah terjadi ketika perusahaan menggunakan bus sebagai
kendaraan yang mengangkut benih. Bus digunakan dengan perkiraan wilayah pengiriman dilalui oleh bus tersebut dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit
sehingga biaya pengiriman dapat ditekan. Kelalaian dalam pengepakan yang menyebabkan benih ikan mati,
ketidaktelitian dalam pengepakan terutama untuk penggunaan sistem terbuka dimana gentong yang digunakan untuk pengiriman kemasukan bahan kimia yang
dapat membunuh benih ikan di dalamnya, serta ketidaktelitian dalam persiapan pengepakan yang dapat memperlambat waktu benih diluar kondisi seharusnya
juga merupakan keadaan yang dapat menyebabkan risiko. Kelalaian adalah sikap ketidakhati-hatian dan berlambat-lambat dalam mengerjakan kewajiban atau
pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Risiko lainnya yaitu kesalahan dalam melihat kondisi ikan dalam proses pengecekan, sehingga ikan yang tidak telalu
sehat diikutsertakan dalam pengiriman.
Tabel 5.
Daftar Risiko Sumberdaya Manusia No.
Risiko Kejadian yang Merugikan Penyebab
1. Ketidaktelitian dalam melihat kondisi ikan
SDM 2.
Ketidaktelitian dalam sampling benih ikan SDM
3. Ketidaktelitian dalam pengepakan yang
menyebabkan benih ikan mati SDM
4. Kelalaian
dalam pengepakan SDM
5. Ketidaktelitian dalam persiapan pengepakan
SDM 6.
Pemilihan kendaraan yang salah SDM
7. Pembajakan tenaga kerja
SDM 8.
Kecelakaan yang menyebabkan benih ikan mati SDM 9.
Berkurangnya motivasi pimpinan SDM
10. Berubahnya status pekerja yang membuat
SDM
permintaan gaji lebih besar 11.
Lupa memeriksa benih ikan yang masuk SDM
12. Lupa membawa serta peralatan pengepakan
SDM
6.1.2 Risiko Teknologi
Risiko teknologi merupakan potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. PT MMN memiliki keunggulan
dalam hal teknologi pengiriman benih ikan. Benih ikan yang berukuran kecil, mudah mati dan tidak tahan goncangan dikemas sedemikian rupa hingga tahan
untuk perjalanan kurang lebih 2 hari. Sebelumnya PT MMN juga mengalami berbagai masalah terkait pengemasan ikan yang kurang baik sehingga ikan lebih
cepat mati, namun berkat beberapa trial and error akhirnya didapat standar baku dalam hal pengepakan ikan yang akan dikirim. Teknologi tersebut terletak pada
waktu pemuasaan ikan serta standar tingkat kepadatan pada tiap pengiriman. Standar pengiriman menggunakan kargo bandara, adalah satu box terdiri
dari 6 kantong ukuran 40x60 cm. Tiap kantong diisi 2,5 liter air dengan isi ikan tergantung ukuran, target lokasi kirim, dan skill penerima. Oksigen yang
digunakan kurang lebih 3 kali volume air. Pengiriman darat dapat dilakukan dengan sistem terbuka maupun tertutup. Pengiriman menggunakan kantong
dilakukan apabila jaraknya tidak terlalu jauh. Kantong ukuran 40x60 cm diisi 10 liter air dengan kadar oksigen semaksimal mungkin. Kantong tersebut berisi 750
hingga 1000 ekor ikan tergantung ukuran dan jarak. Penggunaan gentong digunakan apabila pesanan dilakukan dalam jumlah besar dan jarak yang jauh
namun dapat ditempuh lewat jalur darat. Air yang digunakan dalam gentong kira- kira 200 liter hingga gentong penuh dengan jumlah ikan ukuran ¾ inchi 35.000-
50.000 ekor, ukuran 1 inchi 30.000-40.000 ekor, 1,5 inchi berisi 17.000-25.000 dan untuk ikan ukuran 2 inchi akan diisi 10.000-15.000 ekor.
Pada pengiriman yang dilakukan oleh PT Mitra Mina Nusantara, ada beberapa hal yang sangat diperhatikan, yaitu suhu, kadar oksigen terlarut, kadar
amoniak, dan sebisa mungkin mencegah ikan stress. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mukti 2010 mengenai efektivitas penambahan zeolit dan karbon aktif terhadap kelangsungan hidup benih ikan patin
Pangasionodon sp. pada pengangkutan sistem tertutup yang dilakukan di PT Mitra Mina Nusantara. Suhu merupakan suatu variabel kualitas air yang sangat
mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya Jensen 1990. Suhu yang meningkat akan meningkatkan proses biokimia yang terjadi pada tubuh ikan.
Sebaliknya, saat terjadi penurunan suhu, maka proses metabolisme dalam tubuh ikan mengalami penurunan. Stickney 1979 menyebutkan bahwa fluktuasi suhu
yang membahayakan bagi ikan adalah 5
o
C dalam satu jam, sedangkan selama proses pengangkutan fluktuasi suhu harian hanya sebesar 1-2
o
C selama 24 jam. Konsentrasi oksigen terlarut DO dalam media pengepakan menunjukkan
DO semakin menurun seiring bertambahnya waktu. Merkens dan Dwoning 1957 dalam Boyd 1990 menyebutkan bahwa ketika konsentrasi oksigen rendah maka
toksisitas amoniak akan meningkat. kandungan oksigen terlarut yang baik untuk transportasi ikan harus lebih dari 2 mg O
2
l Pescod 1971. Selain itu Gomes et al 2006 menyatakan bahwa konsentrasi DO di bawah 2 mgl dapat menyebabkan
kematian sebagian besar ikan pada transportasi sistem tertutup. Feses ikan yang keluar pada saat transportasi menyebabkan kekeruhan
yang dapat meningkatkan kematian ikan, karena kekeruhan yang berlebihan dapat menyumbat insang dalam proses respirasi ikan yang menyebabkan kematian pada
ikan. Ikan yang mati pada proses pengepakan dapat menyebabkan meningkatnya kekeruhan dan meningkatkan konsentrasi TAN amoniak dalam media air. Van
Wayk et al 1999 dalam Ghozali 2007 menyebutkan bahwa kandungan protein ikan terdapat pada unsur nitrogen yang merupakan komponen utama senyawa
metabolitoksik. Degradasi gugus amin ini di dalam perairan akan menghasilkan senyawa nitrogen NO
2
dan amoniak yang menyebabkan makin tingginya konsentrasi NH
3
di dalam media pengepakan. NH
3
merupakan amoniak yang lebih bersifat toksik oleh organisme perairan, toksisitas amoniak terhadap
organisme akuatik akan meningkat jika di dalam media pengangkutan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut DO, meningkatnya pH dan suhu Effendi,
2003. Boyd 1990 menyatakan bahwa konsentrasi NH
3
yang tinggi di dalam air mempengaruhi permeabilitas ikan oleh air dan juga mengurangi konsentrasi ion di
dalam tubuh. Amoniak juga meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang, dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen
yang dapat menyebabkan kematian ikan. Meningkatnya stres pada ikan dalam pengepakan menyebabkan ikan akan
membutuhkan oksigen dalam jumlah yang banyak untuk pernafasan sehingga CO
2
sebagai hasil
pernafasan tersebut
meningkat. Wedemeyer,
1996 merekomendasikan bahwa selama transportasi konsentrasi CO
2
dipertahankan dibawah 30-40 mgl.
Teknologi bisa menjadi sumber risiko pada PT MMN dalam hal kesesuaian teknologi yang digunakan saat ini tidak lagi dapat memberikan hasil
yang maksimal, misalnya teknologi pengepakan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Perubahan kualitas dan spesifikasi benih juga dapat
menyebabkan teknologi pengemasan saat ini tidak lagi sesuai. Penurunan kualitas pada penerapan teknologi karena teknologi yang salah digunakan dapat
menimbulkan risiko pada perusahaan karena tidak sesuai dengan kondisi internal maupun eksternal perusahaan lingkungan, keadaan di jalan. Teknologi yang
digunakan salah ataupun tidak sesuai standar juga mencerminkan bahwa cara sesuai standar lebih baik dalam pengiriman benih.
Tabel 6. Daftar Risiko Teknologi
No. Risiko Kejadian yang Merugikan
Penyebab 1.
Teknologi yang salah digunakan Teknologi
2. Teknologi penanganan tidak sesuai standar
Teknologi 3.
Alat aerasi rusak Teknologi
6.1.3 Risiko Alam
Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko ketika
banjir ataupun bencana alam lain membuat suatu sarana umum menjadi rusak sehingga proses pengiriman menjadi terhambat. Kondisi alam dan makhluk alam
juga dapat menjadi penyebab munculnya risiko alam. Kegiatan penanganan dan distribusi sangat akrab dengan risiko alam. Perubahan suhu yang sering terjadi
menyebabkan munculnya jamur dan protozoa yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup ikan. Alat transportasi yang digunakan untuk
mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Pengiriman lewat jalur udara sangat tergantung dengan kondisi cuaca baik di
daerah pengiriman maupun tujuan. Terganggunya jadwal pesawat akibat adanya hujan, angin kencang,
maupun kondisi cuaca lain yang menyebabkan pesawat tersebut tidak dimungkinkan untuk terbang membuat pengiriman tertunda. Tertundanya waktu
pengiriman membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati diperjalanan karena sudah melebihi perkiraan waktunya. Bencana alam
yang pernah membuat jembatan putus pada jalur lintas Sumatera membuat pengiriman via jalan darat tidak dapat dilakukan. Adanya deviasi waktu membuat
perkiraan waktu bertahan benih ikan dalam kemasan tidak lagi sesuai sehingga tingkat mortalitas benih menjadi tinggi.
Tabel 7.
Daftar Risiko Alam No.
Risiko Kejadian yang Merugikan Penyebab
1. Banjir membuat proses pengiriman menjadi terhambat.
Alam 2.
Perubahan suhu yang sering terjadi menyebabkan munculnya jamur dan protozoa yang dapat mengganggu
keberlangsungan hidup ikan Alam
3. Terganggunya jadwal pesawat akibat adanya hujan, angin
kencang, maupun kondisi cuaca lain yang menyebabkan pesawat tersebut tidak dimungkinkan untuk terbang
membuat pengiriman tertunda Alam
4. Bencana alam yang pernah membuat jembatan putus pada
jalur lintas sumatera membuat pengiriman via jalan darat Alam
tidak dapat dilakukan
6.1.4 Risiko Proses
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam
kombinasi sumberdaya SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material dan karena perubahan lingkungan. Proses pada risiko proses disini
adalah serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan pemasaran benih
ikan patin terkait dengan adanya proses untuk pengadaan benih, menangani benih ikan yang datang, proses penanganan benih, proses pembagian benih ke beberapa
daerah dan konsumen sesuai pesanan, dan proses distribusi. Risiko kegagalan proses merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan
proses atau prosedur untuk menangani produk lebih lanjut di dalam perusahaan selama proses penanganan benih berlangsung hingga kegiatan distribusi benih.
Perwujudan risiko proses pada unit pemasaran di PT MMN adalah tidak lengkapnya informasi yang diterima mengenai benih. Hal ini dapat menyebabkan
tidak diketahuinya keadaan mengenai benih, apakah benih ini sehat atau tidak. Perwujudan lainnya berupa kesalahan informasi lokasi pengiriman, dokumen
perjalanan yang kurang lengkap, perkiraan penggantian gas terhambat, kepadatan pengiriman tinggi, dan kejadian merugikan lainnya pada penanganan dan
distribusi benih ikan.
Tabel 8. Daftar Risiko Proses
No. Risiko Kejadian yang Merugikan
Penyebab 1.
Barang yang diterima tidak sesuai dengan standar perusahaan
Proses
2. Adanya musibah yang menimpa supplier
Proses 3.
Benih ikan mati ketika dikirim dari supplier Proses
4. Penanganan pasca panen benih ikan tidak dilakukan
dengan baik oleh perusahaan Proses
5. Jumlah barang yang datang tidak sesuai pesanan
Proses 6.
Kesalahan informasi lokasi pengiriman benih Proses
7. Tidak lengkapnya informasi mengenai benih yang
diterima sehingga mempengaruhi perlakuan terhadap benih tersebut
Proses
8. Supplier tidak dapat mengirim benih lagi
Proses 9.
Dokumen perjalanan yang kurang lengkap Proses
10. Perkiraan penggantian gas terhambat Proses
11. Pengiriman terhambat karena kondisi jalan macet dan jalan berlubang
Proses
VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO
7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional