Pertanian, Peternakan, Latar Belakang

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan Perikanan 329.124,6 364.169,3 433.223,4 541.931,5 716.065,3 858.252,0 a. Tanaman Bahan Makanan 165.558,2 181.331,6 214.346,3 265.090,9 349.795,0 418.963,9 b. Tanaman Perkebunan 49.630,9 56.433,7 63.401,4 81.664,0 105.969,3 112.522,1 c. Peternakan 40.634,7 44.202,9 51.074,7 61.325,2 82.676,4 104.040,0 d. Kehutanan 20.290,0 22.561,8 30.065,7 36.154,1 40.375,1 44.952,1 e. Perikanan 53.010,8 59.639,3 74.335,3 97.697,3 137.249,5 177.773,9 Produk Domestik Bruto 2.295.826,2 2.774.281,1 3.339.216,8 3.950.893,2 4.951.356,7 5.613.441,7 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 2.083.077,9 2.458,234,3 2.967.040,3 3.534.406,5 4.427.193,3 5.146.512,1 Persentase PDB Perikanan terhadap Kelompok Pertanian 16,107 16,377 17,159 18,028 19,167 20,713 PDB Total 2,309 2,150 2,226 2,473 2,772 3,167 Sumber: BPS 2010 Angka Sementara; Angka Sangat Sementara Potensi perikanan Indonesia dapat terlihat pula dari total produksi perikanan yang semakin meningkat dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 2. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 63,243 persen dari tahun 2005 hingga 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi 10,8 juta ton pada tahun 2010. Tabel 2 . Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan 2011 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perikanan budidaya Tahun Produksi Ikan Budidaya Ton Produksi Ikan Tangkap Ton Total Produksi Ton 2005 2.163.674 4.705.868 6.869.542 2006 2.682.596 4.769.160 7.451.756 2007 3.088.800 4.940.000 8.028.000 2008 3.855.200 5.196.000 9.051.200 2009 4.708.565 5.285.000 9.993.565 2010 5.478.000 5.384.000 10.862.000 mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 perikanan budidaya menyumbang 31,497 persen dari total produksi nasional. Kontribusi perikanan budidaya terhadap total produksi perikanan nasional semakin meningkat pada tahun 2010. Pada tahun tersebut perikanan budidaya menyumbang 50,433 persen dari total produksi nasional. Gambaran mengenai kondisi ini memberikan tantangan bagi Indonesia untuk bertumpu pada kegiatan perikanan budidaya. Kegiatan perikanan budidaya diprediksi mampu menaikkan produksi perikanan secara nyata. Kebijakan pengembangan perikanan Indonesia ke depan juga akan lebih didominasi oleh kegiatan perikanan budidaya 4 . Perikanan budidaya dituntut menjadi kontributor utama peningkatan produksi perikanan nasional. Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP menargetkan produksi perikanan budidaya meningkat sebesar 353 persen selama tahun 2010- 2014, yaitu dari 5,26 juta ton menjadi 16,89 juta ton. Hal ini sejalan dengan visi KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar pada tahun 2015 5 . Pencapaian visi KKP diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan posisi Indonesia dalam pergaulan di dunia internasional disamping meningkatkan perekonomian masyarakat dan penerimaan negara. Salah satu kebijakan yang dilakukan KKP untuk mencapai visi tersebut adalah dengan menargetkan produksi lima komoditas utama perikanan budidaya, yakni rumput laut, lele, bandeng kerapu, dan patin mampu menjadi yang terbesar di dunia pada 2014. Komoditas rumput laut pada 2014 ditargetkan mencapai 10 juta ton dari 2009 yang hanya 2,9 juta ton. Pada 2014 produksi lele ditargetkan mampu diproduksi sebanyak 900 ribu ton dari produksi 2009 sebanyak 144 ribu ton. Produksi bandeng ditargetkan naik dari 328.288 ton tahun lalu menjadi 700.000 ton pada 2014 sementara ikan kerapu diharapkan meningkat dari 8.791 ton pada tahun 2009 menjadi 20.000 ton selama lima tahun mendatang. Produksi ikan patin selama lima tahun mendatang juga diproyeksikan naik menjadi 1,88 juta ton dari 109.685 ton 6 . Besarnya volume produksi perikanan budidaya pada 4 [KKP]. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Hlm 21. 5 Pusat Data Statistik dan Informasi Perikanan. Gelar Indo Aqua, KKP Siap Pacu Perikanan Budidaya. No. B.110PDSIHM.310X2010, dirilis tanggal 041010. 6 Primus J. 2010. Komoditas Perikanan Budidaya Punya Lima Unggulan. tahun 2007 hingga 2009 tercermin pada Tabel 3. Tabel 3 . Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 2007-2009 Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010, diolah Ikan patin merupakan komoditi yang target peningkatannya paling besar selama kurun waktu 2009 hingga 2014. Ikan patin memiliki potensi besar untuk dibudidayakan secara komersial, karena ikan konsumsi air tawar ini relatif lebih mudah dibudidayakan. Ikan patin merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat strategis untuk konsumsi domestik maupun ekspor 7 . Harga ikan patin lebih murah yakni separuh dari daging ayam 8 serta rasa daging ikan patin yang enak, lezat dan gurih, serta teksturnya yang lebih kenyal membuat ikan ini banyak digemari oleh masyarakat terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan Zelvina, 2009. Meningkatnya produksi budidaya ikan patin, akan meningkatkan permintaan akan benih sehingga membuka peluang usaha yang lebih besar di usaha pembenihan Surahmat, 2009 sebagai upaya untuk mencapai target produksi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan benih ini cukup memiliki prospek yang bagus karena permintaan benih cukup besar. Budidaya http:entertainment.kompas.comread2010010820200299Komoditas.Perikanan.Budidaya.Pu nya.Lima.Unggulan [diakses tanggal 11 Juli 2011]. 7 Akmalia Mila. 2011. Perkembangan Patin Indonesia. http:www.indonesianaquaculture.comshowtread.php180-Perkembangan-Patin-Indonesia [diakses tanggal 11 Juli 2011] 8 Primus J. 2010. Komoditas Perikanan Budidaya Punya Lima Unggulan. http:entertainment.kompas.comread2010010820200299Komoditas.Perikanan.Budidaya.Pu nya.Lima.Unggulan [diakses tanggal 11 Juli 2011]. Komoditas Produksi ton 2007 2008 2009 1. Rumput Laut 1.728.475 2.145.061 2.963.556 2. Lele 91.735 114.371 144.755 3. Bandeng 263.139 277.471 328.288 4. Kerapu 8.036 5.005 8.791 5. Patin 36.755 102.021 109.685 ikan patin sebagai persediaan benih ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal bisa dipercepat. Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan saat benih ikan patin memiliki berat 8-12 gramekor, dan setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gramekor 9 . Dengan target produksi ikan patin yang mencapai 1,88 juta ton, diperkirakan total kebutuhan benihnya adalah 3.196.000 ekor benih. Jumlah ini setara dengan 1,7 kali total produksi dengan survival rate 98 persen. Jumlah ini akan meningkat seiring permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya. Ketersediaan benih ikan patin yang berkelanjutan dibutuhkan sesuai permintaan. Selama ini kegiatan pemijahan ikan patin banyak terkonsentrasi di daerah Sukabumi, Bogor, dan Jakarta sedangkan kegiatan pendederan dan pembesaran berada di daerah Sumatra, Kalimantan, dan daerah lainnya di pulau jawa Sumarna, 2007. Bogor merupakan salah satu sentra produksi pembenihan ikan patin di daerah Jawa Barat. Wilayah Kalimantan dan Sumatera yang difokuskan untuk usaha pembesaran, tidak jarang memesan benih patin berasal dari Jawa Barat. Pola konsumsi masyarakat Jawa Barat yang kurang menggemari ikan patin ikut berperan dalam pemilihan pembudidaya ikan lebih memilih kegiatan pembenihan daripada pembesaran 10 . Kondisi cuaca, iklim, dan pH air yang menunjang, serta pakan yang berupa cacing sutera melimpah dan banyak ditemukan di Jawa Barat membuat usaha pembenihan lebih berkembang di Jawa Barat. Teknologi penyuntikan dan pengekstraksian kelenjar hipofisa juga lebih berkembang di Jawa Barat Bukit, 2007. Potensi ekonomi, peningkatan produksi, sumberdaya yang dimiliki, serta peluang pasar yang terbuka membuat pembenihan ikan patin di Jawa Barat berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun potensi dan peluang ini tidak terlepas dari berbagai kendala yakni tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Ketersediaan benih dan pendistribusian benih dari satu tempat ke tempat lain merupakan beberapa risiko dalam budidaya ikan patin. Risiko yang sering 9 Galeri ukm. 2010. Budidaya Ikan Patin. http:ikanmania.wordpress.com20080122aspek- pemasaran-budidaya-pembesaran-ikan-patin [diakses tanggal 11 Agustus 2011]. 10 Wawancara dengan Direktur Pemasaran PT Mitra Mina Nusantara Agus Purnomo W, S.Pi [7 Mei 2011]. dihadapi dalam pengiriman benih ikan patin adalah tingkat kelangsungan hidup survival rate yang rendah akibat perubahan kualitas air selama pengangkutan, antara lain tingginya kadar CO 2 , akumulasi amoniak, rendahny O 2 kasar Berka, 1986 diacu dalam Mukti, 2010. Kabupaten Bogor memiliki beberapa perusahaan distributor benih ikan patin diantaranya Tapos Agro Lestari, Number One Fish Farm, Deddy Fish Farm, dan PT Mitra Mina Nusantara PT MMN yang berpengalaman menyalurkan jutaan ekor benih tiap bulannya. Tapos Agro Lestari dan Deddy Fish Farm mendistribusikan hampir 2.000.000 ekor benih ikan patin tiap bulannya Mastuti, 2011 dan Atemalem, 2001, dan Number One Fish Farm 300.000 benih Armayuni, 2011. PT MMN mendistribusikan benih dalam jumlah yang lebih besar, yaitu kisaran 600.000 hingga 3.000.000 benih tiap bulannya. PT MMN merupakan salah satu perusahaan dengan unit bisnis utamanya adalah pemasaran benih ikan patin yang terletak di kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Kecamatan Parung memiliki beberapa keunggulan dimana tenaga kerja yang digunakan sebagian besar berpengalaman. Dengan menggunakan tenaga kerja berpengalaman, produksi benih patin di Parung lebih efisien. Sebagai akibatnya, jika benih ikan dijual dengan harga yang sama, pengusaha ikan patin di Parung mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan di daerah lain Mastuti, 2011. PT MMN dihadapkan pada masalah risiko operasional pada pelaksanaan usaha yang didalamnya ikut mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah serta kualitas benih yang dikirim. Risiko operasional terdapat dalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penanganan, serta pendistribusian benih menyebabkan terjadinya fluktuasi pada penerimaan. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko dalam kegiatan pemasaran benih ikan patin, membuat PT MMN mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Mengingat adanya risiko dalam usaha perikanan maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengelola risiko tersebut. Keputusan yang tepat dapat diambil sehingga risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan dapat dihindari atau dikurangi. Upaya untuk masuk dalam peta persaingan dalam industri perikanan serta mengurangi risiko diperlukan oleh PT MMN, namun sebelumnya perusahaan harus mengetahui sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko. Manajemen risiko yang baik akan membantu menghindari kejadian- kejadian yang tidak terduga dan merugikan serta memberikan kontribusi penting bagi perusahaan sehingga kerugian perusahaan akibat adanya risiko dapat diminimalisir dan keuntungan perusahaan akan semakin meningkat.

1.2 Perumusan Masalah