110
menyebabkan penggunaan faktor produksi menjadi tidak efisien dan pendapatan usahatani tidak mencukupi kebutuhan keluarga petani.
Kegiatan konservasi tanah akan menjadi signifikan dalam peningkatan produktivitas usahatani di desa Sindangjaya jika dilakukan pengolahan tanah
tillage menurut kontur, pembuatan galengan dan saluran menurut kontur, pembuatan tanggul serta teknik pembuatan teras bangku selama pengusahaan
lahan.
5.5. Analisis Tingkat Erosi
Kawasan Agropolitan Pacet-Cianjur merupakan salah satu pusat produksi tanaman hortikultura, terutama wortel, bawang daun, kailan, lobak, horinso,
brokoli, daikon, caisin, sawi, daun mint, seledri dan tanaman ekonomis lainnya. Kondisi agroekologi di wilayah ini sangat mendukung bagi pola usahatani
tanaman tersebut secara intensif. Namun demikian sebagian besar wilayah ini mempunyai indeks bahaya erosi yang sangat tinggi. Besarnya erosi yang terjadi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1 Faktor kemiringan lereng LS, 2 Curah hujan R, 3 Kepekaan tanah terhadap faktor erosi K, 4 Faktor
pertanaman C, serta 5 Faktor pengelolaan lahan P. Hasil analisis prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi yang
terjadi di lahan usahatani petani kawasan agropolitan pada kelas kemiringan lereng 8-15 dan 15-30 masih berada dibawah batas erosi yang dapat
ditoleransikan ETol berkisar antara 9,75-12,67 tonhatahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Analisis Besarnya Erosi yang Terjadi di Lahan Usahatani Petani Pada Kelas Kemiringan Lereng 8-15 di Kawasan Agropolitan Pacet-
Cianjur
No Pola Tanam
Tumpangsari polyculture
R K
LS C
P Erosi
tonha th
ETol tonha
th 1
2 3
4 Wt-Dk-Kl
Wt-Lb-Cs-Dk Wt-Hs
Wt-Bd-Kl-Lb-Hs 2162,13
2162,13 2162,13
2162,13 0,23
0,31 0,38
0,32 1,18
1,28 1,27
1,58 0,100
0,100 0,100
0,100 0,15
0,15 0,15
0,15 2,43
3,62 4,31
4,26 11,09
11,38 11,90
11,99
Sumber : Data Primer 2006 diolah Keterangan :
No. 1. Sampel jenis tanah andosol pada pekarangan di Desa Sukatani No. 2. Sampel jenis tanah andosol pada tegalan di Desa Sukatani
No. 3. Sampel jenis tanah andosol pada pekarangan di Desa Sindangjaya No. 4. Sampel jenis tanah andosol pada tegalan di Desa Sindangjaya
111
Tabel 28. Analisis Besarnya Erosi yang Terjadi di Lahan Usahatani Petani Pada Kelas Kelerengan 15-30 di Kawasan Agropolitan Pacet-Cianjur
No Pola Tanam
Tumpangsari polyculture
R K
LS C
P Erosi
tonha th
ETol tonha
th 1
2 3
4 Wt-Bkl-Bd
Wt-Bd Wt-Lb
Bkl-Sw-Bd-Pl 2162,13
2162,13 2162,13
2162,13 0,26
0,22 0,21
0,32 2,02
2,64 2,46
2,84 0,100
0,100 0,100
0,100 0,15
0,15 0,15
0,15 6,09
5,48 5,16
8,77 12,67
10,00 12,37
9,75 Sumber : Data Primer 2006 diolah
Keterangan: No. 1. Sampel jenis tanah regosol pada di pekarangan di Desa Sukatani
No. 2. Sampel jenis tanah regosol pada di tegalan di Desa Sukatani No. 3. Sampel jenis tanah regosol pada di Desa Sindangjaya
No. 4. Sampel jenis tanah regosol pada di Desa Sindangjaya
Tabel 27 dan 28 menunjukkan bahwa kemiringan lereng merupakan faktor yang diperkirakan sangat berperan dalam peningkatan erosi, karena kemiringan
lereng merupakan karakteristik utama dari lahan usahatani. Nilai faktor kepekaan tanah terhadap erosi K untuk di kawasan
agropolitan Pacet-Cianjur berkisar antara 0,21-0,38 termasuk dalam kategori sedang menurut nilai klasifikasi nilai erodibilitas Arsyad, 2000. Secara
keseluruhan lahan usahatani petani di kawasan agropolitan nilai faktor kepekaan tanah terhadap erosi cukup bervariasi, karena jenis tanahnya secara umum tidak
sama, yaitu jenis andosol dan regosol. Jenis tanaman yang ditanam petani di kawasan agropolitan dengan tingkat
pengelolaan yang ada menghasilkan faktor pertanaman C dan faktor pengelolaan P yang kecil, sehingga tanaman mampu memberikan perlindungan yang baik
terhadap tanah dari daya perusak curah hujan R yang tinggi sekitar 2162,13 mmtahun. Kondisi ini didukung oleh faktor erodibilitas tanah K dan faktor
kemiringan lereng LS yang dilainnya juga tidak terlalu besar. Kecilnya erosi yang terjadi menunjukkan bahwa usahatani petani
komoditas hortikultura di kawasan agropolitan dengan pola tanam tumpangsari polyculture dan intensitas tanam yang cukup tinggi di lahan dengan kelas
kemiringan lereng 8-15 dan 15-30 menjadikan tanah selalu tertutup tanaman sepanjang tahun, sehingga curah hujan yang besar tidak sampai merusak
butir-butir tanah dan membawanya melalui aliran permukaan. Kecilnya erosi juga
112
berpengaruh terhadap kesuburan tanah, karena kesuburan tanah pada lahan-lahan dengan kelas kemiringan lereng ini kesuburannya relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan lahan yang memiliki kemiringan lereng yang curam, sehingga tanaman yang diusahakan dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya
pertumbuhan tanaman yang baik akan membentuk pola perlindungan yang lebih baik pula terhadap tanah.
113
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Karakteristik pola penguasaan lahan usahatani komoditas hortikultura di kawasan agropolitan kepemilikan lahan petani rata-rata relatif sempit sebagai
dampak alih kepemilikan lahan, alih fungsi lahan dan juga fragmentasi lahan karena pembagian warisan. Akibat penguasaan lahan yang sempit pola tanam
yang dikembangkan oleh petani menggunakan sistem monokultur dan tumpangsari dengan siklus tanam intensitas tinggi dan cepat yang bertujuan
untuk memperoleh hasil dan uang cash dalam jangka waktu yang relatif singkat untuk setiap komoditas yang berbeda sehingga petani dapat mencapai
lima kali panen dalam setahun. 2. Tingkat kelayakan usahatani semua komoditas hortikultura layak diusahakan
khususnya untuk komoditas horinzo, lobak, bawang, wortel, dan kailan. Peran petani terhadap penerapan teknik konservasi usahatani komoditas
hortikultura: a di kawasan agropolitan dipengaruhi oleh: umur X
1
, luas lahan X
3
, pola tanam X
4
dan pendidikan D
1
; b di Desa Sukatani adalah: luas lahan X
3
, pendidikan D
1
dan status kepemilikan lahan D
2
dan; c di Desa Sindangjaya adalah: umur X
1
, pendapatan X
2
, luas lahan X
3
, pendidikan D
1
. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani komoditas
hortikultura: a di kawasan agropolitan adalah: input pupuk X
3
, tenaga kerja X
4
, dummy variable D
1
kepemilikan lahan, dummy variable D
2
kegiatan konservasi; b di Desa Sukatani adalah: luas lahan garapan X
1
, input bibit X
2
, dummy variable D
1
kepemilikan lahan, dummy variable D
2
kegiatan konservasi; dan; c di Desa Sindangjaya adalah: luas lahan garapan X
1
, input pupuk X
3
dan dummy variable D
2
kegiatan konservasi.