69
sumur gali, sungai, air hujan. Sumber air di Kecamatan Pacet dan Cipanas berjumlah 23 sumber air dengan debit total 411–450 ltdt yang digunakan untuk
air bersih, pengairan, PDAM dan MCK. Sumber air berupa mata air terdapat di desa Ciputri, Cipendawa, Palasari, Ciloto. Sedangkan untuk prasarana irigasi yang
terdapat di Kecamatan Pacet dan Cipanas berada di Desa Ciputri, Cipendawa, Cimacan dan Palasari. Beberapa desa di Kecamatan Pacet dan Cipanas yang
mempunyai potensi sumber air lainnya antara lain danau terdapat di Desa Cimacan, sungai di Desa Ciputri, Desa Cipendawa, Desa Cimacan, dan Desa
Ciloto. Berdasarkan bentuk wilayahnya terdapat beberapa potensi yang dimiliki:
1. Bila dikaitkan dengan geologi regional, maka air tanah di daerah ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk mempunyai kondisi hidro-geologi yang
akan membentuk siklus akuifer tertentu. Batuan yang dapat bertindak sebagai akuifer lapisan pembawa air yang produktif terutama dari jenis pasir tufa
yang masuk kedalam satuan endapan vulkanik muda Pemda Cianjur, 2001. 2. Kedalaman air tanah dangkal 0,89 sd 3,64 meter dengan ketebalan 1,15 sd
10,64 meter. Serta kedalaman air tanah dalam 2,69 sd 26,6 meter dengan ketebalan 8 sd 47,54 meter merupakan potensi yang sangat penting dalam
hal ketersediaan air.
4.5.2. Sarana Kesehatan, Pendidikan, dan Sosial
Sarana kesehatan, pendidikan dan sosial untuk penunjang pertanian di kawasan agropolitan Kecamatan Pacet sangat memadai, seperti dengan adanya
sarana posyandu, sarana pendidikan, sarana telekomunikasi dan media informasi serta sarana ibadah, sebagaimana disajikan pada Tabel 10.
70
Tabel 10. Sarana Kesehatan, Pendidikan dan Sosial Penunjang Pertanian di Kawasan Agropolitan Pacet – Cianjur
No Infrastruktur Satuan Desa
Sukatani Desa
Sindangjaya 1 Luas
desakelurahan Ha
269 434
2 Jumlah keluarga
keluarga 2.497 2.295
3 Posyandu buah
12 17
4 Jumlah SD atau yang sederajat
buah 5
5 5
Banyaknya keluarga yang mempunyai TV
keluarga 624
1.067 6 Jumlah
masjid buah
14 27
7 Jumlah suraulanggar
buah 36
45 8 Banyaknya
pengangguran orang
275 9 Banyaknya
keluarga berlangganan telepon
keluarga 98
256 10 Wartelkiosponwarpostel
warparpostel unit 9 2
11 Restoranrumah makan
minuman unit 0 5
12 Jumlah TK
buah 1
1 13 Jumlah SLTP atau yang sederajat
buah 1
1 14 Puskesmas
Pembantu buah
1 1
15 Koperasi non KUD unit
1 1
16 Puskesmas buah
1 1
17 Koperasi Unit Desa KUD unit
18 Supermarketpasar swalayan
toserba unit 0 0
19 Warung internet
unit 1
20 Banyaknya keluarga yang menggunakan listrik non PLN
keluarga 21 Gereja
Kristen buah
Jumlah jenis
13 14
Jumlah unit
3.227 3.144
Kepadatan Penduduk
jiwakm
2
3.778 2.379
Sumber: PODES Cianjur 2005
71
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pola Penguasaan Lahan dan Pola Tanam Usahatani Hortikultura di Kawasan Agropolitan
Pada umumnya kehidupan di perdesaan adalah kehidupan tani, sehingga lahan merupakan faktor pokoknya. Siapa yang menguasai lahan berarti menguasai
salah satu faktor produksi utama di sektor pertanian. Pola Penguasaan lahan merupakan pencerminan keeratan hubungan antara kegairahan petani dalam
mengelola lahannya. Di kawasan agropolitan Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya luas status hak entitlement kepemilikan lahan petani rata-rata
relatif sempit 0,02 –0,30 ha. Hal ini merupakan fenomena umum yang terjadi di
sektor pertanian sebagai dampak alih kepemilikan lahan, alih fungsi lahan, dan juga fragmentasi lahan karena pembagian warisan dari orang tuanya sejak tahun
1987 yang mengakibatkan akses petani terhadap lahan semakin terbatas. Sehingga banyak petani yang mencari kegiatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya dengan membuka warung, berdagang, dan menjadi buruh tani. Karena rata-rata pendidikan yang dimiliki petani di kawasan agropolitan hanya
Sekolah Dasar. Berkaitan dengan pola penguasaan lahan petani sebagai pemilik sekaligus
penggarap sudah banyak berkurang dilihat dari luas lahan yang dikuasai oleh petani. Kondisi ini menyebabkan skala ekonomi akan menjadi permasalahan
tersendiri. Kedekatan dengan pusat kota dan berkembangnya infrastruktur sejauh ini juga membuat lahan-lahan di kawasan agropolitan menjadi mahal dan strategis
untuk dimiliki atau dijadikan obyek investasi oleh orang-orang kota terutama sejak ditetapkannya sebagai lokasi program pengembangan kawasan agropolitan
pada tahun 2002. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dari Kawasan Agropolitan
Pacet-Cianjur dari 90 petani dengan menggunakan metode purposive sampling dan penetapan petani responden dilakukan secara stratified random sampling
secara proporsional yang mencakup Desa Sukatani sebanyak 35 petani, dan Desa Sindangjaya 55 petani dari total luas lahan petani kedua desa sebesar 10,42 ha
kemudian dikelompokkan dalam 5 lima kelas kemiringan lereng lahan