Koordinator LESPERSSI berpendapat hingga saat ini tidak ada penolakan terhadap usulan calon dari presiden oleh DPR, karena menurutnya fit and
proper test hanya sebatas formalitas dari DPR yang artinya pasti disetujui oleh DPR.
13
D. Mekanisme Pengangkatan Panglima Tinggi Militer di Amerika Serikat
Dalam mekanisme pengangkatan panglima tinggi militer di Amerika Serikat, di atur dalam United States Code Bab 10 Ayat 152 butir a poin 1
tentang Ketua: Pengangkatan, Tingkat dan Pangkat yang berbunyi: There is a Chairman of the Joint Chiefs of Staff,
appointed by the President, by and with the advice and consent of the Senate, from the officers of the regular components of the
armed forces. The Chairman serves at the pleasure of the President for a term of two years, beginning on October 1 of
odd-numbered years.
Terdapat Ketua Kepala Staf Gabungan, diangkat oleh Presiden, oleh dan dengan saran dan persetujuan dari Senat,
berdasarkan perwira tetap dari anggota angkatan bersenjata. Ketua bertugas kepada Presiden untuk masa jabatan dua tahun,
dimulai pada tanggal 1 Oktober tahun ganjil.
Bahwa dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa seorang panglima tinggi militer dipilih oleh presiden setiap 2 tahun sekali dengan
persetujuan dan saran dari Senat Amerika Serikat dan mengemban tugas sejak 1 Oktober dan dapat di tunjuk untuk kedua kalinya.
13
Wawancara penulis dengan Beni Sukadis, Koordinator Program LESPERSSI Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia pada tanggal 8 September 2016 Jam 15.00 WIB
dikantor LESPERSSI.
Berbeda dengan Indonesia yang menyerahkan wewenang kepada “wakil rakyat”, di Amerika Serikat seorang panglima tinggi militer atau biasa
disebut Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Chairman of the Joint Chiefs of Staff ditunjuk oleh presiden yang selanjutnya kepada
“wakil daerah
” yaitu Senat Amerika Serikat The United States Senate untuk memberikan saran dan persetujuan.
Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat resmi menjabat sebagai panglima tinggi militer ketika diangkat pada 1 Oktober tahun ganjil pada
periode Presiden menjabat. Seorang Ketua Kepala Staf Gabungan dapat menjabat selama 6 tahun dan dapat diperpanjang selama 8 tahun serta dapat
diangkat kembali untuk kedua kalinya oleh presiden jika untuk kepentingan nasional serta tidak ada batas periode ketika dalam keadaan perang.
14
Jika seorang Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat meninggal, pensiun, mengundurkan diri sebelum habis masa jabatannya,
maka seorang yang menggantikan posisinya melanjutkan sisa masa jabatannya sesuai dengan United States Code Bab 10 Ayat 152 butir a poin 2
tentang Ketua: Pengangkatan, Tingkat dan Pangkat. Di Amerika Serikat, dalam memilih calon Ketua Kepala Staf
Gabungan, Presiden harus melihat beberapa kriteria-kriteria yang diatur dalam
14
Dikutip dan ditranslate dari Wikipedia https:en.wikipedia.orgwikiChairman_of_the_Joint_Chiefs_of_Staff yang diakses pada tanggal 7
September 2016.
United States Code Bab 10 Ayat 152 butir b poin 2 tentang Ketua: Pengangkatan, Tingkat dan Pangkat, yaitu:
1. Diangkat karena sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Kepala
Staf Gabungan Amerika Serikat Vice Chairman of the Joint Chiefs of Staff, atau
2. Menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Operasi
Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara, Komandan Korps Marinir atau Komandan Tempur Khusus.
3. Memiliki pangkat bintang 4 atau biasa disebut Jenderal
15
4. Ketua dan Wakil Ketua Staf Gabungan Amerika Serikat bukan dari
cabang angkatan bersenjata yang sama.
16
15
Di Amerika Serikat penyebutan Jenderal di bagi 2 yaitu, General untuk United States Army, United States Marine Corps, United States Air Force dan Admiral untuk United States Navy
16
Dikutip dan ditranslate dari Wikipedia https:en.wikipedia.orgwikiChairman_of_the_Joint_Chiefs_of_Staff yang diakses pada tanggal 7
September 2016.
40
BAB IV ANALISIS PENGANGKATAN PANGLIMA TINGGI MILITER DI
INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT A.
Implementasi Pengangkatan Panglima Tinggi Militer di Indonesia dan Amerika Serikat
Sesuai dengan apa yang dipaparkan pada Bab III tentang mekanisme pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat,
prosedur pengangkatan panglima tinggi militer dikedua negara sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam undang-undang dimasing-masing negara.
Begitupun menurut Beni Sukadis selaku Koordinator Program LESPERSSI Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia berdasarkan
wawancara pada tanggal 8 September 2016, yaitu: “Jika dilihat UU TNI pasal 13 tentang pengangkatan panglima
TNI, menurut saya sesuai dengan apa yang diundang-undang, masih berjalan secara normal. Saya lihat belum melihat kekurangan, masalah
yang sebenarnya menurut saya di fit and proper test itu hanya sebatas formalitas karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke calon
panglima belum ada yang kritis. Kalau bicara soal pemutaran panglima TNI disetiap angkatan itu kembali lagi ke hak prerogatif presiden.
Menurut saya yang perlu dijelaskan secara eksplisit di dalam undang- undang adalah mengenai pengalaman calon panglima TNI.
” Meskipun dalam beberapa hal, Implementasi pengangkatan panglima
tinggi militer di kedua negara dipengaruhi oleh hak prerogatif presiden yang membuat mekanisme pengangkatan panglima tinggi militer keluar dari
prosedur yang tertulis diundang-undang, contohnya di Indonesia, pada tahun