The Joint Chiefs of Staff United States Gabungan Kepala Staf Amerika
alur yang sedikit rumit. Sesuai dengan pasal 13 ayat 2 UU TNI
11
, DPR berhak ikut andil dalam pengangkatan Panglima TNI sesuai dengan prinsip Check
and Balances yang di tuangkan dalam Pasal 71 Ayat b Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Undang-Undang Susduk yaitu memberikan persetujuan atau
tidak memberikan persetujuan terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang.
Sebelum mengangkat seorang panglima, presiden terlebih dahulu mengusulkan satu orang calon panglima untuk mendapat persetujuan DPR.
Beni Sukadis menambahkan bahwa presiden memilih beberapa calon dari setiap angkatan berdasarkan rekomendasi Dewan Kepangkatan dan Jabatan
Tinggi Wanjakti TNI yang dipertimbangkan sesuai kemampuan dan kepentingan presiden.
12
Calon panglima tinggi aktif adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Jenderal, Laksamana atau Marsekal yang
pernah atau sedang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. Untuk lebih mudahnya kita dapat melihat diagram dibawah:
11
Pasal 13 Ayat 2 UU TNI berbunyi “Panglima sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan Dewan Per
wakilan Rakyat.”
12
Wawancara penulis dengan Beni Sukadis, Koordinator Program LESPERSSI Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia pada tanggal 8 September 2016 Jam 15.00 WIB
dikantor LESPERSSI.
Persetujuan DPR terhadap calon panglima yang dipilih oleh presiden, disampaikan paling lambat 20 dua puluh hari tidak termasuk masa reses,
yang terhitung sejak permohonan persetujuan calon panglima diterima oleh DPR. Selanjutnya Komisi I DPR mengadakan fit and proper test kepada calon
panglima yang diusulkan oleh presiden, setelah itu akan dibawa kedalam sidang paripurna DPR, melalui aklamasi terhadap anggota sidang dan jika
disetujui maka akan diserahkan kembali ke presiden untuk dilantik. Namun, jika DPR tidak menyetujui calon panglima yang diusulkan
oleh presiden, maka presiden mengusulkan satu orang calon lain sebagai pengganti. Apabila DPR tidak menyetujui calon panglima yang diusulkan
oleh presiden, DPR memberikan alasan tertulis yang menjelaskan ketidaksetujuannya. Jika dalam hal ini DPR tidak memberikan jawaban
mengenai ketidaksetujuannya atas calon usulan presiden, maka DPR dianggap telah menyetujui, selanjutnya Presiden berwenang mengangkat panglima baru
dan memberhentikan panglima lama. Mengenai hal tersebut Beni Sukadis,
Koordinator LESPERSSI berpendapat hingga saat ini tidak ada penolakan terhadap usulan calon dari presiden oleh DPR, karena menurutnya fit and
proper test hanya sebatas formalitas dari DPR yang artinya pasti disetujui oleh DPR.
13