Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

shall be Commander in Chief of the Army and Navy of the United States, and of the Militia of the several States ” yang berarti Presiden Amerika Serikat adalah panglima tertinggi Angkatan Darat dan Angkatan Laut Amerika Serikat, Serta beberapa angkatan lainnya. Di Amerika Serikat, Undang-undang Amerika Serikat memberi fungsi unik kepada Senat Amerika Serikat dalam hal pengangkatan panglima tingginya, agar ada keseimbangan kekuasaan dengan setiap unsur di bawah pemerintah federal. Senat Amerika Serikat berfungsi meratifikasi setiap perjanjian internasional yang dibuat oleh pemerintah federal dan juga memberi “restu” advice and consent usulan presiden untuk pengangkatan anggota kabinet, pejabat militer, serta pejabat federal lainnya yang keputusannya berdampak bagi banyak orang dan kehidupan negara. Dalam hal pengangkatan panglima tinggi militer secara resmi didirikan di bawah judul II, bagian 211 dari Undang-Undang Keamanan Nasional 1947 The National Security Act of 1947 sebelum bagian 209-214 dari judul II itu dicabut oleh hukum dan memberlakukan Bab 10 dan Bab 32, The United States Code Act of August 10, 1956, 70A Stat. 676 pada tahun 1956 untuk menggantikan The National Security Act of 1947. Selanjutnya diatur lebih jauh dalam Undang-Undang Amerika Serikat atau yang disebut The Code of Laws of the United States of America Disingkat Code of Laws of the United States, United States Code, U.S. Code, or U.S.C. 8 . United States Code adalah kompilasi resmi dan kodifikasi umum dan juga tetap dari Federal Statutes of the United States Undang-Undang Federal Amerika Serikat. 9 Di dalam The United States Code Title 10 Section 152a1 Chairman: appointment; grade and rank 10 menyebutkan bahwa: There is a Chairman of the Joint Chiefs of Staff, appointed by the President, by and with the advice and consent of the Senate, from the officers of the regular components of the armed forces. The Chairman serves at the pleasure of the President for a term of two years, beginning on October 1 of odd-numbered years. Subject to paragraph 3, an officer serving as Chairman may be reappointed in the same manner for two additional terms. However, in time of war there is no limit on the number of reappointments. Terdapat Ketua Kepala Staf Gabungan, diangkat oleh Presiden, oleh dan dengan saran dan persetujuan dari Senat, berdasarkan perwira tetap dari anggota angkatan bersenjata. Ketua bertugas kepada Presiden untuk masa jabatan dua tahun, dimulai pada tanggal 1 Oktober tahun ganjil. Bergantung atas ayat 3, seorang petugas yang menjabat sebagai Ketua dapat diangkat kembali dengan cara yang sama dengan dua persyaratan tambahan. Namun, pada saat perang tidak ada batasan pada jumlah pengangkatan kembali. 8 The United States Code mengandung 52 judul, edisi utama diterbitkan setiap enam tahun dan tambahan kumulatif setiap tahunnya oleh The Office of the Law Revision Counsel LRC of the U.S. House of Representatives yang berfungsi mempersiapkan dan menerbitkan The United States Code yang merupakan konsolidasi dan kodifikasi oleh subjek hukum umum dan permanen di Amerika Serikat. 9 Undang-Undang Federal Amerika Serikat berasal dari Konstitusi Amerika Serikat yang memberikan Kongres Congress kekuasaan untuk memberlakukan undang-undang untuk beberapa tujuan tertentu seperti mengatur perdagangan antar negara bagian. 10 Dibaca Bab 10 Ayat 152 Pasal A Butir 1 Undang-Undang Amerika Serikat tentang Ketua: Pengangkatan, tingkat dan pangkat Bahwa dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa panglima tinggi militer dipilih oleh presiden setiap 2 tahun sekali dengan persetujuan dan saran dari Senat Amerika Serikat dan mengemban tugas sejak 1 Oktober dan dapat di tunjuk untuk kedua kalinya. UUD 1945 Negara Republik Indonesia tidak memberikan fungsi unik ini, baik kepada Dewan Perwakilan Daerah Selanjutnya disebut DPD maupun DPR, untuk persetujuan pengangkatan dan pemberhentian pejabat eksekutif negara. Fungsi tersebut justru ada pada hukum di bawah konstitusi yang salah satunya UU No.342004 dan memberikan fungsi tersebut kepada DPR bukan DPD. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai perbedaan dan perbandingan antara kedua negara penganut sistem presidensiil Negara Indonesia dan Negara Amerika Serikat dalam hal pengangkatan Panglima TNI dengan mengangkat judul skripsi tentang Pengangkatan Panglima Tinggi Militer di Indonesia dan Amerika Serikat: Sebuah Perbandingan. B. Identifikasi Masalah Dengan keterlibatan DPR dalam hal pengangkatan panglima TNI di Indonesia memiliki perbedaan dengan negara demokrasi yang menganut sistem pemerintahan presidensial tertua, yakni Amerika Serikat AS yang memberikan fungsi tersebut kepada United States Senate atau DPD jika diIndonesia. Hal ini membuat banyaknya perbandingan yang dapat diteliti dan di kaji. Dengan ini penulis ingin melakukan penelitian tentang “Pengangkatan Panglima Tinggi Militer di Indonesia dan Amerika Serikat: Sebuah Perbandingan. ”

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah tentang pembahasan seputar hak dan kewenangan yang dimiliki oleh presiden dalam pengangkatan panglima tinggi militer dalam sistem presidensiil, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya melihat dari aspek perbandingan antara kedua negara yang menganut sistem presidensiil yaitu di Indonesia dan di Amerika Serikat. Pembatasan ini dilakukan agar lebih fokus guna mempermudah penulis dalam penelitian, dan juga untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan pembasatan masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah mekanisme pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia Amerika Serikat berdasarkan peraturan perundang- undangan di Indonesia dan Amerika Serikat? b. Bagaimanakah implementasi pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat? c. Apakah persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan di Indonesia dan Amerika Serikat dalam hal pengangkatan panglima tinggi militer. b. Untuk mengetahui implementasi pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat. c. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap supaya hasil penelitian ini tidak berhenti sampai disni, namun penulis menaruh harapan besar agar penelitian ini bermanfaat antara lain: a. Manfaat teoritis: 1 Untuk lebih memperkaya khazanah ilmu pengetahuan baik dibidang hukum pada umumnya maupun di bidang hukum kelembagaan negara pada khususnya. 2 Untuk dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum secara teoritis, khususnya bagi hukum tatanegara mengenai pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat. 3 Untuk menjadi pedoman bagi pihak yang ingin mengetahui dan mendalami tentang pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat. b. Manfaat Praktis Penulis mengharapkan agar memberikan sumbangan pemikiran mengenai aspek hukum tata negara, khususnya mengenai pengangkatan panglima tinggi militer di Indonesia dan Amerika Serikat.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif dan penelitian kualitatif yang tidak membutuhkan populasi dan sampel. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan. 11 Penelitian hukum normatif didefinisikan sebagai penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Penelitian ini juga dapat disebut sebagai penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder. 12 Sedangkan, Penelitian kualitatif 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h.23 12 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimentri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, h. 10