2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya.
Dalam pembagian ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.
C. Landasan Teori Check and Balances
Di dalam pemerintahan Negara Indonesia di kenal dengan adanya sistem check and balances antara lembaga tinggi negara satu dengan lembaga
tinggi negara yang lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak lagi menganut paham Trias Politica Montesquieu secara mutlak, yang memisahkan antara
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif secara tegas tanpa adanya hubungan-hubungan saling mengawasi ataupun mengendalikan satu dengan
yang lain. Istilah checks and balances menurut Blacks Law Dictionary, diartikan
sebagai: arrangement of governmental power whereby power of one govermental branch check or balance those of other brance.
1314
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan dalam buku Blacks Law Dictionary dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa check and balances merupakan suatu prinsip yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan serta tindakan antara satu
kekuasaan dengan kekuasaan yang lainnya, seperti halnya kekuasaan legislatif dan eksekutif di Indonesia yang sama-sama saling mengawasi setiap
kebijakan yang dibuatnya.
13
Henry Campbell Black, Blacks Law Dictionary, St. Paul Minn: West Publishing, h. 238.
14
Terjemahan: “Susunan pemerintahan yang kuat berdasarkan kekuatan suatu cabang pemerintahan yang memeriksa dan menyeimbangkan cabang pemerintahan lainnya.
”
Di Amerika Serikat sebagai kiblat konsep checks and balances system, dalam hal pelaksanaan fungsi kontrol kekuasaan eksekutif terhadap legislatif,
Presiden diberi kewenangan untuk memveto rancangan undang- undang yang telah diterima oleh Congress semacam MPR, akan tetapi veto tersebut dapat
dibatalkan oleh Congress dengan dukungan 23 suara dari House of Representative semacam DPR dan Senate semacam lembaga utusan negara
bagian.
15
Berdasarkan pola hubungan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif, operasionalisasi dari teori checks and balances dilakukan melalui cara-cara
sebagai berikut : 1.
Pemberian kewenangan terhadap suatu tindakan kepada lebih dari satu cabang pemerintahan. Misalnya kewenangan pembuatan
undang-undang yang diberikan kepada pemerintah dan parlemen sekaligus. Jadi terjadi overlapping yang dilegalkan terhadap
kewenangan pejabat negara antara satu cabang pemerintahan dengan cabang pemerintahan lainnya.
2. Pemberian kewenangan pengangkatan pejabat tertentu kepada lebih
dari satu cabang pemerintahan. Banyak pejabat tinggi negara dimana dalam proses pengangkatannya melibatkan lebih dari satu
15
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 69.
cabang pemerintahan, misalnya melibatkan pihak eksekutif maupun legislatif.
3. Upaya hukum impeachment dari cabang pemerintahan yang satu
terhadap cabang pemerintahan yang lainnya. 4.
Pengawasan langsung dari satu cabang pemerintahan terhadap cabang pemerintahan lainnya, seperti pengawasan terhadap cabang
eksekutif oleh cabang legislatif dalam hal penggunaan budget negara.
5. Pemberian kewenangan kepada pengadilan sebagai pemutus kata
terakhir the last word jika ada pertikaian kewenangan antara badan eksekutif dengan legislatif.
16
Penerapan teori checks and balances seperti tersebut di atas, telah dipraktekkan oleh Amerika Serikat yang mengaku sebagai kiblat negara
demokrasi. Dalam UUD NRI 1945, pola hubungan yang menerapkan prinsip checks and balances melibatkan lembaga-lembaga tinggi negara yang
memiliki kekuasaan di bidang legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga- lembaga tinggi negara tersebut yakni DPR, DPD, Presiden, MA dan MK,
serta Komisi Yudisial KY.
16
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern, Bandung : PT Refika Aditama, 2009, h. 124-125.
D. Check and Balances dalam Pengangkatan Panglima Tinggi Militer
Prinsip check and balances antara lembaga eksekutif yakni presiden dan lembaga legislatif yaitu Senat Amerika Serikat dalam pengangkatan
pejabat-pejabat eksekutif jelas tertulis dalam Konstitusi Amerika Serikat Pasal 2 Ayat 2 yang berbunyi:
He shall have Power, by and with the Advice and Consent of the Senate, to make Treaties, provided two thirds of
the Senators present concur; and he shall nominate, and by and with the Advice and Consent of the Senate, shall appoint
Ambassadors, other public Ministers and Consuls, Judges of the supreme Court, and all other Officers of the United States,
whose Appointments are not herein otherwise provided for, and which shall be established by Law.
Dia akan memiliki Wewenang, oleh dan dengan Nasihat dan Persetujuan Senat, untuk membuat Perjanjian, dibutuhkan
dua pertiga persetujuan Senator yang hadir; dan ia akan mencalonkan, dan oleh dan dengan Nasihat dan Persetujuan
Senat, akan menunjuk Duta, Menteri lain dan Konsul, Hakim Mahkamah Agung, dan semua petugas lainnya dari Amerika
Serikat, yang Jabatannya tidak ada dalam dokumen ini sebaliknya disediakan, dan yang harus ditetapkan dengan
Undang-Undang.
Yang artinya Presiden Amerika Serikat akan mempunyai Wewenang, oleh dan dengan Nasihat dan Persetujuan Senat, untuk
membuat Perjanjian, asal dua pertiga anggota Senat yang hadir setuju; dan ia akan mencalonkan, atas dan dengan Nasihat dan Persetujuan
Senat, mengangkat Duta Besar, Duta-Duta lain dan Konsul, Hakim Makamah Agung, dan semua pejabat lain Amerika Serikat, yang
pengangkatannya belum disebut didalam ayat tersebut, yang akan