Waktu Hancur Tablet Keseragaman Sediaan Tablet Disolusi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.4 Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa. Waktu hancur dipengaruhi oleh sifat fisik granul dengan kekerasan Banker dan Anderson, 1994. Waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet untuk medium yang sesuai kecuali dinyatakan lain tidak lebih dari 15 menit Anonim, 1995.

2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yairu keragaman bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif berkisar 50 mg atau lebih yang merupakan 50 atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Untuk penetapan sediaan dipih tidak kurang dari 30 satuan Ditjen POM, 1995 Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10 satuan sediaan yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atay dalam keseragaman kandungan terletak antara kisaran yang telah ditetapkan pada literatur dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif . Jika kondisi tidak dipenuhi pada uji 10 satuan, makan uji 20 satuan tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 satuan terletak di luar rentang 75 hingga 125 dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatig 7,8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.6 Disolusi

Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat dari sediaan padat dalam medium tertentu Wagner, 1971. Gambar 2.2 Disolusi Obat dari Suatu Padatan Matriks Martin, et al, 1993 Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi homogen bentuk ion dispersi molekuler sedangkan kecepatan pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan Martin et. al,, 1993; Wagner, 1971. Proses disolusi obat dari suatu matrik ditunjukkan pada Gambar 2.2. Secara keseluruhan kecepatan disolusi dapat digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney : dMdt = D S h C s - C b ................................................... 2.1 Keterangan : dMdt : Laju pelarutan obat pada waktu t M : Jumlah massa terlarut mg atau mmol terhadap t waktu detik D : Koefiesien laju disolusi cm 2 s S : Luas permukaan partikel cm 2 h : Ketebalan dari lapisan film cair stagment layer yang terbentuk Cs : Konsentrasi obat sama dengan kelarutan obat dalam stagment layer Cb : Konsentrasi obat dalam bagian terbesar pelarut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mirip dengan hukum difusi Fick Shargel, et al, 2 005. Hukum difusi Fick secara matematik dinyatakan sebagai berikut: dMdt = DSC s h .................................................................. 2.2 Persamaan Noyes-Whitney memperlihatkan bahwa pelarutan dalam labu dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi dan pelarut. Obat dalam tubuh, terutama dalam saluran cerna dianggap mealrut dalam suatu lingkungan “aqueous”. Penetrasi obat melintasi dinding usus dipangaruhi oleh kemampuan obat berdifusi D dan partisi antar membran lipid. Suatu koefisien partisi yang mendukung Kminyakair akan memindahkan absorpsi obat. Faktor- faktor yang mempengaruhi disolusi obat dari suatu bentuk sediaan oral padat meliputi Shargel, Wu-Pong Yu, 2005: 1 Sifat fisika dan Kimia bahan obat aktif Sifat-sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi : kelarutan zat aktif, bentuk kristal, kompleksasi serta ukuran partikel. Sifat fisikokimia lain seperti kekentalan dapat menimbulkan masalah disolusi. 2 Sifat bahan tambahan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan tambahan dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi tergantung kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi dapat menghambat atau mempercepat laju disolusi tergantung bahan tambahan yang digunakan. Cara pengolahan bahan baku, bahan tambahan dan prosedur yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga berpengaruh terhadap laju disolusi. Waktu pengadukan lama pada granulasi basah dapat menghasilkan granul- granul besar, keras dan padat sehingga pada proses UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pencetakan dihasilkan tablet dengan waktu hancur dan disolusi yang lama. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi diantaranya : kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien bahan tambahan dan kekerasan. 3 Metode fabrikasi Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata mempengaruhi kualitas dan bioavailabilitas obat tersebut. Sifat ruah curah serbuk farmasetis termasuk ukuran partikel, kerapatan, aliran, wettability, dan luas permukaan. Beberapa sifat tersebut penting dari pandangan proses pabrikasi manufaktur, misalnya kerapatan dan aliran, sedangkan sifat lainnya dapat berpengaruh kuat pada laju disolusi produk obat ukuran partikel, wettability, dan luas permukaan. USP-NF United States Pharmacopeia mengatur standar untuk uji disolusi dan pelepasan. Kecepatan disolusi obat merupakan tahap sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu sediaan padat berada dalam saluran cerna, bahan berkhasiat harus terlarut, sesudah itu barulah obat tersebut dapat melewati membran saluran cerna. Obat yang larut baik dalam air akan melarut cepat dan berdifusi secara pasif. Sebaliknya, obat yang kelarutannya kecil kecepatan disolusi tidak larut atau disintegrasi sediaan relatif karena pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif Syukri, 2002. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari jenis alat, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi: a Alat 1 Tipe Keranjang. Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi keranjang berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98 mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada ± C selama pengujian dan menjaga agar gerakan air halus dan tetap. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas. b Alat 2 Tipe Dayung. Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan Ditjen POM, 1995. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Spektrofotometer UV-Visible