UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
y = 0,06x + 0,0036 R² = 0,9998
R = 0,9999
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
2 4
6 8
10 12
14
Abso rb
an si
Konsentrasi ppm
Simvastatin pada pelarut metanol memiliki panjang gelombang 238 nm menurut USP XXXII tahun 2010. Berdasarkan hasil pengukuran yang
diperoleh, panjang gelombang simvastatin mengalami pergeseran batokromik, yaitu pergeseran panjang gelombang ke arah lebih besar.
Pergeseran panjang gelombang dapat terjadi karena adanya pengaruh dari pelarut dan pH pelarut, di mana pelarut sering memberikan pengaruh
yang besar pada kualitas dan bentuk dari spektrum Moffat, et. al, 2005
4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi digunakan untuk penetapan kadar tablet simvastatin, yang kadarnya dapat dihitung melalui persamaan regresi liner. Kurva
kalibrasi standar simvastatin dibuat menggunakan pelarut metanol yang kemudian diencerkan kembali menggunakan pelarut aquades. Dari
pembuatan kurva kalibrasi simvastatin diperoleh persamaan regresi linier y = a + bx dan koefisien korelasi r, di mana y menggambarkan absorbansi
dan x menggambarkan konsentrasi. Persamaan regresi linier simvastatin
adalah y = 0,06x + 0,0036 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih
lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan kadar simvastatin dalam sampel. Berdasarkan data
menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien korelasi r yang memenuhi syarat
linearitas yaitu r ≥ 0,999 Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997.
Pada kurva kalibrasi uji disolusi didapatkan persamaan regresi linier
y = 0,0555x + 0,0124 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih lengkap
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0
Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan kadar simvastatin dalam pengujian disolusi tablet. Berdasarkan
data menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien korelasi r yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999
Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997.
4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui nilai kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang
tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing- masing monografi Syamsumi, 2007
y = 0.0555x + 0.0124 R² = 0.9994
R = 0,9997
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
5 10
15 20
Abso rb
an si
Konsentrasi ppm
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer UV- Visible Hitachi dalam pelarut metanol. Penetapan kadar simvastatin
dapat dilakukan dengan spektrofotometri karena memiliki gugus kromofor yang berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan gugus auksokrom.
Penggunaan pelarut metanol karena simvastatin mudah larut dalam metanol, selain itu juga didukung oleh literatur USP United States
Pharmacopeia XXXII tahun 2010 yang menggunakan metanol sebagai pelarut untuk penetapan kadar simvastatin. Hasil penetapan kadar obat
tertera pada Tabel 4.3 dan data hasil uji penetapan kadar terdapat pada Lampiran 12.
Tabel 4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin
Tablet e-catalogue BPJS
Non e-catalogue BPJS Generik A
Generik B Merek X
Merek Y
Kadar
95,06 87,23
96,90 95,40
94,23 88,56
95,90 94,06
Rerata
94,65 87,90
96,40 94,73
SD
0,589 0,942
0,707 0.942
RSD
0,622 1,072
0,733 0,995
Berdasarkan hasil dari data yang tertera pada tabel terdapat satu merek yakni generik B yang tidak memenuhi persyaratan yaitu kurang dari
rentang persyaratan untuk kadar simvastatin yang berkisar tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah simvastatin anhidrat yang
tertera pada etiket USP XXXII,NF 27, 2010. Sementara untuk ketiga merek lain yakni generik A, merek X dan merek Y telah memenuhi
persyaratan. Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi
mempengaruhi efek terapi yang diharapkan. Namun kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat
tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan tidak adanya efek terapi yang diharapkan, sehingga bila terdapat kadar yang tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sesuai dengan persyaratan maka dapat mempengaruhi jumlah kumulatif kadar terdisolusinya dan juga berdampak pada khasiat maupun
farmakokinetik obat tersebut.
4.6 Keseragaman Kandungan