UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan untuk simvastatin persyaratan dipenuhi jika mengandung simvastatin tidak kurang dari 85,0 dan tidak lebih
dari 115,0 dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari sama dengan 6,0. Dengan demikian semua merek uji telah
memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.
4.7 Uji Disolusi Tablet simvastatin
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS sehingga dapat
diketahui apakah profil disolusi sediaan tersebut memiliki persamaan dan telah sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh USP XXXII dan melalui profil
disolusi juga dapat diketahui mekanisme pelepasannya. Uji disolusi in vitro merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui profil pelepasan obat yang
dapat menggambarkan profil farmakokinetika obat dalam tubuh Lachman, 1994, di mana laju pelepasan obat dalam cairan saluran cerna merupakan
salah satu tahapan penentu rate limiting step absorpsi sistemik obat Sutriyo, et. al,, 2005
Uji disolusi dilakukan berdasarkan metode yang ditetapkan USP XXXII yaitu metode uji disolusi tes satu, yakni menggunakan alat disolusi tipe 2
tipe dayung, sementara medium disolusi ialah cairan usus tiruan dapar fosfat di adjust NaOH hingga pH 7,0 sebanyak 900 mL beserta surfaktan
Natrium Lauril Sulfat yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kelarutan simvastatin dengan menurunkan tegangan permukaan zat aktif
sebab simvastatin termasuk dalam kategori BCS Biopharmaceutical Classification Systems kelas II, yaitu zat yang memiliki tingkat kelarutan
rendah namun tingkat permeabilitas tinggi. Selain medium yang digunakan menggambarkan fisiologis saluran cerna, sifat medium disolusi juga
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam uji disolusi. Media yang digunakan tergantung sifat zat aktif obat dan lokasi di dalam saluran
cerna di mana diperkirakan obat akan melarut. Menurut literatur, semua obat golongan statin memiliki first pass
extraction pada hati dan hampir seluruh dosis yang diabsorbsi akan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dieksresikan melalui empedu dan sisanya 5 - 20 dieksresikan melalui urin Katzung, 2009. Ileum atau usus penyerapan adalah bagian akhir dari usus
kecil. Bagian ini memanjang dari jejunum, bagian tengah dari usus kecil, ke pangkal usus besar. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 netral atau sedikit
basa. Ileum melakukan beberapa fungsi penting yaitu menyerap kembali garam empedu dan membantu mempertahankan tingkat garam empedu bagi
pencernaan dan penyerapan lemak di usus kecil Haris, 1995. Empedu berperan penting dalam pelarutan simvastatin, karena struktur kimia empedu
memberikan dua fungsi berbeda yaitu salah satu ujung dari molekul empedu menarik air dan ujung lainnya menolak air. Hal ini memberikan empedu
kemampuan untuk bertindak sebagai deterjen yang memecah lemak menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna oleh enzim lipase
Champbell, 2004. Oleh sebab itu, penggunaan natrium lauril sulfat sebagai detergen dapat digunakan untuk menggambarkan fisiologis saluran cerna.
Penggunaan natrium lauril sulfat juga merupakan rujukan oleh literatur USP XXXII.
Uji disolusi dilakukan selama 60 menit pada suhu 37 ± 0,5 C, dan
kecepatan pengadukan 50 rpm USP XXXII, 2010. Pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 mL dan
segera digantikan dengan medium disolusi baru yang sama sengan jumlah pencuplikan untuk menjaga agar volume disolusi tetap. Kemudian sampel
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dan dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan regresi yang telah ditentukan
sebelumnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan enam tablet pada masing- masing sampel obat, kemudian didapatkan hasil profil disolusi berupa kurva
pelepasan obat, dapat di lihat pada Gambar 4.3.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat
Hasil presentase pelepasan kumulatif simvastatin dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin
Rata-rata kadar simvastatin terdisolusi Menit ke-
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS
Generik A Generik B
Merek X Merek Y
5 100,04 ± 5,32
22,55 ± 13,33 55,6 ± 5,19
57,36 ± 4,59 10
121,01 ± 3,78 72,50 ± 2,07
89,07 ± 2,89 90,12 ± 2,06
15 117,04 ± 4,94
88,58 ± 3,66 113,47 ± 2,90
101,42 ± 1,88 30
119,50 ± 5,06 102,66 ± 2,35
122,34 ± 2,73 116,88 ± 2,32
45 118,3 ± 2,68
96,28 ± 1,51 117,8 ± 3,63
113,25 ± 1,93 60
115,82 ± 2,67 89,99 ± 2,00
113,88 ± 2,52 106,55 ± 4,16
Keterangan : Nilai ± merupakan nilai SD dari masing-masing 6 tablet uji
Berdasarkan hasil kurva menunjukkan bahwa dari ke empat sampel menunjukan profil disolusi yang berbeda terutama untuk simvastatin e-catalogue
BPJS, di mana laju disolusi simvastatin e-catalogue untuk merek generik B yang terlihat dari kurva kumulatif yang terdisolusi terlampau lebih rendah presentase
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kadarnya dibandingkan dengan ketiga merek yang lain, sementara untuk simvastatin generik A dari awal menit kadarnya sudah terlampau tinggi. Sedangkan
untuk simvastatin non e-catalogue BPJS profil disolusinya terlihat hampir setara untuk merek X dan Y keduanya terlihat berhimpitan.
Pada simvastatin generik B laju disolusinya lebih kecil dibandingkan dengan ketiga simvastatin lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor pengikat dan
disintegran, di mana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi kekuatan ikatan partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi kemudahan cairan
untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan dalam tablet tersebut. Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan
bobot dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi. Selain itu penyebab lain yang mungkin adalah formulasi dari sediaan
tablet yang kurang baik. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi di antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien bahan tambahan
dan kekerasan. Dapat terlihat pada Tabel 4.1 untuk uji kekerasan tablet generik B memiliki nilai rata-rata terbesar dibandingkan ketiga tablet simvastatin yang lain,
sehingga faktor formulasi berkaitan erat dengan laju disolusi dari sebuat tablet. Selain itu, pada pengujian waktu hancur, tablet simvastatin generik B memiliki
waktu hancur yang paling lama dan waktu hancur tablet terletak pada menit ke-5, sedangkan tablet simvastatin lainnya memeiliki waktu hancur kurang dari 5 menit,
sehingga waktu hancur tablet simvastatin generik B yang terlampau lebih lama juga mempengaruhi laju disolusinya.
Pada simvastatin generik A laju disolusinya paling tinggi sejak menit ke-5 atau sejak pengambilan cuplikan yang pertama, akan tetapi mengalami penurunan
kadar pada menit ke-15, dan justru titik puncak kadar terdapat pada menit ke 10, semestinya untuk simvastatin kadar puncaknya terletak pada menit ke-30. Hal ini
dapat terjadi karena pada Tabel 4.2 untuk pengujian waktu hancur tablet, simvastatin A memiliki waktu hancur yang relatif lebih cepat dibandingkan
dengan ketiga tablet simvastatin lainnya, sehingga isi tablet yang pecah menjadi partikel-partikel terlarut, dan daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas,
dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam medium, maka pecahnya tablet tersebut mempengaruhi saat pengambilan cuplikan yakni penyebaran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
partikel-partikel dan tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut. Oleh sebab itu, memberikan hasil yang fluktuatif di
setiap menit pengambilan cuplikan. Sementara pada simvastatin tablet non e-catalogue BPJS yakni merek X
dan merek Y terlihat berhimpitan laju disolusinya meskipun pada pengujian kekerasan tablet dan pengujian waktu hancur keduanya memiliki hasil yang
berbeda yakni untuk waktu hancur merek X lebih cepat dibandingkan merek Y, begitu juga pada uji kekerasan, Merek X lebih mudah hancur dibandingkan Merek
Y tetapi pada laju disolusinya memberikan pelepasan obat yang tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor formulasi yang meskipun terdiri
dari bahan pengikat dan tambahan yang berbeda-beda namun memberikan pelepasan atau laju disolusi yang terlihat sama. Pelepasan zat aktif dari suatu
produk obat ini dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk
sediaan, di mana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya Tjay, 2002.
Uji disolusi ini didesain untuk membandingkan kecepatan melarutnya suatu obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi dan ketentuan yang sama dan
dapat diulangi Shargel, 1988. Terlihat dari kurva diatas bahwa kedua variabel saring berhimpitan akan tetapi simvastatin tablet non e-catalogue BPJS laju
disolusinya lebih tinggi dibandingkan dengan simvastatin tablet e-catalogue BPJS. Adanya perbedaan profil disolusi dari masing-masing keempat obat dapat
memberikan profil farmakokinetik dan efek terapi yang berbeda. Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem
penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, di mana berpengaruh terhadap kecepatan
dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh, jika disolusi makin cepat, maka absorbsi makin cepat, sehingga efektivitas terapi juga lebih cepat dan optimal.
Hasil uji disolusi berupa presentase kumulatif kadar simvastatin yang terdisolusi dari masing-masing sampel obat kemudian di analisis unutuk
mengetahui apakah pelepasan simvastatin dari keempat sampel sesuai dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
persyaratan disolusi yang disyaratkan oleh USP XXXII metode disolusi tes satu. Hasil analisis keseusaian pelepasan obat dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Pimvastatin pada Menit ke-45 dari
Empat Merek
Merek Obat
Kadar Simvastatin yang terdisolusi
Rentang penerima
an Keses
uaian Persy
aratan
Tablet Uji Rata-
rata 1
2 3
4 5
6
Generik B
99,82 91,39
97,88 95,28
97,88 95,44
96,28 ± 2,68
Tidak kurang
dari 70 Ya
Generik A
116,69 119,12
116,69 117,34
119,61 120,58
118,30 ± 1,51
Ya Merek X
119,44 113,28
124,15 116,04
119,28 114,58
117,80 ± 3,63
Ya Merek Y
111,01 112,47
112,15 113,12
117,17 113,61
113,25 ± 1,93
Ya
Berdasarkan dasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa keenam tablet uji dari masing-masing merek telah memenuhi persyaratan disolusi tablet simvastatin
menurut USP XXXII metode disolusi tes satu.
Tabel 4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII,
Tahun 2010 Persyaratan Disolusi
Jumlah tercantum dalam Etiket Menit Ketetapan
Kecepatan disolusi 5 mg
30 menit Tidak kurang dari 70
10 mg 45 menit
Tidak kurang dari 70 20 mg
45 menit Tidak kurang dari 70
Menurut USP XXXII, untuk sediaan simvastatin dengan dosis 10 mg, persyaratan disolusinya pada menit ke 45 kadarnya tidak boleh kurang dari 70 .
Hal ini terlihat dari keenam tablet uji pada menit ke 45 telah melebihi 70 sehingga keempat merek obat dianggap telah memenuhi persyaratan disolusi dari
USP XXXII.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.8 Analisa Statistik