Prosedur Kemitraan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

81 mengupayakan peningkatan pendapatan petani vanili, PHBM juga diharapkan mampu mengupayakan kelestarian lingkungan hutan. Implementasi kemitraan PHBM di Desa Padasari dimulai dengan melakukan penanaman vanili pada tahun 2001 dengan jarak tanam 3 x 2 meter di bawah tegakan pinus merkusii berumur lebih dari 15 tahun dengan jarak tanam 10 x 5 meter dengan luas 6 hektar yang berlokasi di petak 11a RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas. Selanjutnya pada tahun 2002 penanaman vanili diperluas menjadi 30.25 hektar dengan areal tambahan di tiga petak 10b, c, dan 13 c. Diperluasnya areal penanaman vanili tersebut, membuktikan bahwa pengusahaan vanili dengan sistem tumpang sari telah memberikan hasil yang baik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan produksiproduktivitas yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani vanili.

6.4. Prosedur Kemitraan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

Kemitraan PHBM di Desa Padasari dimulai melalui enam tahapan, yaitu : 1 Sosialisasi, 2 Dialog, 3 Negoisasi, 4 Kelembagaan, 5 Kerjasama, dan 6 Pelaksanaan Ramdani, 2006 : 1. Sosialisasi Kegiatan sosialisasi PHBM di Desa Padasari dilaksanakan pada Oktober 2000. Melalui PHBM, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan lahan milik Perhutani untuk kegiatan usaha taninya atau kegiatan lainnya dengan tetap menjaga kelestarian hutan. Jenis kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan ini disesuaikan dengan tingkat keahlian yang dimiliki masyarakat dan keunggulan komparatif yang dimiliki Desa Padasari. 82 2. Dialog Kegiatan dialog yang dilaksanakan pada November 2000 bertujuan untuk : 1 mengetahui sejauh mana ketertarikan masyarakat Desa Padasari setelah mendapatkan sosialisasi PHBM, 2 menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini tercapai beberapa kesepakatan, yaitu : 1 bahwa areal kawasan hutan yang terdapat di BKPH Tampomas Desa Padasari merupakan hutan lindung, sehingga tidak diperbolehkan melakukan usahatani secara intensif. Hal ini dikhawatirkan akan merusak tanah dan lahan hutan serta akan merubah fungsi dari hutan tersebut sebagai daerah resapan air. Dari fungsi ini pula maka tidak dimungkinkan memanfaatkan hasil kayu dari areal hutan tersebut, 2 meski status hutan tersebut adalah hutan lindung, Perum Perhutani mengijinkan untuk melakukan pemanfaatan lahan di kawasan hutan lindung dengan pola pemanfaatan lahan di bawah tegakan pinus yang telah ditanam sejak 1967, 3 mengusahakan tanaman vanili dalam kegiatan PHBM di Desa Padasari. Dipilihnya tanaman vanili ini karena dalam pengusahaannya tidak memerlukan pengolahan tanah yang intensif dan tidak memerlukan pembukaan lahan terlebih dahulu. Selain itu tanaman vanili merupakan tanaman tahunan sehingga tidak diperlukan penggantian tanaman apabila sudah panen. Pola tanamnya dapat dilakukan sebagian tanaman sela diantara tanaman pokok pinus. 3. Negosiasi Negosiasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya bagian yang akan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama kemitraan tersebut. Dalam bernegosiasi antar kelompok tani dengan Perum Perhutani disepakati bahwa dalam 83 kemitraan tersebut pihak Perhutani akan memberikan bantuan berupa lahan usahatani dan modal uang sebagai biaya : a. upah penanaman, penyerbukan, dan pemanenan b. bibit vanili dan pohon panjat c. pupuk bokashi dan zat perangsang tumbuh ZPT organik merek Trubus. Sementara dari pihak kelompok tani memberikan input berupa keahlian dalam usahatani vanili, tenaga kerja, dan pengamanan sumberdaya hutan. Dari input-input yang dikeluarkan tersebut kemudian dikalkulasikan untuk mengetahui besarnya proporsi korbanan yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak. Pada negosiasi tersebut disepakati besarnya bagian keuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat adalah sebagai berikut : 1. Kelompok Tani Hutan : 42.5 2. Perum Pehutani : 42.5 3. Pemerintah Daerah : 5 4. Manajemen Fee : 10 Selama hasil produksi belum dapat menutupi dana yang dikeluarkan untuk biaya penanaman vanili, bagi hasil antara Kelompok Tani Hutan dengan Perum Pehutani akan tetap sebesar 42.5 persen. Setelah biaya dapat ditutupi, bagi hasil dapat berubah menjadi 25 persen untuk Perhutani dan 75 persen untuk Kelompok Tani atau 10 persen untuk Perhutani dan 90 persen untuk Kelompok Tani. Pembagian ini disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah fihak. 84 4. Kelembagaan Kegiatan dalam PHBM terbuka bagi siapa saja masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan tergabung dalam suatu lembaga kelompok tertentu yang mempunyai badan hukum. Hal ini dimaksudkan supaya dalam proses kemitraan, pengawasan dan koordinasi dapat dilakukan dengan mudah. Kelompok Tani Bagjamulya sebagai kelompok tani hutan yang ada di Desa Padasari memenuhi salah satu persyaratan dari tahapan ini. Meskipun Kelompok Tani Bagjamulya pada waktu itu belum berbadan hukum, namun selama ini telah melakukan kerjasama dan hubungan yang baik dengan Perum Perhutani di mana Perum Perhutani juga sebagai salah satu pembina dari kelompok tani tersebut maka Kelompok Tani Bagjamulya dianggap dapat memenuhi persyaratan dari kelembagaan ini. Kelompok Tani Hutan Bagjamulya pada akhirnya mempunyai akta notaris dan berbadan hukum pada 19 Januari 2005. 5. Kerjasama Pada kegiatan ini dilakukan penandatanganan kerjasama secara tertulis antara Kelompok Tani Hutan Bagjamulya dan Perum Perhutani KPH Sumedang. Dalam kerjasama tersebut ditentukan bahwa jangka waktu kerjasama kemitraan usaha tersebut adalah untuk satu musim tanam. Namun, hal ini tidak berarti bahwa setelah satu kali tanaman vanili tersebut panen maka kemitraan berakhir. Kerjasama kemitraan ini akan terus berlangsung dalam jangka panjang, sampai batas waktu yang disepakati bersama selanjutnya. 85 6. Pelaksanaan Pada tahapan ini, semua hasil negosiasi dan kerja sama mulai direalisasikan. Tahap pertama yang direalisasikan adalah pengadaan sarana produksi yang dibutuhkan dalan usahatani vanili. Sarana produksi itu antara lain lahan, bibit vanili, pupuk, pohon panjat, tenaga kerja dan modal. Setelah kegiatan pengadaan sarana produksi vanili ini selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan pengadaan prasarana produksi berupa pembangunan gubuk kerja, plang tanaman, dan jalan pemeriksaan. Penanaman vanili dilaksanakan tanggal 10 Januari 2001. Pada tahapan-tahapan kegiatan di atas mulai dari kegiatan sosialisasi sampai kegiatan pelaksanaan tidak semua anggota kelompok mengikutinya. Dalam kegiatannya kelompok hanya diwakili oleh pengurus kelompok. Akan tetapi dalam penentuan sikap yang menyangkut keterlibatan dan hasil yang akan diterima kelompok, perwakilan kelompok selalu bermusyawarah terlebih dahulu dengan seluruh anggota sehingga langkah-langkah yang diambil oleh perwakilan kelompok tersebut merupakan kebijakan yang telah disepakati bersama. 86

VII. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN