Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015
“siluman” ini. Tindakan Gubernur DKI terkait anggaran “siluman” ini akhirnya berbuntut panjang. Bahasan RAPBD DKI 2015 pun menjadi macet.
Bahkan berujung pada disepakatinya hak angket oleh DPRD DKI untuk menggulingkan Ahok, selaku Gubernur DKI.
Menanggapi hal tersebut masyarakat pun mulai menyuarakan pendapatnya melalui linimasa Twitter. Dukungan terhadap Gubernur DKI
guna memberantas korupsi dikalangan pemerintah terus mengalir. Hal ini dapat dilihat dari tagar SaveAhok yang menjadi trending topic saat itu. Tagar
itu bahkan memuncaki daftar pertama kicauan pengguna Twitter di Indonesia. Sebagian kicauan berisikan pembelaan terhadap Gubernur DKI, Basuki
Tjahaja Purnama.
Gambar 4.3 Pemberitaan Seruan Dukungan Terhadap Gubernur DKI di Twitter - 27 Februari 2015. Sumber : Detik.com
Gambar 4.4 Tagar SaveAhok Menjadi Trending Topic Sumber : Kompas.com
Mayoritas warga DKI memang mengikuti isu ini, hal ini telah dibuktikan oleh survei yang dilakukan lembaga survei, Populi Center, yang
bertajuk “Anggaran Siluman di Mata Masyarakat Jakarta”. Hasil survey tersebut mengatakan sebanyak 59,8 masyarakat Jakarta mengikuti isu
anggaran siluman, dan yang tidak mengikuti ada 25,5. Terlihat masyarakat Jakarta tertarik dengan isu tersebut dan dianggap sebagai hal yang penting
2
. Masyarakat pun terbagi menjadi dua kubu, kubu yang memercayai
RAPBD versi Pemprov DKI dan yang memercayai RAPBD versi DPRD DKI. Namun, menurut survei yang dilakukan Populi Center, mayoritas warga
lebih percaya kepada versi Pemprov dibanding versi DPRD. Tercatat sebanyak 42,6 persen masyarakat Jakarta menyatakan percaya pada dokumen
RAPBD versi Pemprov DKI. Sementara itu, yang percaya pada APBD versi DPRD hanya 7,4 persen.
3
Berlarut-larutnya kisruh ini merugikan banyak pihak. Pemprov DKI Jakarta diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar Rp.11,4 triliun
akibat kisruh anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Kerugian ini disebabkan oleh sanksi atas keterlambatan pengesahan APBD DKI tahun
2015
4
. Tidak sampai disitu kisruh APBD DKI Jakarta dikhawatirkan akan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat Ibu Kota. Kerugian tersebut dapat
2
Andri Do nnal Putera,”Mayoritas Warga Jakarta Ikuti Isu APBD dan Anggaran
Siluman”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http:megapolitan.kompas.com read2015031916085821Mayoritas.Warga.Jakarta.Ikuti.Isu.APBD.dan.Anggaran.Siluman
3
Andri Donnal Putera, “Kekisruhan APBD, Warga Lebih Percaya Informasi dari Ahok Ketimbang DPRD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http:megapolitan.kompas.com
read201503191619024Kekisruhan.APBD.Warga.Lebih.Percaya.Informasi.dari.Ahok.ketimban g.DPRD
4
Tara Marchelin Tamalea, “Kisruh APBD, Jakarta Dikhawatirkan Rugi Rp 11,4 Triliun”, berita
diakses pada
14 Desember
2015 dari
http:megapolitan.kompas.comread 2015030315392921Kisruh.APBD.Jakarta.Dikhawatirkan.Rugi.Rp.11.4.Triliun
berpengaruh pada pelayanan publik. Seperti pada anggaran Kartu Jakarta Sehat 2015 senilai Rp.1,3 triliun dan anggaran Kartu Jakarta Pintar 2015
senilai Rp.2,2 triliun terancam terlambat turun akibat permasalahan ini. Begitu juga dana Bantuan Operasional Sekolah senilai Rp.2,51 triliun.
Keterlambatan ini akan menyebabkan semakin menurunnya pelayanan publik diberbagai bidang.
5
Kisruh pengesahan APBD DKI 2015 menemui jalan buntu. Karena kisruh terus berorientasi pada konflik kasus
“dana siluman”, hak angket dan cenderung berorientasi kepada konflik personal antara Gubernur DKI Jakarta
dan DPRD DKI Jakarta. Yang pada akhirnya membuat batas waktu pengesahan APBD DKI telah terlewati. Oleh karena itu sesuai dengan PP
582005 pasal 46 yang berbunyi: “Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat 1 tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancan
gan peraturan kepala daerah tentang APBD” APBD 2015 ditetapkan melalui Peraturan Gubernur dan besaran
anggaran sama dengan pada tahun 2014. Hal ini adalah kali pertama terjadi. Padahal sebelumnya, ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi yang juga ketua
Badan Anggaran berjanji pada Gubernur DKI Jakarta bahwa DPRD akan sepakat mengeluarkan Peraturan Daerah Perda, bukan Pergub. Namun,
karena alasan sakit saat rapat akhir penetapan APBD, Prasetio tidak hadir.
5
Tara Marchelin Tamalea, “Kerugian Masyarakat Akibat Kisruh APBD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http:megapolitan.kompas.comread2015030313205631
Kerugian.Masyarakat.Jakarta.Akibat.Kisruh.APBD