Konsep Media Massa TINJAUAN TEORITIS

sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta khalayak pendengar. 24 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 25 Pendapat lain dikemukakan oleh AS Haris Sumadiria yang menyatakan berita adalah semua hal yang terjadi di dunia, apa yang ditulis dalam surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi. 26 Dari uraian tadi kiranya dapat diartikan berita merupakan suatu informasi yang bersifat aktual, kebaruan dan terkini yang ada dalam kehidupan masyarakat dan disampaikan kepada khalayak dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dalam pemahaman lebih dalam, berita dibedakan menjadi dua sistem yaitu menurut Pers Barat dan Pers Timur. Keduanya mempunyai sistem yang sangat bertentangan dan berbeda. Dalam Pers Timur berita tidak dipandang sebagai “komoditi”: berita bukan “barang dagangan”. Berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “ingin tahu” segala sesuatu yang luar biasa dan “menabjubkan” melainkan pada keharusan ikut usaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Berbeda dengan Pers Barat memandang berit a itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. “Tidak heran kalau Pers Barat mendefinisikan berita 24 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, h. 64. 25 Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 27. 26 Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, h. 28. seperti yang diberikan oleh ‘raja pers’ dari Inggris, Lord Northcliffe, yang mengatakan bahwa “News is anything out of ordinary”. 27 2. Jenis Berita Terdapat beberapa jenis berita yang diantaranya adalah: 28 1. Hard News, segala informasi penting dan menarik yang harus segera di laporkan atau disiarkan agar cepat diketahui khalayak. 2. Soft News, segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat segera ditayangkan. 3. Dokumenter, program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan berpendidikan namun disajikan dengan menarik. 3. Objek Berita Objek berita seluruhnya menggambarkan atau menginformasikan tentang fakta. Dalam hal ini fakta yang dimaksud yaitu: a. Peristiwa: suatu kejadian yang baru terjadi dan hanya sekali terjadi. b. Kasus: kejadian atau fakta yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa. c. Fenomena: suatu kejadian yang pengaruhnya melebihi batas teritorial tertentu, dan ruang-ruang identitas lainnya, dan terjadi secara berulang-ulang. Dalam menulis berita perlu diperhatikan beberapa elemen nilai berita yang menjadikan peristiwa atau kejadian tersebut memiliki daya tarik. Menurut Septiawan K. Santana elemen nilai berita terbagi menjadi berikut: 29 27 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 32. 28 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir Jakarta: Kencana, 2008 h. 25-28. a. Immediacy, berkaitan dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan atau nilai baru. b. Proximity, keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian mereka. c. Consequence, nilai berita yang memberikan konsekuensi atau memiliki pengaruh bagi khalayak. d. Conflict, berkaitan dengan peristiwa perang, demonstrasi, kerusuhan, kriminal, atau perseteruan. e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi atau jarang ditemui. f. Sex, berkaitan dengan peristiwa perselingkuhan, hubungan antar invidu. g. Emotion, biasanya disebut sebagai elemen human interest, dimana elemen ini berkaitan dengan kisah-kisah yang menyentuh emosi manusia. h. Prominence, berkaitan dengan keterlibatan orang-orang penting, terkenal atau tokoh. i. Suspence, adanya peristiwa yang mengejutkan atau sesuatu yang ditunggu-tunggu. j. Progress, berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa. Unsur penting yang ada dalam berita meliputi pertanyaan yang dapat menjawab rasa ingin tahu masyarakat pembaca. Unsur berita tersebut adalah: What apa peristiwa yang terjadi, who siapa yang terlibat dalam peristiwa, 29 Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, h. 31. where dimanakah peristiwa terjadi, when kapan peristiwa terjadi, why penyebab peristiwa terjadi, dan how bagaimana itu terjadi. 4. Kaidah-kaidah Berita a. Akurasi accuracy: kebenaran dan ketepatan data yang diberitakan. b. Keseimbangan balance: keseimbangan ini dilakukan ketika sebuah peristiwa berkaitan dengan dua belah pihak. Maka, untuk menyeimbangkannya, wartawan harus sama-sama menggali data dari dua belah pihak terkait secara seimbang. Begitu juga dalam penulisannya. c. Kejelasan clarity: dapat dipahami maksud yang dikehendaki dalam ini berita. Ini meliputi keutuhan data dan penulisan berita. J. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Dengan demikian anggaran merupakan suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen berupa rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut merupakan suatu pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut. 30 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 31 APBD merupakan 30 Dedi Nordiawan, dkk., Akutansi Pemerintahan Jakarta: Salemba Empat, 2008, h. 19. 31 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003, pasal 1 butir 8. pengejawantahan rencana kerja pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun dan berorientasi kepada tujuan kesejahteraan publik. 32 APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD juga ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD, demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah. 33 APBD memiliki struktur yang merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan. Sebagai dokumen APBD merupakan rangkaian seluruh jenis pendapatan, jenis belanja, dan sumber-sumber pembiayaan, oleh karena itu akan ada kemungkinan surplus atau defisit. Surplus anggaran terjadi jika terdapat selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah. Sebaliknya defisit terjadi jika terdapat selisih kurang pendapatan daerah terhadap belanja daerah, sedangkan jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplusdefisit anggaran. 34 1. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam massa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala daerah dalam penyusunan Rancangan APBD RAPBD 32 Indra Bastian, Akutansi Sektor Publik Jakarta: Erlangga, 2006, h. 189. 33 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2008, h. 369. 34 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 371. menetapkan prioritas dalam plafon anggaran sebagai dasar peyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja RKASK perangkat daerah. Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran tersebut kepala RKASK perangkat daerah dengan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. RKASK perangkat daerah disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya. 35 Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran, baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah dan ini berdampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung mempunyai hubungan dengan penyusunan anggaran, dalam pelaksanaan penyusunanya itu tidak mudah, karena banyak dampak negatif yang keluar pada diri seseorang, diantaranya perbuatan yang sangat tidak terpuji dan berdampak merugikan bagi negara contohnya, perbuatan korupsi. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 Ayat 4 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa:“APBNAPBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi”. 36 a. Fungsi otoritas: Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan. 35 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h. 87. 36 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, pasal 3 ayat 4. b. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah. d. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah. e. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. f. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah. 2. Praktik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan pemerintah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. Di dalam praktiknya APBD, kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah. 37 37 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 77. Dalam pelaksanaan APBD, semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan, bunga atau nama lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa dan dari penyimpanan dan atau penempatan uang daerah merupakan pendapatan daerah dan dibukukan sebagai pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD. 38 Dalam rangka pelaksanaan APBD, SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan yang tidak tersedia anggaranya, danatau yang tidak cukup tersedia anggaranya dalam APBD. Pelaksanaan belanja daerah ini harus didasarkan pada perinsip hemat, tidak mewah, efektif, efesien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan APBD adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah DPA-SKPD. DPA SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. 39 Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. 40 Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah, semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. Rekening 38 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2007, h. 206. 39 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 390. 40 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 95. kas umum daerah dalam ayat ini adalah tempat penyimpanaan uang dan surat berharga yang ditetapkan oleh kepala daerah. Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat- lambatnya dalam waktu satu hari kerja. 41 Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah, setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak penagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana SPD, atau DPA-SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. 42 SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran SPP, pengertian berdasarkan DPA-SKPD dala hal ini, adalah seperti untuk kegiatan yang sudah jelas alokasinya, SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatanbendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran. 41 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 392. 42 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 393. 37

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dakwah FIDIKOM Universitas Islam Negeri Jakarta dan Fakultas Ilmu Komunikasi FIKOM Universitas Sahid Jakarta. Namun, sebelum masuk pada gambaran umum kedua fakultas tersebut diatas. Terlebih dahulu peneliti akan menyajikan gambaran umum Universitas Islam Negeri Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Sejarah Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi, sejarah perkembangan UIN Jakarta tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam di Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan Islam secara modern. Karena berdirinya UIN pada dasarnya merupakan keinginan umat Islam untuk membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan mahasiswa yang handal dalam merespon setiap kebutuhan masyarakat dan perubahan zaman. 1 Pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari dibentuknya Akademi Dinas Ilmu Agama ADIA sebagai akademi dinas Departemen Agama pada tanggal 1 Juni 1957. Yang dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 ADIA bergabung dengan PTAIN Perguruan Tinggi Agama 1 Admin, Sejarah UIN Jakarta, artikel diakses pada 20 September 2015 dari http:www.uinjkt.ac.id?page_id=49 Islam yang berada di Yogyakarta menjadi IAIN al Jamiah al Hukumiyah dengan dua fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Kemudian, pada tahun 1962 dibuka Fakultas Ushuluddin yang merupakan metamorfosis dari Jurusan Da’wah wal Irsyad Jurusan Imam Tentara. Mengingat perkembangannya yang pesat dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1963 bahwa IAIN yang telah mempunyai tiga fakultas maka dianggap telah mampu untuk berdiri sendiri , maka dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1963 tanggal 25 Februari 1963 IAIN cabang Jakarta menjadi IAIN al Jamiah al Hukumiyyah Syarif Hidayatullah Jakarta. Terakhir, pada 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya Keputusan Presiden RI No. 031 Tanggal 20 Mei 2002. Keppres itu menjadi landasan legalitas formal perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden H. Hamzah Haz tanggal 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank IDB. Sebagai upaya awal untuk menghilangkan dikotomi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai tahun akademik 20022003 menetapkan nama- nama fakultas sebagai berikut: 2 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; 2 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013 Jakarta: UIN Jakarta, 2012, h. 10. 2 Fakultas Adab dan Humaniora; 3 Fakultas Ushuluddin; 4 Fakultas Syariah dan Hukum; 5 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; 6 Fakultas Dirasat Islamiyah; 7 Fakultas Psikologi; 8 Fakultas Ekonomi dan Bisnis; 9 Fakultas Sains dan Teknologi; 10 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 11 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; 12 Sekolah Pascasarjana. Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu terkait lainnya dalam arti yang seluas-luasnya.

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi Menjadi lembaga pendidikan tinggi terkemuka, berdaya saing tinggi, dan terdepan dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, kemodernan, dan keindonesiaan. 3 3 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013, h. 10.