masyarakat luas. Aku baca disalah satu portal berita online waktu itu, kalo nggak salah sih
kompas.com. Karena APBD DKI 2015 belum disahkan,
pelayanan di
posyandu jadi
terhambat. See? Pasti ada efek domino dari semua itu kan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat kita lihat adanya perbedaan internalisasi antara informan yang satu dengan yang lainnya. DTA
memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI merupakan bukti bahwa masih banyak celah untuk para oknum yang tidak bertanggung jawab
melakukan tindak pidana korupsi. Hal tersebut bukan hanya bisa terjadi di DKI Jakarta, namun di daerah-daerah lain pun memiliki peluang yang
sama. Karena disetiap daerah memiliki proyek-proyek yang riskan untuk dijadikan lahan korupsi.
Berbeda dengan MNR, dia memahami pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai bahan pelajaran bagi daerah-daerah lain,
terutama daerah terpencil. Jika kota besar seperti DKI Jakarta saja mengalami hal seperti ini, bagaimana dengan kota-kota lainnya, begitu
menurutnya. Berbeda lagi dengan MON, dia memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai gambaran kurang harmonisnya
hubungan antara legislatif dan eksekutif. Hampir senada dengan MON, PAN memaknai pemberitaan
kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai cermin buruknya pemerintahan saat ini. Ketidakharmonisan antar sesama aparatur negara menyebabkan kericuhan
pada perancangan APBD DKI 2015, yang menyebabkan kerugian bagi banyak pihak. Salah satunya adalah terhambatnya pelayanan posyandu,
menurutnya banyak efek domino yang akan terjadi karena kisruhnya RAPBD.
Lain halnya dengan RO, dia memahami pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai akibat dari kurang transparannya pemerintah
selama ini. Baik dalam perancangan APBD sampai penggunaannya. Menurutnya dengan adanya kisruh RAPBD DKI 2015 masyarakat dapat
lebih memahami bagaimana prosedur dalam perancangan APBD di sebuah daerah. Khususnya bagi warga DKI Jakarta, yang belum lama ini
perancangan APBD-nya terhambat karena kisruh yang berkepanjangan. Perbedaan internalisasi yang dialami antara informan satu dan
yang lainnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti faktor pada saat proses eksternalisasi dan objektifikasi, ataupun faktor penyeleksian
terpaan media massa yang diterima masing-masing informan. Semua itu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang memahami sebuah realitas
sosial secara subjektif.
B. Ekternalisasi
Ekternalisasi adalah usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik.
6
Eksternalisasi merupakan salah satu fase dari proses dialektika. Melalui proses dialektika
ini, realitas sosial pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 terbentuk. Eksternalisasi terjadi pada tahap yang paling mendasar. Terjadi saat
adanya interaksi antara pesan pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dengan individu melalui media massa.
6
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media Yogyakarta: LKiS, 2002, h. 16.
Tabel 4.2 Eksternalisasi Mahasiswa mengetahui adanya kisruh RAPBD DKI 2015
Informan Komentar
RO E... Tau kok, yang ada... perbedaan versi
RAPBD antara DPRD sama Pemprov kan yah? DTA
Iya, saya tahu. MON
Iya saya tahu, emang karena pemberitaan itu sempat menjadi hot news di berbagai stasiun
televisi.
MNR Oh iya, saya tahu, tentang RAPBD, yang
tentang dana-dana siluman itukan? Yang tentang Pemda DKI sama DPRD DKI.
PAN Iyalah aku tau, siapa sih yang nggak tau kisruh
itu. Kan beritanya banyak di media massa waktu itu.
Tabel 4.3 Eksternalisasi Mahasiswa mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015
Informan Komentar
RO E... Ngikutin sih, tapi... bukan karena aku nya
memang tertarik sama dunia politik. Kebetulan, waktu itu kan. E... aku juga ada niat tuh buat
jadiin kisruh itu sebagai bahan penelitian aku. Terus
jadi aku
berusaha ngikutin
pemberitaannya. Tapi ya gituh ujung-ujungnya nggak jadi sih, hehehe tertawa kecil.
DTA Waktu itu cuma karena lagi booming jadi
penasaran. Ngikutin paling cuma sekali dua kali aja.
MON Iya, emang cukup mengikuti. Karena emang
saat itu sedang menjadi headline diberbagai media massa. Kemudian juga apa yang menjadi
headline di media massa itu, cukup menarik perhatian bagi saya dalam mengikuti masalah
yang ada diberita tersebut. Termasuk kemarin yang.. ya itu kisruh RAPBD DKI.
MNR Sebenarnya sih kalau untuk mengikuti dari awal
nggak, cuma pas kemaren-kemaren ada
pembahasan ada sempat ngobrol-ngobrol juga ya.... taulah sedikit-sedikit.
PAN Bisa dibilang sih ngikutin pada waktu itu, tapi
bisa dibilang juga enggak. Aku cuma mau tau aja, soalnya beritanya booming banget kan
waktu itu. Cukup menarik perhatian lah.
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa semua informan mengetahui pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Namun tidak semua informan
mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Hanya RO, MON dan PAN yang mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.3. Pengetahuan dan keikutsertaan mahasiswa pada pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 memperlihatkan telah terjadinya
tahap eksternalisasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti yang dikatakan Berger, eksternalisasi berlangsung ketika produk
sosial tercipta
didalam masyarakat,
kemudian individu
mengeksternalisasikan penyesuaian diri kedalam dunia sosiokulturalnya
7
. Pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 telah menjadi sebuah
produk sosial, karena pemberitaan tersebut telah menjadi bagian penting dalam masyarakat. Seperti yang dipaparkan para informan, kisruh RAPBD
DKI 2015 saat itu sangat gencar diberitakan oleh media massa. Hal tersebut menjadikan pemberitaan kisruh RAPBD ini menarik perhatian
banyak pihak, yang kemudian membuat pemberitaan ini dianggap penting untuk diketahui oleh masyarakat, termasuk mahasiswa. Sehingga
mahasiswa berusaha mengeksternalisasikan menyesuaikan diri dengan ikut mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015.
7
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Jakarta: Kencana, 2011, h. 16.