GAMBARAN UMUM ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN

16

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Konstruksi Sosial Realitas

Sejak kemunculannya, media massa memang telah menjadi objek penelitian. Yang mana, kemudian penelitian tersebut menghasilkan berbagai teori komunikasi massa. Salah satunya adalah teori konstruksi sosial realitas, yang muncul pada era teori kebudayaan. Teori-teori komunikasi massa yang masuk dalam era teori kebudayaan, kelompok pemikiran kultural atau sering juga disebut dengan tradisi sosiokultural, memiliki asumsi bahwa pengalaman terhadap kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial yang berlangsung terus-menerus, jadi bukan sesuatu yang hanya dikirimkan begitu saja kepublik. 1 Hal tersebut sejalan dengan ide pokok pemikiran teori konstruksi sosial realitas, yaitu bahwa dunia sosial tercipta karena adanya interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sehingga terjadilah komunikasi sepanjang waktu, yang mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki teori pribadinya sendiri-sendiri mengenai kehidupan. Teori pribadi itu menjadi model bagi manusia untuk memahami pengalaman hidupnya dan teori itu akan terus berkembang serta diperbaiki terus-menerus melalui berbagai interaksi sepanjang hidupnya. 2 1 Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 27. 2 Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, h. 134. Asal mula teori ini dari filsafat konstruktivisme dan teori ini berdiri diatas paradigma konstruktivis. Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun, demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 3 Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme: 4 1. Konstruktivisme radikal; konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dapat dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk ini tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologis objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Bentuk ini biasanya hanya mengakui apa yang dihasilkan oleh pikiran kita. Mereka tidak menganggap pengetahuan sebagai sebuah realitas. Karena realitas adalah sesuatu yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Misalnya adalah, orang barat akan menilai islam adalah sebuah agama yang mengajarkan kekerasan. Ini karena mereka melihat realitas yang terjadi selama ini dalam sisi islam begitu banyaknya aksi- aksi kekerasan yang melibatkan umat islam dalam menegakan amar ma’ruf nahi mungkar. 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Jakarta: Kencana, 2008, h. 187. 4 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Jakarta: Kencana, 2011,h. 14.