Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015

Masih hangat diingatan kita semua betapa kisruhnya rancangan APBD DKI tahun 2015 lalu. Pemberitaan mengenai kisruh ini gencar dilakukan berbagai media massa mulai dari media cetak, elektronik hingga online. Kisruh ini berawal dari perbedaan rancangan APBD DKI 2015 yang diserahkan pemprov DKI Jakarta kepada Kementerian Dalam Negeri. Pasalnya, RAPBD DKI 2015 telah disetujui oleh DPRD DKI pada sidang paripurna 27 Januari 2015. Gambar 4.1 Pemberitaan Disahkannya APBD DKI 2015 Pada Sidang Paripurna 27 Januari 2015. Sumber : Kompas.com Namun, DPRD menilai draf yang diserahkan Pemprov DKI bukan hasil kesepakatan dengan DPRD melalui paripurna 27 Januari lalu. Menurut pengakuan dari Ketua DPRD DKI, pada saat dirinya ketok palu, APBD 2015 sebesar Rp.73,8 triliun sedang yang diserahkan pihak Pemprov DKI sebesar Rp.73,08 triliun. Pihak DPRD DKI pun menuding bahwa APBD yang diajukan Pemprov DKI tidak sah. Karena tidak ada paraf ketua Ketua DPRD selaku Ketua Badan Anggaran 1 . Gambar 4.2 Pemberitaan Rasa Kecewa DPRD Terhadap Pemprov DKI - 13 Februari 2015. Sumber : Kompas.com Gubernur DKI, yang karap disapa Ahok ini tak menerima tudingan tersebut. Menurutnya, melalui penggunaan e-budgeting dokumen APBD yang diajukan ke Kemendagri tidak perlu paraf ketua DPRD DKI. Setelah mendapat evaluasi Kemendagri, baru ditandatangani antar-eksekutif dan legislatif. Alasan Gubernur DKI untuk menggunakan sistem e-budgeting cukup kuat. Gubernur menegaskan, Pemprof DKI tetap akan menjalankan sistem e-budgeting. Sehingga hanya beberapa pihak yang memiliki akun serta password untuk mengunci anggaran di e-budgeting. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya “dana siluman” dalam APBD. Pihak Pemprov pun balik menuding D PRD DKI perihal adanya “dana siluman” dalam RAPBD versi mereka. Gubernur DKI menyebut legislatif telah memotong anggaran sebesar 10-15 dari program-program unggulan Pemprov hingga muncul Rp.12,1 triliun yang dialokasikan untuk pos-pos tidak logis. Gubernur DKI yang kerap disapa Ahok ini pun geram dan melapor ke KPK terkait dugaan anggaran 1 Kurnia Sari Aziza, “Kecewa Pengajuan APBD 2015, Ketua DPRD Merasa Ditipu Ahok,” artikel diakses pada 14 Desember 2015 dari http:megapolitan.kompas.comread 2015021318555901Kecewa.Pengajuan.APBD.2015.Ketua.DPRD.Merasa.Ditipu.Ahok “siluman” ini. Tindakan Gubernur DKI terkait anggaran “siluman” ini akhirnya berbuntut panjang. Bahasan RAPBD DKI 2015 pun menjadi macet. Bahkan berujung pada disepakatinya hak angket oleh DPRD DKI untuk menggulingkan Ahok, selaku Gubernur DKI. Menanggapi hal tersebut masyarakat pun mulai menyuarakan pendapatnya melalui linimasa Twitter. Dukungan terhadap Gubernur DKI guna memberantas korupsi dikalangan pemerintah terus mengalir. Hal ini dapat dilihat dari tagar SaveAhok yang menjadi trending topic saat itu. Tagar itu bahkan memuncaki daftar pertama kicauan pengguna Twitter di Indonesia. Sebagian kicauan berisikan pembelaan terhadap Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Gambar 4.3 Pemberitaan Seruan Dukungan Terhadap Gubernur DKI di Twitter - 27 Februari 2015. Sumber : Detik.com Gambar 4.4 Tagar SaveAhok Menjadi Trending Topic Sumber : Kompas.com