Peran Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Pembekalan dan Pelatihan

yang mengatur kegiatan ekonomi dan perusahaan. Dan peraturan yang lain, memberi sumbangan yang penting atas menaikkan efisiensi dan produktivitas kegiatan perusahaan.

BAB III PERAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN K3 DAN SISTEM

MANAJEMEN K3 SMK3

A. Peran Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Pembekalan dan Pelatihan

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3 dikarenakan sebab yang tidak bisa dihindarkan seperti bencana alam, selain itu 24 dikarenakan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73 dikarenakan perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman. 138 Menurut pendapat ahli lainnya yaitu H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. 138 www.evta.gov.twfiles , diakses pada tanggal 20 April 2009 Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.Per- 01Men1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan. Ada juga Per-01Men1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan. Berbagai pelatihan yang ada Depnaker bekerjasama dengan Balai K3 dalam pelaksanaan pelatihan ini. Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah pengambilan tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan. 139 Pelaksanaan pendidikan atau pelatihan keselamatan dan kesehatam tenaga kerja dapat mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak aman. Tujuan pelatihan agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja. 140 Terkait dengan pelaksanaan pelatihan dan pembekalan pekerja yang dilakukan oleh Depnaker sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Bapak Mulyono, diantaranya : 141 1 Menciptakan ahli K3, melalui berbagai pelatihan yang difasilitasi oleh pemerintah dalam hal ini Depnaker. Setiap orang yang telah mengikuti 139 www.evta.gov.twfiles , diakses pada tanggal 20 April 2009 140 Ibid 141 Wawancara dengan Bapak Mulyono, Pengawas Madya fungsionalis, pada tanggal 21 Juli 2009 Universitas Sumatera Utara pelatihan ahli K3 maka akan mendapat sertifikat, penunjukan, legitimasi sebagai ahli K3 yang bersertifikat. 2 Sosialiasasi aplikasi SMK3 yang ditujukan kepada perusahaan. Sosialisasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran perusahaan akan pentingnya penerapan K3 dan audit SMK 3. 3 Pelatihan kompetensi pekerjaan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk para pekerja yang bekerja di bidang yang spesifik. Misalnya mesin uap, lift, atau intalasi listrik maka perusahaan wajib menyediakan operator mesin uap, operator lift, dan operator instalasi listrik yang sudah mendapat pelatihan dan SIO Surat Izin Operasional. SIO ini dikeluarkan oleh Depnaker atau Kantor dinas setempat bagi pekerja yang sudah mengikuti pelatihan, selain SIO ada juga sertifikat sebagai tanda lulus pelatihan. 4 Pelatihan tanggap darurat. Dilaksanakan oleh Perusahaan yang pesertanya adalah seluruh pekerja. Pelatihan ini ditujukan agar para pekerja dapat menghadapi segala situasi yang tidak biasa seperti bencana alam dan kebakaran. Karena pelaksanaan K3 ini bukan hanya tanggung jawab perusahaan tapi juga butuh kerjasama dan kesadaran dari pekerja. Pelatihan ini meliputi evaluasi, melihat ketersediaan P3K, melatih pekerja dalam menghadapi keadaan darurat, melatih pekerja menggunakan APAR Alat Pemadam Api Ringan dan lain-lain. 5 Seminar, tetapi hal ini jarang dilakukan. Biasanya hanya 1 satu kali dalm setahun. Pesertanya berasal dari masyarakat umum dan mahasiswa. Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja P2K3 Universitas Sumatera Utara Kegiatan lain yang dilakukan oleh Depnaker ialah membantu perusahaan dan pekerja yang ingin membentuk P2K3 : 142 a. Inventarisasi Perusahaan Kantor Depnaker setempat mengadakan inventarisasi terhadap perusahaan-perusahaan yang menurut ketentuan sudah harus membentuk P2K3. b. Pengarahan kepada perusahaan  Terhadap perusahaan yang bersangkutan diberikan pemberitahuan dan penjelasan tentang latar belakang dibentuknya P2K3 di perusahaan masing-masing.  Pemberitahuanpenjelasanpenyuluhan dapat dilakukan melalui surat menyurat maupun melalui pegawai pengawas petugas yang mempunyai program perusahaan yang bersangkutan.  Hal ini juga dapat dilakukan melalui penyuluhan serentak terhadap beberapa perusahaan secara klasikal. Perusahaan-perusahaan yang telah memiliki pekerja sebanyak 50 lima puluh orang atau lebih atau kurang dari 50 tapi memiliki potensi kecelakaan yang tinggi maka perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3. Setelah P2K3 dibentuk maka segera dilaporkan pada Depnaker setempat dan dilantik oleh Kepala Depnaker atau Gubernur setempat atas nama Menteri Tenaga Kerja. Kepala kantor wilayah Depnaker setempat juga menerbitkan SK Pengesahan Pembentukan P2K3 atas nama Menteri Tenaga Kerja. 142 Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, Bab III hlm.12-13 Universitas Sumatera Utara Undang-undang Keselamatan Kerja menetapkan bahwa “guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi” maka salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah mendorong, membentuk dan meningkatkan kemampuan serta aktivitas P2K3. 143 Dilihat dari fungsi dan tugas yang harus dilaksanakan oleh P2K3, maka pengawasan dalam arti pembinaan dilakukan oleh dua pihak, pengawasan intern oleh pimpinan perusahaan dan pengawasan ekstern oleh pemerintah. Pengawasan ekstern dilakukan oleh pemerintah ditujukan kepada sejauhmana ketentuan peraturan perundangan dilaksanakan dilingkungan perusahaan yang bersangkutan. Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah terkait : 144 1. Pembinaan Operasional. Semua program dapat dilaksanakan maka diperlukan berbagai kegiatan yang harus diikuti antara lain : • Jadwal waktu pelaksanaan suatu program, apakah harian, minggu, bulan atau tahunan. • Urutan prioritas pencapaian sasaran program. • Ukuran atau standard apa yang digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan pelaksanaan program. • Siapa penanggung jawab pelaksana program. • Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu program. 143 Undang-undang No.1 Tahun 1970, Pasal 10 ayat 1 satu 144 Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, Bab III, hlm.31-32 Universitas Sumatera Utara • Sumber dan besar biaya yang diperlukan. 2. Pembinaan Administrasi. Upaya memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3 maka perlu dilengkapi dengan berbagai contoh bentuk blanko atau isian formulir antara lain : • Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat diperinci menjadi bulanan dan mingguan. • Daftar akte izin dan pemeriksaan. • Data proses produksi. • Daftar alat-alat pelindung diri Pengawasan Ketenagakerjaan Depnaker Depnaker memiliki tugas sebagai pegawai pengawas dalam hal diterapkannya peraturan perundangan yang ada. Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independent guna menjamin pelaksanaan peraturan perundangan ketenagakerjaan. 145 Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang- undang ini sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. 146 Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh direktur, pegawai pengawas dan ahli K3 harus dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan bepengalaman. Karena fungsi pengawasan tidak 145 Undang-undang No.13 Tahun 2003, Pasal 176 146 Undang-undang No.1 Tahun 1970, Pasal 5 ayat 1 satu Universitas Sumatera Utara dimungkinkan dipenuhi oleh pegawai teknis dari Depnaker, maka Menteri Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga ahli dari luar Depnaker maupun swasta sebagai ahli K3 seperti yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 6 UU No.1 tahun 1970. Dengan system ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan K3 tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada dan menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan Undang-undang K3 dapat berjalan secara serasi dan merata di seluruh wilayah Indonesia. 147 Kegiatan yang dilakukan oleh Depnaker untuk menjalankan fungsinya sebagai pengawas ketenagakerjaan dalam penerapan K3 antara lain seperti yang diungkapkan diatas adalah melakukan pelatihan, menciptakan ahli K3 untuk membantu Depnaker melakukan pengawasan. Seperti yang baru saja dilakukan oleh Depnaker di hotel Madani pada tanggal 13 Juli – 20 Juli 2009. Depnaker melaksanakan tugasnya sebagai pengawas dan menjamin terlaksananya pelatihan tersebut. Depnaker juga melaksanakan pengawasan pada tiap perusahaan untuk menjamin tiap perusahaan mempunyai P2K3. Selain mengawasi Depnaker juga membantu perusahaan dan pekerja yang ingin membentuk P2K3. 148 Sebagai pengawas pelaksanaan K3, Depnaker berperan dalam menampung segala aspirasi pekerja. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Mulyono bahwa Depnaker sering menerima keluhan oleh pekerja mengenai masalah K3. Namun Bapak Mulyono mengakui bahwa aduan yang sering dilakukan oleh pekerja biasanya dilakukan oleh orang pribadi, jarang dilakukan atau diwakilkan oleh serikat pekerja. Tindakan yang dilakukan terkait keluhan tersebut pun beragam. Hal pertama yang dilakukan oleh Depnaker adalah memberikan persyaratan yang 147 Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, Bab II hlm.32-33 148 Wawancara dengan Bapak Mulyono, Pengawas Madia Depnaker, tanggal 21 Juli 2009 Universitas Sumatera Utara harus dilakukan oleh perusahaan kemudian dilaksanakan evaluasi terhadap syarat yang sudah diajukan Depnaker. Apabila ternyata hasilnya perusahaan masih mengacuhkan syarat tersebut maka Depnaker melakukan somasi sampai 3 kali. Apabila tidak ditanggapi maka dilakukan penyelidikan oleh PPNS Penyidik Pegawai Negeri Sipil. PPNS-lah yang melaksanakan penyidikan, menyiapkan berkas, saksi, BAP, dan lain-lain untuk diajukan ke kejaksaan dan kemudian menunggu hasil putusan pengadilan. Dari hasil putusan pengadilan tersebut baru dapat dilakukan tindakan pada perusahaan yang melanggar K3. Misalnya hasil putusan berupa pernyataan bahwa ada alat mesin perusahaan yang dimiliki perusahaan tidak layak lagi maka Depnaker berhak melakukan penyegelan mesin yang dimaksud demi keselamatan pekerja. Audit SMK-3 Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melaksanakan K3 dengan baik maka dapat terlihat pada audit SMK3. Menurut bapak Mulyono gambaran pelaksanaan K3 di Medan sudah berjalan tetapi hasil yang didapat belum memuaskan. Dari sekian banyak perusahaan yang ada di Medan baru beberapa saja yang sudah di audit dan hasilnya bagus. Terdapat hubungan yang erat antara pelaksanaan K3 dan audit SMK3. Apabila perusahaan sudah di audit SMK3 dan sudah memenuhi beberapa kriteria sehingga mendapat bendera emas maka secara otomatis pelaksanaan K3-nya bagus. Adapula perusahaan yang sudah di audit tetapi meiliki hasil yang buruk maka pelaksanaan K3 pada perusahaan tersebut buruk juga. Bukan tidak mungkin perusahaan yang tidak pernah di audit tetapi Universitas Sumatera Utara Direktur Dinas Ketenagakerjaan Pada PemProf Dinas Ketenagakerjaan Pada PemKabKota Perusahaan Badan Audit Audit Eksternal pelaksanaan K3-nya bagus, ini mungkin dikarenakan perusahaan enggan melaksanakan audit karena tidak mempunyai biaya. 149 Berikut merupakan mekanisme pelaksanaan audit : Skema II Penjelasan : Mekanisme diatas adalah mekanisme yang berdasarkan Permenaker No.05 tahun 1996 pasal 7 dan pasal 8. Perusahaan dengan sukarela dapat mengajukan permohonan audit eksternal pada kantor dinas atau Depnaker setempat yang kemudian dilanjutkan pada direktur. Kantor Dinas maupun Depnaker dapat mengajukan permohonan audit inisiatif perusahaan sebagai pengawas ketenagakerjaan. Setiap tahunnya badan audit nasional harus membuat rencana 149 Wawancara dengan Bapak Mulyono, Pengawas Madia, pada tanggal 21 Juli 2009 Permohonan untuk di audit sukarela Tetapkan RTA Laporan audit Universitas Sumatera Utara tahunan audit RTA yang dilaporkan langsung kepada Direktur. Menurut skema diatas RTA juga harus diberitahukan kepada Kantor Dinas atau Depnaker setempat agar badan audit nasional dapat berkoordinasi dengan baik. Pada fakta yang terjadi dilapangan berbeda dengan yang seharusnya, Kantor Dinas maupun Depnaker tidak mengetahui RTA yang dibuat oleh badan audit nasional. Sehingga depnaker tidak mengetahui perusahaan mana saja yang sudah di audit, yang belum dan yang akan di audit. Begitu juga dengan hasil audit, badan audit nasional hanya melaporkan hasil audit pada Direktur. Yang kemudian Direktur yang memutuskan apa tindakan yang dilakukan pada perusahaan yang telah di audit. Pelaksanaan audit SMK3 di Indonesia bersifat sentralistik. Depnaker setempat belum dilibatkan dalam pelaksanaan audit. Depnaker hanya diberitahu tentang hasil audit apabila ternyata hasil audit sangat buruk dan banyak pelanggaran di perusahaan sehingga memerlukan tindakan tegas. Sanksi yang diberikan berupa sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang. Walaupun begitu Depnaker tidak patah arang, Depnaker telah mengajukan permohonan secara tertulis pada Direktur untuk lebih dilibatkan dalam audit SMK3. Karena bagaimanapun Depnaker di daerah sebagai pengawas ketenagakerjaan harus mengetahui data perusahaan yang sudah, sedang dan belum di audit agar dapat ditabulasi dan menjadi database bagi Depnaker. Intinya adalah peranan Depnaker terkait masalah audit SMK3 hanya memberi sanksi pada perusahaan apabila mendapat instruksi dari direktur dan melakukan pengawasan ketenagakerjaan, menghadiri pemberian penghargaan kepada perusahaan yang sudah menerapkan SMK3 di Jakarta. Dari fakta yang terjadi di lapangan terdapat pelanggaran peraturan Universitas Sumatera Utara perundangan terkait mekanisme audit SMK3, yaitu pasal 7 ayat 2 huruf b Permenaker No.05 tahun 1996. 150 Selain audit SMK3, Depnaker juga dapat membantu perusahaan yang ingin mengurus sertifikasi. Sertifikasi yang dimaksud dapat berupa sertifikat hasil audit maupun sertifikat atau penghargaan lainnya. Seperti penghargaan Zero Accident yang didapat perusahaan karena tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Kendala-kendala yang dihadapi Depnaker beserta solusi Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Mulyono maka ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh Depnaker dalam menerapkan K3 maupun audit SMK3. Diantaranya : a. Kurangnya perhatian dan kesadaran perusahaan terhadap K3. Ini dapat terlihat pada pelatihan K3 yang baru-baru ini dibuat oleh Depnaker, dari sekian banyak peserta yang diundang hanya beberapa saja yang memenuhi undangan dan sisanya hanya mengirimkan perwakilan. b. Tidak tepat sasaran. Pada saat dilaksanakan pelatihan undangan yang datang sering berupa perwakilan yang tidak berkompeten. Padahal harusnya pelatihan tersebut dihadiri oleh orang yang memiliki kompeten di bidangnya sehingga sering kali pelatihan yang dilakukan kurang bahkan tidak tepat sasaran. Misalnya pelatihan ahli K3 untuk mesin di pabrik tapi yang justru datang adalah tenaga administrasi. c. Sumber Daya Manusia. Apabila kurang perhatian dari perusahaan akan pentingnya K3 maka ketersediaan ahli K3 di perusahaan ikut kurang 150 Wawancara dengan Bapak Mulyono pada tanggal 21 Juli 2009 dan berbagai sumber. Universitas Sumatera Utara karena K3 masih dianggap kurang penting dibandingkan dengan keperluan perusahaan lainnya. Kenyataannya pelaksanaan K3 yang baik dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti dibahas pada BAB sebelumnya. d. Tidak adanya koordinasi Depnaker dengan departemen lain. Ini dibenarkan oleh Bapak Mulyono. Deperindag misalnya, kalau saja izin usaha hanya dikeluarkan apabila perusahaan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan K3 maka mau tidak mau perusahaan wajib melaksanakan dan memperhatikn K3. Karena pada dasarnya memang pelaksanaan K3 ini bersifat memaksa dan tidak ada alas an untuk tidak melaksanakan K3. e. Terkait masalah audit SMK3, kendala yang dihadapi adalah keengganan perusahaan melaksanakan audit karen biaya yang mahal. Memang biaya audit dibebankan pada perusahaan. Negara tidak ikut campur dalam masalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk di audit. f. Kendala lain yang dihadapi Depnaker adalah tidak adanya database tentang perusahaan yang sudah, akan atau belum diaudit karena itu hanya ada pada badan audit nasional. Depnaker tidak mengetahui perusahaan mana saja yang belum diaudit sehingga Depnaker tidak pernah melakukan tindakan apapun kecuali ada laporan dari pekerja secara langsung. Dari berbagai kendala yang dihadapi Depnaker, perlu untuk segera dicari solusi cerdas sehingga masalah penerapan K3 tidak berkepanjangan dan pekerja dapat bekerja dengan tenang dan melakukan inovasi terbaik untuk memajukan perusahaan dan perindustrian. Universitas Sumatera Utara Terkait semua kendala yang dihadapi maka solusi yang paling tepat adalah meningkatkan kesadaran pengurus perusahaan bahwa K3 bukan merupakan beban perusahaan tapi salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Tapi bagaimana cara meningkatkan kesadaran itu sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar. Depnaker sudah mencoba untuk meningkatkan kesadaran perusahaan dengan memberikan pelatihan dan pembekalan yang ditujukan pada perusahaan tetapi ternyata perhatian ari perusahaan tidak seperti yang diharapkan. Walaupun begitu Depnaker tidak boleh menyerah begitu saja, karena satu- satunya cara meningkatkan kesadaran perusahaan adalah dengan melakukan pelatihan, seminar, sosialisasi untuk membuka wawasan pengurus perusahaan. Lama kelamaan pengurus perusahaan akan semakin sadar pentingnya K3. Apabila perusahaan memiliki kesadaran dan pemahaman akan pentingnya K3 maka Depnaker tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan dan perselisihan hubungan industrial bidang K3 juga akan sangat menurun bahkan mungkin tidak akan ada lagi. Apabila harapan untuk meningkatkan kesadaran pengurus perusahaan semakin menipis maka Negara dalam hal ini Depnaker masih dapat melakukan tindakan lain yaitu pemaksaan penerapan K3. Pemaksaan ini dapat dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan departemen lain seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya. Memang pada dasarnya K3 ini bersifat memaksa karena menyangkut keselamatan jiwa banyak orang. Terkait kendala lain yaitu tidak adanya database perusahaan yang sudah di audit maka solusi yang paling tepat adalah menghapus penyimpangan Permenaker 051996. Dengan begitu Depnaker memiliki peran lebih dalam masalah audit Universitas Sumatera Utara SMK3. Karena memang sangat aneh apabila Departemen yang mengurusi masalah ketenagakerjaan dan pengawasan ketenagakerjaan tidak memiliki daftar perusahaan yang sudah, akan dan belum di audit SMK3. Artinya semua pihak harus dapat memposisikan departemenbadan pada posisinya masing-masing sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan tumpang tindih kewenangan.

B. Peran Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3