Dasar Hukum Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Coca-cola

senantiasa mengalami perubahan. Oleh sebab itu, perusahaan mengacu paada sistem yang bersandard nasional dan internasional, dan peraturan perundangan yang berlaku. Pabrik-pabrik coca-cola yang tersebar di seluruh nusantara melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan dan K3. Mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program K3. Perusahaan Coca-cola juga memiliki tanggungjawab terhadap masyarakat dan karyawan yang meliputi komitmen untuk menjalankan usaha dengan cara-cara yang menjaga kelestarian lingkungan dan menjamin kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan di tempat kerja. Sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

c. Dasar Hukum Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Coca-cola

Bottling Indonesia Dasar hukum utama K3 tentu saja berasal dari Undang-undang nasional yaitu Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 dan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1. Sedangkan dasar hukum pelaksanaan SMK3 adalah Permenaker No.05 Tahun 1996. Dasar hukum intern Coca-cola tentu saja kebijakan internal yang di buat khusus untuk pelaksanaan K3. Selain itu dasar hukum lain yang digunakan adalah Perjanjian Kerja Bersama PKB pasal 51 Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja : 1. Pengusaha wajib menyediakan atau meminjamkan alat pelindung keselamatan dan kesehatan kerja yang bentuk, corak, warna dan Universitas Sumatera Utara kwalitas, sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, dan pekerja wajib memakainya. 2. Pengusaha berhak untuk tidak mengijinkan seorang pekerja melakukan pekerjaannya apabila si pekerja tidak menggunakan alat pelindung keselamatan dan kesehatan kerja yang diharuskan. 3. Pekerja yang lalai dan atau dengan sengaja mengabaikan ketentuan pemakaian alat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, bertanggung jawab sepenuhnya apabila timbul hal-hal yang menimpa dan merugikan dirinya. 4. Dalam hal dimaksud dalam ayat 2 diatas, maka pengusaha tidak bertanggung jawab sepenuhnya antara lain atas biaya pengobatan dan atau perawatan rumah sakit, cacat tubuh dan tuntutan pekerja, apabila pekerja mendapat kecelakaan kerja akibat pada waktu itu ia tidak memakai alat keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Pengusaha berwenang memberikan teguran dan atau surat peringatan kepada pekerja yang tidak mematuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja. 6. Pekerja berhak menolak melaksanakan pekerjaan yang beresiko tinggi atau dapat membahayakan jiwanya, bila tidak tersedia alat keselamatan kerja. 7. Pengusaha dan pekerja bertanggung jawab atas lingkungan kerja yang sehat Universitas Sumatera Utara 8. Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan pekerja dan kelayakan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Coca-cola Bottling Indonesia