5. Tempat kerja dan perumahan buruh, untuk semua pekerjaan tidak
membeda-bedakan tempatnya, misalnya di bengkel, di pabrik, di rumah sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan, pertambangan, dan lain-lain.
Undang-undang No.12 Tahun 1948 merupakan undang-undang pokok sehingga memerlukan peraturan pelaksana yang lebih rinci. Mengingat keadaaan
Indonesia yang masih di awal kemerdekaan, maka peraturan pelaksana dibuat secara bertahap. Peraturan pelaksana yang sempat dikeluarkan pada masa itu
adalah :
55
1. Peraturan pemerintah No.3 Tahun 1950 yang memberlakukan aturan
waktu kerja, istirahat, dan mengaso serta mengatur tata cara pengusaha untuk dapat mengadakan penyimpangan dari waktu kerja.
2. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 yang mengatur tentang
berlakunya ketentuan cuti tahunan bagi pekerjaburuh. Berbeda dengan undang-undang pokok lainnya, undang-undang kerja
mempunyai ketentuan bahwa semua ketentuan yang ada hanya akan berlaku jika ada peraturan pelaksananya. Sampai saat undang-undang kerja dicabut dan
digantikan dengan Undng-undang No.13 Tahun 2003, peraturan pelaksana yang baru keluar hanya kedua peraturan tersebut. Maka hanya kedua aturan undang-
undang kerja itu yang sempat berlaku.
56
2. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerjaburuh agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Keselamatan kerja tidak
55
Ibid
56
Ibid
Universitas Sumatera Utara
hanya memberikan perlindungan kepada pekerjaburuh, tetapi juga kepada pengusaha dan pemerintah :
57
a. Bagi pekerjaburuh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tenteram sehingga pekerjaburuh akan dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal mungkin
tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja. b.
Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya akan dpat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan
pengusaha harus memberikan jaminan social. c.
Bagi pemerintah dan masyarakat, dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah
untuk menyejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka pemerintah telah melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam
pengertian pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma itu sendiri.
58
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja
57
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.94-95
58
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : Rajawali Press, 2004, hlm.138
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 tiga unsur, yaitu :
59
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun social.
b. Adanya sumber bahaya.
c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus
maupun hanya sewaktu-waktu. Undang-undang No.1 Tahun 1970 menetukan bahwa tempat-tempat yang
dimaksud dengan tempat kerja adalah tempat-tempat di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan
hukum Indonesia, dimana : a.
dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan atau peledakan; b.
dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi; c.
dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
59
Ibid
Universitas Sumatera Utara
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat,
melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara; g.
dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air; i.
dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah; k.
dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting; l.
dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang; m.
terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi,
atau telepon; p.
dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset penelitian yang menggunakan alat teknis;
Universitas Sumatera Utara
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; r.
diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menentukan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yang harus diperhatikan oleh
pengusaha akan diatur lebih lanjut. Namun, peraturan perundangan yang dimaksudkan sampai sekarang belum ada. Peraturan perundangan warisan Hindia
Belanda masih dapat dijadikan pedoman syarat-syarat keselamatan kerja, yaitu :
60
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan ini banyak sekali upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha. Dalam Veiligheidregelement Peraturan
Keamanan Kerja, antara lain dinyatakan bahwa agar peralatan pabrik tidak atau kurang menimbulkan bahaya, maka :
1 Ban penggerak, rantai, dan tali yang berat harus diberikan alat
penadah, jika putus tidak akan menimbulkan bahaya. 2
Mesin-mesin harus terpelihara dengan baik, mesin yang berputar harus diberikan penutup agar jangan saampai beterbangan jika kurang tahan
dalam putaran yang keras. 3
Ban penggerak, rantai, atau tali yang dilepaskan harus tergantung, maka gantungan itu harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
menyentuh ban penggerak. 4
Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaan P3K.
60
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.98
Universitas Sumatera Utara
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, yang dapat
dilakukan dengan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran, memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri bagi pekerjaburuh
jika terjadi kebakaran, dan memberikan alat perlindungan lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran.
c. Mencegah atau mengurangi bahaya peledakan. Peledakan biasanya sering
terjadi pada perusahaan-perusahaan yang mengerjakan bahan-bahan yang mudah meledak. Perusahaan-perusahaan yang demikian pada setiap
ruangan kerja haruslah disediakan sekurang-kurangnya satu pintu yang cepat terbuka untuk keluar. Bahan-bahan yang akan dikerjakan di ruang
kerja tidak boleh melebihi jumlah yang seharusnya dikerjakan. Harus pula dipasang alat-alat kerja yang menjamin pemakaiannya akan aman dari
bahaya peledakan. d.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan
dan memelihara bangunan. e.
Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1 bagian alat listrik yang mempunyai tegangan minimal 250 volt
haruslah tertutup. 2
Sambungan-sambungan kabel listrik harus diberikan pengaman. 3
Bangunan-bangunan yang diatasnya terbentang kawat listrik harus diperiksa sewaktu-waktu dan jika perlu diberikan pembungkus
isolasi agar terhindar dari tegangan.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri Perburuhan pada pasal 2 menetapkan bahwa setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk :
61
a. Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan.
b. Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit atau
timbulnya penyakit kerja. c.
Memajukan kebersihan dan ketertiban. d.
Terdapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan.
e. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup.
f. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak
menyenangkan. Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini dapat diartikan : suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur aktivitasnya. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab musababnya demikian pula
kecelakaan industrikecelakaan kerja ini.
62
Rangkaian kejadian dan factor penyebab kecelakaan dikeal dengan “teori domino”, yaitu :
63
a. Kelemahan pengawasan oleh manajemen lack of control management.
Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan pelaksana dan pengawasan. Partisipasi
aktif manajemen sangat menetukan keberhasilan usaha pencegahan
61
Peraturan Menteri Perburuhan PMP RI No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Pasal 2
62
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.142
63
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB I, hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan seorang pimpinan unit disamping memahami tugas operasional tapi juga harus mampu :
- memahami program pencegahan kecelakaan
- memahami standard, mencapai standard
- membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya.
Inilah yang dimaksud dengan control b.
Sebab dasar. Penyebab dasar terjadinya kecelakaan adalah unsafe condition dan unsafe action. Pendapat berbagai ahli K3 yang cukup
radikal, 2 dua factor diatas merupakan gejala akibat buruknya penerapan dan kurangnya komitmen manajemen terhadap K3 itu sendiri.
Beberapa contoh unsafe condition :
64
- Peralatan kerja yang sudah usang tidak layak pakai .
- Tempat kerja yang acak-acakan
- Peralatan kerja yang tidak ergonomis.
- Roda berputar mesin yang tidak dipasang pelindung penutup .
- Tempat kerja yang terdapat Bahan Kimia Berbahaya yang tidak
dilengkapi sarana pengamanan labeling, rambu dll. Beberapa contoh unsafe action :
- Karyawan bekerja tanpa memakai Alat Pelindung Diri Pekerja yang
mengabaikan Peraturan K3. -
Merokok di daerah Larangan merokok. -
Bersendau gurau pada saat bekerja. Dan lain-lain.
64
okleqs.wordpress.com20080104pengetahuan-dasar-keselamatan-kerja, diakses pada tanggal 6 Juli 2009
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang bertindak Kurang aman dalam melakukan pekerjaan, antara lain :
- Tenaga kerja tidak tahu tentang :
1. Bahaya – bahaya di tempat kerjanya
2. Prosedur Kerja Aman
3. Peraturan K3
4. Instruksi Kerja dll.
- Kurang terampil unskill dalam :
1. Mengoperasikan Mesin Bubut.
2. Mengemudikan Kenderaan.
3. Mengoperasikan Fire Truck.
4. Memakai alat – alat kerja Tool dll.
- Kekacauan sistem manajemen K3
1. Menempatkan tenaga kerja tidak sesuai dengan keahliannya.
2. Penegakan Peraturan yang lemah.
3. Paradigma dan Komitmen K3 yang tidak mendukung.
4. Tanggungjawab K3 tidak jelas.
5. Anggaran Tdk Mendukung.
6. Tidak Ada audit K3 dll.
c. Sebab yang merupakan gejala sympton. Disebabkan masih adanya
substandard practices and conditions yang mengakibatkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
keselahan. Dalam hal ini kita kenal dengan tindakan tak man dan kondisi tak aman. Factor-faktor ini sebenarnya adalah symptom gejala atau
pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres apakah pada system ataukah pada manajemen.
d. Kecelakaan. Jika ketiga urutan diatas tercipta, maka besar atau kecil akan
timbul peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk cidera
dan kerusakan akibat kontak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
pertama kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain kerusakan kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan. Biaya pengobatan dan perawatan korban.
Tunjangan kecelakaan. Hilangnya waktu kerja. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi. Kedua kerugian yang bersifat non ekonomis. Pada umumnya berupa
penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, lukacedara berat maupun ringan.
65
Menurut International LabourOrganization ILO ada beberapa cara atau langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja, yaitu melalui :
66
a. Peraturan perundang-undangan.
• Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi up to date.
65
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 143
66
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB II, hlm 21-23
Universitas Sumatera Utara
• Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
• Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja. b.
Standarisasi. Merupakan suatu ukuran terhadap besaran-besaran nilai. Dengan adanya standard K3 yang maju akan menentukan tingkat
kemajuan K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standard K3.
c. Inspeksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan
dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat, alat dan instalasi, sejauh mana masalah-masalah ini masih memenuhi ketentuan dan
persyaratan K3. d.
Riset, meliputi : •
Riset teknik, penelitian terhadap benda dan karakteristik bahan-bahan berbahaya. Mempelajari pengaman mesin, pengujian alat pelindung
diri, penyelidikan tentang desain yang cocok untuk instalasi industri. •
Riset medis, meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari berbagai
kecelakaan kerja. •
Riset psikologis, penelitian terhadap pola-pola pdikologis yang dapat menjurus kearah kecelakaan kerja.
e. Pendidikan. Pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan
kecelakaan yang terjadi melalui pengamatan terhadap jumlah, jenis
Universitas Sumatera Utara
orangnya korban, jenis kecelakaan, factor penyebab, sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa.
f. Training latihan. Pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk melalui
praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang aman. g.
Persuasi. Menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
sehingga semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
h. Asuransi. Upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi
asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di
perusahaannya. i.
Penerapan K3 di tempat kerja. Langkah-langkah tersebut haris dapat diaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di
tempat kerja.
3. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja