BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan klasifikasi merupakan bagian dari bidang pelayanan teknis pada perpustakaan yaitu pengolahan. Benda-benda yang diklasifikasikan adalah bahan
perpustakaan yang merupakan koleksi perpustakaan. Koleksi tersebut harus dapat didayagunakan semaksimal mungkin agar perpustakaan dapat menjalankan
peranannya dengan baik. Perpustakaan yang memiliki koleksi yang bersifat heterogen, terutama
yang jumlahnya cukup besar, dikelola berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi yang digunakan perpustakaan sangat bermanfaat,
diantaranya untuk penelusuran atau temu kembali informasi information retrieval. Sistem klasifikasi memberikan kemudahan kepada pengguna dalam
memilih dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat. Suatu sistem klasifikasi pada dasarnya menyediakan daftar notasi yang
disertai subjeknya dan berbagai ketentuan yang menyangkut mekanisme pembentukan notasi dan penelusuranya. Daftar notasi dalam sistem klasifikasi
disebut bagan klasifikasi Eryono, 1993 : 143. Bagan tersebut dibuat dengan menyediakan ruang lingkup pengetahuan dan urutan subjek yang dicakupnya.
Sistem klasifikasi selalu berkembang. Hal ini dilihat dari sejarah klasifikasi yang berjalan sejajar dengan sejarah pemikiran manusia. Dahulu, para
filsuf berusaha membuat peta pemikiran manusia, apa saja yang mereka bayangkan, mereka ketahui, mereka temukan serta apa yang mereka mimpikan,
akan mereka tuangkan hasilnya dengan membuat suatu survey dan bagan. Mereka menciptakan suatu sistem pemikiran dimana dunia pengetahuan ditempatkan pada
posisi yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Yusup 2002 : 3 menyatakan bahwa, “berbagai sistem klasifikasi yang
kita kenal menurut sejarah, berasal dari pinakes, yaitu suatu katalog untuk menempatkan subjek umum. Ini ditemukan oleh Callimachus pada perpustakaan
Alexandria Iskandariyah, Mesir”. Sistem klasifikasi ini berkembang dan telah banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan. Ada yang menggunakan sistem
Universitas Sumatera Utara
nomor, sistem huruf dan simbol serta kombinasi ketiganya, nomor, huruf, dan simbol.
Dari banyaknya sistem klasifikasi yang ada, terdapat dua sistem klasifikasi yang berdekatan antara lain Dewey Decimal Classification DDC diciptakan oleh
Melville Louis Kossuth Dewey yang telah dikembangkan sejak tahun 1873 dan Universal Decimal Classification UDC diperkenalkan oleh Paul Otlet dan Henri
La Fontaine tahun 1895 pada konfrensi Internasional di Brussel. Kedua sistem klasifikasi ini sama-sama menggunakan sistem penomoran dengan menggunakan
prinsip desimal yaitu menggunakan angka arab untuk mengembangkan notasinya
dan membagi seluruh bidang pengetahuan ke dalam sepuluh bagian.
UDC sebenarnya merupakan adaptasi dari DDC Sulistyo-Basuki, 1991 : 413. Dikatakan demikian karena menurut sejarah, UDC mengembangkan
notasinya dengan menggunakan DDC sebagai acuan. Namun sebagai sarana pengindeksan, DDC masih memerlukan rincian lebih mendalam serta spesifikasi
terinci. Untuk itu Institut International de Bibliographie IIB yang merupakan badan pengawas, yang kemudian berubah menjadi Federation International de
Documentation FID meminta izin kepada Dewey untuk memperluas dan mengubah DDC demi keperluan penyusunan bibliografi universal.
DDC dan UDC terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan juga kebutuhan pengguna yang semakin lama semakin
banyak, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK yang berpengaruh kepada kedua sistem klasifikasi. Sehingga kedua sistem klasifikasi
tersebut harus direvisi agar bidang pengetahuan yang ditambah dan dihilangkan dapat diketahui penggunaan notasinya untuk memudahkan penyusunan di rak.
Dari penjelasan di atas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penulis ingin melakukan penelitian kepada kedua sistem klasifikasi tersebut,
yaitu: 1 DDC dan UDC menggunakan prinsip yang sama yaitu prinsip desimal.
2 DDC dan UDC menggunakan notasi yang sama yaitu angka arab. 3 DDC dan UDC sama-sama membagi seluruh bidang pengetahuan ke dalam
sepuluh bagian.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga faktor di atas menunjukkan adanya kedekatan antara kedua sistem klasifikasi. Namun dengan adanya kedekatan tersebut, kedua sistem klasifikasi
tidak dapat dikatakan sama, terutama pada notasi dan fenomena-fenomena subjek yang dicakup dalam setiap disiplin ilmu dari kedua bagan klasifikasi sehingga
muncul keinginan penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana perbandingan persamaan dan perbedaan kedua bagan sistem klasifikasi tersebut.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis menetapkan judul skripsi: “Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification DDC
dengan Universal Desimal Classification UDC”.
1.2 Rumusan Masalah