Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
3
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara.
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-
agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai
sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan peningkatan tentang pentingnya pendekatan alternatif berupa pendekatan
pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.
4
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.
5
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan baik para akademisi maupun para praktisi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah.
6
Kemiskinan bukan karena mereka tidak rasional, atau karena mereka memang mempunyai
kebudayaan miskin, atau karena mereka memang mempunyai budaya miskin
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. PT. Refika Aditama, 2005, h. 60
4
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama Press, 2010, h. 4.
5
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005,
h. 131
6
Adyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, h. 86.
the culture of poverty atau karena mereka kurang motivasi berprestasi dan kewiraswastaan, atau bahkan karena etos kerja yang lemah.
7
Masyarakat miskin atau yang biasa disebut kaum dhu’afa yang ada di Indonesia,
merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak
boleh dimarjinalkan. Berangkat dari permasalahan tersebut maka diperlukanlah suatu usaha
sadar dari segolongan masyarakat yang peduli akan kesejahteraan mereka dengan membentuk suatu organisasi, atau biasa disebut yayasan. Yayasan
merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan di atas. Yayasan dapat mengadakan kegiatan yang mengarah
pada berbagai bentuk bimbingan, termasuk didalamnya bimbingan pendidikan keterampilan. Hal ini sangat diperlukan, sehingga mereka bisa tetap
mendapatkan sesuatu
yang memang
dibutuhkan dalam
mencapai kesejahteraan dikemudian hari.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial yang menjembatani kepedulian para dermawan kepada anak yatim dan kaum dhuafa
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pendidikan keterampilan. Sasaran yang dituju adalah para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil
mereka. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial terdepan
dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa. Sebagai lembaga sosial Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki berbagai macam program
diantaranya program pendidikan, program sosial, program pemberdayaan,
7
Azyurmardi Azra, Bederma Untuk Semua, Jakarta: Teraju, 2003. h. 9.
program kemanusiaan, program wakaf, dan program aqiqah dan qurban. Untuk lebih mengetahui seberapa jauh peran Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa dalam peningkatan pemberdayaan kaum dhu’afa, maka penulis
menuangkan bahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa melalui
pendidikan keterampilan Di Bekasi.