Tahapan Perkembangan KAJIAN TEORI
16
individualitas nyata kedalam barisan Muslim modernis.
15
Sehingga ketika organisasi ini terpecah anggotanya pada tahun 1926, A. Hassan tampil sebagai
peletak dasar ideologi Persatuan Islam yang membawa Persatuan Islam menjadi gerakan purifikasi Islam. Masuknya A. Hassan ke dalam tubuh organisasi PERSIS
membawa PERSIS semakin jelas dalam gerakannya yaitu gerakan tajdid pembaharu, gerakan purifikasi Islam pemurnian ajaran Islam dan gerakan
kembali kepada Al- Qur’an dan Sunnah.
Selain bidang dakwah, PERSIS juga menjadikan pendidikan sebagai salah satu sarana dan wahana bagi tercapainya tujuan PERSIS. Pada tahun 1930 di
Bandung diselenggarakan pertemuan antara PERSIS dengan tokoh umat Islam yang menaruh perhatian terhadap pendidikan generasi muda Islam. Pertemuan
tersebut telah menghasilkan satu keputusan untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan Islam, berusaha memadukan dan mengembangkan pelajaran dan
pengetahuan modern dengan pendidikan dan pengajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya. Program yang telah disetujui dalam pertemuan tersebut adalah
sebagai berikut: 1.
Memenuhi kekurangan pelajaran bagi generasi muda mengingat mereka haus sekali terhadap pengetahuan modern dan sesuai pula
dengan penghematan pemerintah dalam pendidikan. 2.
Mengatur pendidikan dan pengajaran generasi muda dengan berdasarkan kepada jiwa Islam dan mempraktikkannya secara lebih
rapi. 3.
Mengatur dan menjaga pendidikan generasi muda agar mereka tidak bergantung kepada gaji dan honor setelah keluar dari sekolah
dan dapat bekerja dan percaya kepada kemampuan sendiri.
16
Untuk mencapai tujuan itu, usaha yang dilakukan ialah mendirikan sekolah-sekolah seperti Taman Kanak-Kanak, HIS, MULO, Pertukangan dan
perdagangan, kursus-kursus dan ceramah-ceramah. Persatuan Islam atau PERSIS adalah salah satu lembaga kemasyarakatan lembaga sosial yang ada di
Indonesia. Lembaga kemasyarakatan itu sendiri merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social institution. Pengertian lembaga lebih menunjuk pada
15
Howard M. Federspiel, op.cit., h. 17
16
Thohir Luth, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta:Gema Insani Press, 1999, h.39
17
sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga
tersebut. Namun disamping itu kadang-kadang juga dipakai istilah lembaga sosial.
17
Robert MacIver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakaan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk
mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi. Sedangkan menurut Leopold Wiese
dan Howard becker mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang
berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
18
Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan
bersahaja atau modern. Karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan- kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi
lembaga kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud kongkrit lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi
association.
19
Fungsi lembaga sosial adalah sebagai berikut : a.
Memberikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya b.
Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan c.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yakni sistem pengaasan oleh
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, ada enam
macam ciri lembaga sosial, yaitu sebagai berikut :
17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2006, h.190
18
Ibid., h.192
19
Ibid., h.198
18
a. Lembaga sosial merupakan himpunan pola-pola pemikiran dan tingkah
laku yang dicerminkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan hasil- hasilnya.
b. Lembaga sosial mempunyai taraf kekekalan tertentu. Lembaga sosial
mempunyai satu atau lebih tujuan. c.
Lembaga sosia mempunyai berbagai sarana untuk menepati tujuannya. d.
Lembaga sosial mempunyai lambang simbol yang khas. e.
Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisikan rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk individu yang
mengkuti lembaga tersebut.
20
Sebagai suatu lembaga kemasyarakatan PERSIS memiliki ciri khas. Ke-khasan PERSIS dalam penyebaran paham keagamaan dengan Umat, selain
dalam bentuk tulisan di majalah yang diterbitkannya sendiri juga dalam bentuk dakwah lisan, kelompok study, perdebatan, tabligh dan khotbah-khotbah yang
dianggap orang sebagai berani, keras, tegas, lugas tetapi jelas terkadang menimbulkan kesan kebencian. Ini terbukti ketika PERSIS menjelma menjadi
organisasi paling ekstrim, liberal dan radikal dalam melakukan pertentangan terhadap tradisi-
tradisi yang dianggap sebagai ajaran agama padahal bid’ah, khurafat dan takhayul.
Para pendiri PERSIS menilai bahwa masyarakat Islam Indonesia ketika itu tidak membutuhkan suatu perombakan tatanan kehidupan keislaman.
Namun, mereka melihat bahwa sebagian besar umat Islam telah tenggelam dalam „buaian’ taklid, jumud, khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, dan paham-paham sesat
lainnya. Karena itu, PERSIS berdiri atas dasar kewajiban terhadap tugas Ilahi untuk mengubah kemandekan berpikir dan membuka ketertutupan pintu ijtihad.
Pada masa kini PERSIS berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan
PERSIS tidak terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam
terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.
20
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011, h. 42