Perkembangan Pendidikan Islam di Persatuan Islam PERSIS

18 a. Lembaga sosial merupakan himpunan pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang dicerminkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan hasil- hasilnya. b. Lembaga sosial mempunyai taraf kekekalan tertentu. Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan. c. Lembaga sosia mempunyai berbagai sarana untuk menepati tujuannya. d. Lembaga sosial mempunyai lambang simbol yang khas. e. Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisikan rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk individu yang mengkuti lembaga tersebut. 20 Sebagai suatu lembaga kemasyarakatan PERSIS memiliki ciri khas. Ke-khasan PERSIS dalam penyebaran paham keagamaan dengan Umat, selain dalam bentuk tulisan di majalah yang diterbitkannya sendiri juga dalam bentuk dakwah lisan, kelompok study, perdebatan, tabligh dan khotbah-khotbah yang dianggap orang sebagai berani, keras, tegas, lugas tetapi jelas terkadang menimbulkan kesan kebencian. Ini terbukti ketika PERSIS menjelma menjadi organisasi paling ekstrim, liberal dan radikal dalam melakukan pertentangan terhadap tradisi- tradisi yang dianggap sebagai ajaran agama padahal bid’ah, khurafat dan takhayul. Para pendiri PERSIS menilai bahwa masyarakat Islam Indonesia ketika itu tidak membutuhkan suatu perombakan tatanan kehidupan keislaman. Namun, mereka melihat bahwa sebagian besar umat Islam telah tenggelam dalam „buaian’ taklid, jumud, khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, dan paham-paham sesat lainnya. Karena itu, PERSIS berdiri atas dasar kewajiban terhadap tugas Ilahi untuk mengubah kemandekan berpikir dan membuka ketertutupan pintu ijtihad. Pada masa kini PERSIS berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan PERSIS tidak terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman. 20 Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011, h. 42 19

F. Penelitian Yang Relevan

Tulisan-tulisan tentang M. Natsir sudah banyak dikaji orang, begitu juga dengan penelitian tentang beliau, tokoh ini sangat berpengaruh di bidangnya sebagai buktinya yaitu karya-karya beliau yang sampai sekarang masih dapat dibaca dan dikaji. Sepengetahuan peneliti, ada beberapa penelitian yang sudah membahas dan mengkaji mengenai pemikiran M. Natsir baik itu dalam bidang pendidikan, politik, maupun dakwah. Diantaranya adalah : 1. “Gagasan Pendidikan Integral Menurut Mohammad Natsir”. Skripsi ini disusun oleh Hasan Fathoni. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-data yang sudah diperoleh dan dianalisis, sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam skripsi ini membahas mengenai pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam integral yaitu model pendidikan yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Untuk mengimplementasikan pendidikan Islam integral M. Natsir kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dan kurikulum agama serta melaksanakan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan antara badan dan roh. Konsep pendidikan Islam M. Natsir ini merupakan ide untuk pembaharuan PAI yang sekarang semakin banyak kaum sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Kesamaan dalam skripsi ini adalah mengangkat mengenai M. Natsir. Akan tetapi, perbedaannya terdapat dalam masalah yang dibahas. Jika Hasan Fathoni membahas tentang pendidikan integral M. Natsir maka penelitian ini membahas mengenai kontribusi pemikiran M. Natsir. 2. “Konsep Pendidikan Islam Mohammad Natsir dan Implementasinya”. Skripsi ini disusun oleh Muhammad Huseyni. 20 Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, dalam skripsi ini penulisnya memberikan uraiandeskripsi yang seluas-luasnya terhadap pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam. Penelitiaannya menggunakan data-data pustaka, baik berbentuk jurnal, majalah, ataupun artikel yang menulis tentang pemikiran beliau. Fokus penelitian di skripsi ini adalah konsep pendidikan M. Natsir dan implementasinya di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah STID M. Natsir. Sama halnya seperti skripsi sebelumnya, pada skripsi ini memiliki kesamaan membahas mengenai M. Natsir. Akan tetapi terdapat perbedaan pada masalah yang dibahas. Jika Huseyni membahas tentang konsep pendidikan Islam M. Natsir sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang kontribusi pemikiran M. Natsir. 3. “Gagasan Mohammad Natsir Tentang Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan Islam”. Skripsi ini disusun oleh Siti Khanifah. Skripsi ini menggunakan penelitian library research, yakni penelitian yang menekankan pada literatur baik buku, majalah, jurnal, dll. Skripsi ini membahas mengenai konsep dan gagasan M. Natsir tentang tauhid sebagai dasar dari pendidikan Islam. Pemikiran beliau tentang tauhid sebagai dasar pendidikan Islam terlihat dari bagaimana beliau memandang pentingnya sebuah tujuan hidup. M. Natsir memaknai tauhid sebagai esensi kehidupan muslim dimana tanpa tauhid kita tidak akan menemukan kebahagiaan. Oleh karena itu, beliau menekankan pentingnya mempunyai arah tujuan hidup di dunia. Sama halnya dengan skripsi sebelumnya, pada skripsi ini memiliki kesamaan membahas mengenai M. Natsir. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam pembahasan. Jika Siti Khanifah membahas mengenai gagasan M. Natsir tentang tauhid maka dalam penelitian ini membahas tentang kontribusi pemikiran M. Natsir. 21 Dari sekian data yang penulis peroleh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak ada skripsi khusus yang membahas mengenai Kontribusi M. Natsir dalam Perkembangan Pendidikan Islam di Pesantren Persatuan Islam PERSIS 69 Jakarta, sehingga penulis dapat mengatakan bahwa judul skripsi yang penulis susun adalah penelitian asli yang belum dibahas oleh mahasiswa PAI khususnya dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya.

G. Kerangka Berfikir

Pendidikan yang digagas oleh M. Natsir bersifat integral, harmonis, dan universal. Sifat pendidikan tersebut juga merupakan reaksi serta refleksi M. Natsir terhadap kenyataan sosio historis yang ditemukannya di masyarakat. Hal tersebut menurut M. Natsir ternyata tidak atau belum ditemukan dalam masyarakat Islam di manapun. Menurutnya pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat Islam tidak sesuai dengan pendidikan ideal yang dicita-citakan M. Natsir. Pendidikan yang ada saat itu masih bersifat parokhial, diferensial, dan disharmonis. Kondisi tersebut menurut M. Natsir diakibatkan dunia Islam sekian lama berada dalam alam kegelapan karena didominasi oleh pemikiran tasawuf dan berada dalam penajajahan Barat selama berabad-abad. Banyak kontribusi yang telah diberikan M. Natsir untuk perkembangan pendidikan Islam di Indonesia saat ini. Kontribusi beliau dalam perkembangan pendidikan di Indonesia ini mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk pendidikan di Indonesia termasuk juga untuk kemajuan dalam perkembangan pendidikan Islam di Pesantren Persatuan Islam PERSIS 69 Jakarta. 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Pesantren Persatuan Islam 69 Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada masa dan bulan mengajar efektif sehingga memudahkan penelitian untuk menjaring data dan informasi yang dibutuhkan dari responden. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Maret 2015, hal ini memungkinkan peneliti memahami lebih dalam objek penelitian kemudian mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek tersebut.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Suatu penelitian kualitatif dirancang agar hasil penelitiannya memiliki kontribusi terhadap teori. 1 Alasan peneliti menggunakan kualitatif adalah karena jenis penelitian ini berlandaskan pemahaman akan realitas sosial berdasarkan konteksnya dan menganggap realitas sosial sebagai proses dan merupakan produk dari konstruksi sosial. Jenis penelitian kualitatif juga berusaha memahami pembentukan makna secara utuh dalam konteks sosial dalam pemikiran M. Natsir. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar lingkungan manusia terorganisir dalam satuan pendidikan 1 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2013, h.25 23 formal. Pendekatan fenomenologi merumuskan satu pernyataan persepsi partisipan mengenai fenomen yang sedang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meminta partisipan untuk mengungkapkan persepsi mereka tentang fenomena. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subyektif manusia dan interpretasi- interpretasi dunia. Pendekatan fenomenologi juga berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. 2 Istilah fenomenologi sering dipergunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. Penyelidikan fenomenologis bermula dari diam. Keadaan “diam” merupakan upaya menangkap apa yang dipelajari dengan menekankan pada aspek-aspek subjektif dari perilaku manusia. Fenomenologis berusaha bisa masuk ke dalam dunia konseptual subjeknya agar dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subjek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. 3 Paradigma definisi sosial ini akan memberi peluang individu sebagai subjek penelitian informan penelitian melakukan interpretasi dan kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap interpretasi itu sampai mendapatkan makna yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian. Adapun sumber data kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer yaitu data atau sumber pertama yang diperoleh secara langsung dengan mata kepala sendiri atau melalui pancaindera yang lain atau dapat pula melalui orang, alat yang ada pada peristiwa yang sedang diceritakan atau disebut sebagai alat mekanis diktafon. 2 Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010 cet 28, h.15 3 Ibid., h.17 24 Dalam penelitian ini data yang diperoleh yaitu dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung pada Pimpinan PERSIS 69 Kramat Asem. Rujukan selanjutnya adalah salah satu karya M. Natsir yaitu Capita Selecta jilid 1 dan kejadian-kejadian sosial yang terjadi di Pesantren Persatuan Islam PERSIS 69 Jakarta. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data atau sumber yang diperoleh dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata atau orang yang tidak hadir pada saat peristiwa yang diceritakan. Atau sebagai data pendukung yaitu berupa data-data tertulis baik itu buku maupun sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas. Salah satunya seperti Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005, Thohir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press,1999, atau jurnal, majalah, internet dan lain sebagainya yang ikut memperkaya dalam memberikan data yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dan dikaji maka dalam pengumpulan data ini melewati berbagai prosedur, di antaranya adalah seleksi buku yang relevan dari sumber primer dan sumber sekunder. Kemudian menelaah buku mengenai masalah yang diteliti dn yang terakhir katagorisasi informasi melalui data yang ada. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data melalui: