Karya-karya M. Natsir Deskripsi Data

41 h. Mengadakan dan memelihara hubungan yang baik dengan segenap organisasi dan gerakan Islam di Indonesia dan seluruh dunia Islam menuju terwujudnya persatuan alam Islami. 27 Sedangkan Rencana Jihad khususnya, tercantum dalam Qanun Asasi Bab II Pasal 2 sebagai berikut : a. Membentuk hawariyyun Islam yang terdiri dari Muballighin dan muballighat dengan jalan mempertajam serta memperdalam pengertian mereka dalam soal-soal dan ajaran Islam. b. Mendidik dan membentuk warga dan anggota PERSIS supaya menjadi uswatun hasanah bagi masyarakat sekelilingnya, baik dalam lapangan aqidah dan ibadah maupun dalam muamalah. c. Mengadakan tantangan dan perlawanan terhadap aliran yang mengancam hidup keagamaan pada umumnya dan hidup keislaman pada khususnya, seperti paham materialisme, atheisme, dan komunisme. d. Melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam segala ruang dan waktu, dan melawan golongan musuh-musuh Islam dengan cara yang sepadan sesuai dengan ajaran Al- Qur’an dan Sunnah. 28 Dalam aktivitas penyebaran Al- Qur’an dan Sunnah sebelum berdirinya lembaga-lembaga pendidikan, pelajaran-pelajaran agama dan ilmu-ilmu lainnya diberikan dalam pertemuan-pertemuan dan ceramah- ceramah. Acara tersebut lebih sering diselenggarakan oleh anggota secara pribadi daripada diorganisasikan secara resmi. Dalam hal ini Muhammad Zamzam menjadi pembicara penting dalam menguraikan perihal aqidah Islamiyyah dan tata cara beribadah dalam Islam. Baru kemudian setelah A. Hassan bergabung dalam aktivitas PERSIS, maka penyebaran faham Al- Qur’an dan Sunnah semakin meluas terutama setelah didirikannya kelas pendidikan dan ibadah. Kelas pendidikan dan ibadah dalam bentuk madrasah ini pada mulanya dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota PERSIS, tetapi kemudian diperluas untuk anak-anak di luar anggota. Selain itu diselenggarakan pula 27 Qanun Asasi Persatuan Islam, 1984 h. 4-5 28 Qanun Asasi Persatuan Islam, 1984 h. 6-7 42 kursus-kursus dalam masalah agama untuk orang-orang dewasa yang pada mulanya juga dibatasi hanya untuk para anggota saja. Muhammad Zamzam dan A. Hassan sangat aktif mengajar pada kursus-kursus ini, dengan menyampaikan berbagai persoalan keagamaan terutama mengenai soal-soal iman serta ibadah dengan menolak kebiasaan bid’ah. Masalah-masalah yang sangat menarik pada waktu itu, seperti poligami dan nasionalisme juga dibicarakan. Aktivitas penyelenggaraan kelas pendidikan aqidah dan ibadah serta kursus-kursus tersebut telah dimulai sejak tahun 1924. 29 PERSIS sebagai lembaga pendidikan juga menjadikan pendidikan sebagai salah satu sarana dan wahana bagi tercapainya tujuan PERSIS. Pada tahun 1930, di Bandung diselenggarakan pertemuan antara PERSIS dengan tokoh umat Islam yang menaruh perhatian terhadap pendidikan generasi muda Islam. Pertemuan tersebut telah menghasilkan satu keputusan untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan Islam, berusaha memadukan dan mengembangkan pelajaran dan pengetahuan modern dengan pendidikan dan pengajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya. Program yang telah disetujui dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Memenuhi kekurangan pelajaran bagi generasi muda mengingat mereka haus sekali terhadap pengetahuan modern dan sesuai pula dengan penghematan pemerintah dalam pendidikan. b. Mengatur pendidikan dan pengajaran generasi muda dengan berdasarkan kepada jiwa Islam dan mempraktikkannya secara lebih rapi. c. Mengatur dan menjaga pendidikan generasi muda agar mereka tidak bergantung kepada gaji dan honor setelah keluar dari sekolah dan dapat bekerja dan percaya kepada kemampuan sendiri. 30 29 Dadan Wildan, Sejarah Perjuangan PERSIS 1923-1983, Bandung : Gema Syahida,1995 h. 43 30 Thohir Luth, op.cit., h. 39