Pembahasan hasil penelitian ANALISIS DAN PEMBAHASAN

81 BJBS berada pada posisi ke 5 dalam perhitungan SMI, atau berada di atas rata-rata. Posisi tersebut terutama didukung oleh pembiayaan BJBS dengan skim bagi hasil dengan porsi terbesar ke 4 selama periode 2011 – 2014 selain itu BJBS juga satu dari sedikit bank yang mengalokasikan dana untuk kegiatan riset dan pengembangan yaitu pada tahun 2012. Di samping keunggulannya tersebut BJBS masih memiliki beberapa kekurangan dari aspek maqashid s yari’ahnya seperti pelaporan zakat yang hanya dilakukan pada tahun 2013 saja, serta tidak dicantumkannya biaya untuk pendidikan dan pelatihan karyawannya. Padahal kedua komponen tersebut dapat mengungkit nilai SMI dari sebuah bank. 3. Bank Mega Syariah BMS BMS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BMS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid s yari’ah yang rendah. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan perhitungan CPI, BMS merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi di antara bank syariah lainnya selama periode 2011-2014. Selama periode tersebut indikator rata-rata profitabilitas BMS selalu menempati peringkat 5 besar, seperti rasio ROA yang menempati peringkat 3, rasio ROE yang menempati 82 peringkat pertama, rasio NOM yang menempati peringkat pertama, dan rasio BOPO yang menempati peringkat ke 5. Pada tahun 2012 BMS bahkan pernah mencatatkan rasio ROE sebesar 57,98 yang tumbuh signifikan dari tahun sebelumnya seiring dengan kenaikan signifikan laba bersihnya. Akan tetapi setelah tahun 2012 BMS tidak dapat mempertahankan tren positif indikator profitabilitasnya, karena sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 indikator profitabilitasnya terus menurun seiring dengan perlambatan ekonomi di Indonesia. b. Aspek Maqashid Syari’ah Berbeda dengan perhitungan CPI, perhitungan SMI menempatkan BMS pada posisi terendah kedua. Rendahnya posisi tersebut terutama disebabkan oleh sangat rendahnya pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 0,90 sedangkan skim jual beli mencapai 91 . Selain itu BMS juga memiliki alokasi yang rendah terhadap kegiatan training dan publicity selama periode 2011 - 2014 yang hanya sebesar 0,26 dan 0,51 . Akan tetapi dalam hal pembayaran zakat terhadap aset bersihnya, BMS memiliki nilai yang tertinggi dibanding bank syariah lainnya selain itu dalam perhitungan rasio profit pada tujuan ketiga BMS memperoleh nilai tertinggi kedua serta BMS meraih posisi tertinggi kedua dalam investasi di sektor riil. 4. Bank Muamalat Indonesia BMI 83 BMI berada pada kuadran kanan atas yang berarti BMI memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dan memiliki tingkat pelaksanaan maqashid s yari’ah yang tinggi pula. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan CPI, BMI merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi ke 5 selama periode 2011 – 2014. Profitabilitas yang tinggi tersebut terutama didukung oleh nilai ROE BMI yang merupakan tertinggi kedua selama periode 2011 – 2014, bahkan pada tahun 2013 ROE BMI merupakan yang tertinggi di antara bank umum syariah lainnya. Sementara untuk indikator profitabilitas lainnya seperti ROA, NOM dan BOPO berada pada level pertengahan dan harus diperbaiki lagi oleh BMI. Perlambatan ekonomi nasional juga turut berimbas pada laba bersih BMI, sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 laba bersih BMI terus terkoreksi terutama disebabkan oleh biaya dana dan biaya operasional yang naik sehingga menyebabkan pelemahan indikator profitabilitas BMI. Walaupun terjadi pelemahan indikator profitabilitas tersebut BMI masih menunjukkan pertumbuhan positif pada aset, pembiayaan maupun DPKnya. b. Aspek Maqashid Syari’ah BMI merupakan bank dengan tingkat SMI tertinggi kedua pada periode 2011 – 2014. SMI yang tinggi tersebut adalah hasil pelaksanaan ketiga tujuan maqashid s yari’ah oleh BMI secara 84 komprehensif. Pada tujuan pertama BMI menunjukkan kepeduliannya terhadap kegiatan pendidikan melalui Baitulmaal Muamalat dan kegiatan riset sehingga menjadi bank dengan alokasi dana tertinggi untuk donasi pendidikan dan juga riset. BMI juga menjadi bank dengan alokasi dana untuk publikasi tertinggi kedua. Dalam tujuan kedua untuk menegakkan keadilan BMI berhasil menjadi bank dengan penyalur pembiayaan berbasis bagi hasil terbesar kedua dengan porsi rata-rata sebesar 47,59 dari total pembiayaan selama periode 2011 – 2014. Untuk mewujudkan kemaslahatan dalam tujuan ketiga BMI juga melaporkan pengeluaran zakatnya tiap tahun serta BMI memiliki rasio investasi di sektor riil tertinggi ke lima selama periode 2011 – 2014. 5. Bank Negara Indonesia Syariah BNIS BNIS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BNIS memiliki tingkat profitabilitas yang cukup tinggi akan tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid s yari’ah di bawah rata-rata. a. Aspek Profitabilitas Perhitungan CPI menempatkan BNIS pada posisi ke empat, artinya tingkat profitabilitas BNIS cukup tinggi. Hal ini terlihat dari pencapaian indikator profitabilitasnya selama periode 2011 – 2014, dimana ROA BNIS berada posisi ke 6, ROE pada posisi ke 4, NOM pada posisi ke 2, dan BOPO pada posisi ke 4. Tingkat profitabilitas BNIS selama periode 2011 – 2014 tergolong stabil, artinya dinamika 85 pada rasio profitabilitas setiap tahunnya tidak terlalu besar. Pada tahun 2014 dimana terjadi perlambatan ekonomi nasional BNIS pun merasakan efeknya dengan menurunnya beberapa indikator profitabilitasnya, akan tetapi penurunan indikator tersebut tidak terlalu signifikan dan tergolong wajar. Bahkan rasio ROE mengalami kenaikan pada tahun 2014. b. Aspek Maqashid Syari’ah BNIS berada pada posisi ke 8 pada perhitungan SMI, BNIS mendapatkan nilai SMI sebesar 0,26423 atau di bawah nilai rata-rata sebesar 0,27358. Posisi BNIS yang di bawah rata-rata tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 16,82 dari total pembiayaan selama periode 2011 – 2014. Walaupun memiliki kelemahan dalam rasio pembiayaan berbasis bagi hasil, BNIS memiliki beberapa keunggulan lain dalam aspek maqashid s yari’ah seperti pemberian donasi pendidikan yang dilakukan tiap tahunnya, porsi training dan publicity yang terbesar di antara bank umum syariah lainnya dan bahkan menjadikan BNIS sebagai bank syariah dengan pelaksanaan tujuan pertama maqashid s yari’ah yang terbaik. Selain itu BNIS juga memiliki rasio profitabilitas, zakat, dan investasi di sektor riil yang cukup baik. Akan tetapi keunggulan-keunggulan BNIS masih kurang 86 cukup untuk meningkatkan nilai SMInya yang sedikit di bawah nilai rata-rata. 6. Bank Rakyat Indonesia Syariah BRIS BRIS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BRIS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang kurang baik tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid s yari’ah yang baik. a. Aspek Profitabilitas BRIS berada pada posisi ke 8 dalam perhitungan CPI dengan nilai 40,51 atau lebih rendah di bawah nilai rata-rata yaitu 52,40. Rendahnya posisi BRIS diakibatkan masih belum optimalnya pencapaian kinerja profitabilitas BRIS selama periode 2011 – 2014. Selama periode tersebut indikator profitablitas BRIS tergolong cukup rendah seperti ROA yang berada di posisi 9, ROE di posisi 7, NOM di posisi 6, dan BOPO di posisi 10. Selain itu ada tren penurunan pada indikator profitabilitas mulai tahun 2013 setelah pada tahun 2012 terjadi kenaikan, akan tetapi BRIS masih bisa meraih laba. Penurunan rasio tersebut lebih disebabkan oleh beban usaha BRIS untuk perekrutan karyawan dan investasi di bidang IT yang menyebabkan beban bertambah signifikan dan laba terkoreksi yang berimbas kepada melemahnya rasio profitabilitas terutama pada tahun 2014. b. Aspek Maqashid Syari’ah 87 Berdasarkan perhitungan SMI, BRIS berada posisi ke empat hal ini terutama didukung oleh porsi investasi BRIS di sektor riil sebesar 81,86 dibanding total investasinya dan merupakan yang terbesar di antara bank syariah lainnya, hal ini sejalan dengan fokus BRIS yang menggarap bisnis mikro. Selain itu BRIS juga memiliki alokasi dana terbesar ke empat untuk training dan publikasi, BRIS juga rutin melaporkan pengeluaran zakat setiap tahunnya. 7. Bank Syariah Bukopin BSB BSB berada pada kuadran kiri bawah yang berarti BSB merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang rendah serta pelaksanaan maqashid s yari’ah di bawah rata-rata. a. Aspek Profitabilitas Perhitungan CPI menempatkan BSB sebagai bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas paling rendah dengan nilai CPI sebesar 33,31, lebih rendah dari rata-rata CPI sebesar 52,40. Rendahnya CPI tersebut turut dipengaruhi oleh kurang baiknya rasio rata-rata ROA, NIM dan BOPO BSB selama periode 2011 – 2014. Tahun 2014 merupakan tahun yang cukup menantang bagi BSB, seluruh indikator profitabilitasnya mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari turunnya laba bersih pada 2014 yang hanya mencapai 8,6 miliar rupiah saja, padahal selama tahun 2010 – 2013 BSB mampu mencetak laba bersih mulai dari 10,2 miliar di tahun 2010 hingga 19,5 88 miliar di tahun 2013. Penurunan laba ditengarai disebabkan oleh perlambatan ekonomi Indonesia yang menyebabkan perlambatan pembiayaan ditambah dengan kenaikan biaya dana. Hal tersebut berimbas pada penurunan indikator profitabilitas BSB. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI menempatkan BSB pada posisi 7 dengan SMI sebesar 0,26599 atau lebih rendah dari rata-rata SMI sebesar 0,27358. Rendahnya SMI dari BSB tersebut disebabkan oleh : 1 Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 18,26 selama periode 2011 – 2014. Hal ini disebabkan oleh BSB yang baru menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil pada tahun 2013. 2 BSB tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat, beasiswa pendidikan serta riset. Walaupun demikian, BSB telah melakukan kegiatan CSR akan tetapi BSB tidak melakukan perincian dana dan klasifikasi atas pengeluaran untuk kegiatan CSRnya tersebut. 8. Bank Syariah Mandiri BSM BSM berada pada kuadran kanan atas yang berarti BSM merupakan bank umum syariah yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dengan pelaksanaan maqashid s yari’ah yang tinggi pula. a. Aspek Profitabilitas 89 BSM mendapatkan nilai CPI sebesar 60,51 dan berada pada posisi ketiga. Artinya kinerja profitabilitas tergolong tinggi, hal ini dibuktikan dengan indikator rata-rata profitabilitasnya selama periode 2011 – 2014 dimana rata-rata ROAnya adalah sebesar 1,48 , ROE 16,53 , NOM 7,04 dan BOPO 82,99 . Walaupun menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi BSM tetap menghadapi tantangan sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 akibat pelemahan ekonomi nasional. Pelemahan ekonomi tersebut berdampak pada menurunnya kualitas aktiva produktif BSM dan mengakibatkan meningkatnya nilai PPAP sehingga pada akhirnya menurunkan laba bersih dari BSM. Penurunan laba bersih tersebut tentu saja berimbas pada menurunnya indikator profitabilitas BSM, akan tetapi BSM masih dapat meningkatkan aset, DPK, dan modal walaupun tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI menempatkan BSM pada posisi ke lima dengan nilai SMI 0,27716 atau berada di atas rata-rata nilai SMI yang sebesar 0,27358. BSM merupakan bank yang meraih posisi tertinggi ketiga dalam menjalankan maqashid s yari’ah yang pertama. BSM menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan melalui LAZNAS BSM tiap tahunnya, BSM juga menjadi sedikit bank yang mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan selain itu BSM 90 juga memiliki rasio publicity tertinggi ketiga untuk kepentingan promosi dan edukasi masyarakat. Dalam tujuannya untuk memberikan kemaslahatan, BSM setiap tahunnya melaporkan pengeluaran zakatnya serta BSM juga memiliki porsi investasi untuk sektor riil yang besar yaitu sekitar 80 . Akan tetapi BSM diharapkan memperbesar skim pembiayaan berbasis bagi hasil dalam rangka penegakkan keadilan. Skim pembiayaan berbasis bagi hasil yang dilakukan BSM setiap tahunnya memiliki kecenderungan untuk terus menurun. 9. Bank Victoria Syariah BVS BVS berada pada kuadran kiri bawah yang berati BVS memiliki kineja profitabilitas yang rendah dengan pelaksanaan maqashid s yari’ah yang rendah pula. a. Aspek Profitabilitas BVS menempati posisi terendah kedua menurut perhitungan CPI dengan nilai CPI sebesar 37,52 atau di bawah nilai rata-rata sebesar 52,40. BVS sempat menjadi bank dengan profitabilitas tinggi pada tahun 2011 dengan perolehan ROA sebesar 6,93 yang menjadi tertinggi di antara bank umum syariah saat itu serta memperoleh ROE sebesar 18,69 . Akan tetapi ditahun-tahun selanjutnya tiga indikator profitabilitas dari BVS mengalami pelemahan, hanya NOM yang bergerak positif itupun masih berada di bawah industri perbankan 91 syariah. Puncaknya pada tahun 2014 BVS mengalami kerugian sebesar 25,48 miliar rupiah. Kerugian tersebut merupakan imbas dari naiknya biaya dana pihak ketiga ditambah dengan NPF yang tinggi ditengah perlambatan ekonomi Indonesia yang memaksa bank untuk membentuk CKPN-AP yang sangat besar pada tahun 2014. Akan tetapi upaya untuk memulihkan PPAP tersebut telah dilakukan oleh BVS ditambah dengan NOM yang terus meningkat setiap tahunnya diharapkan dapat meningkatkan tingkat profitabilitas BVS di tahun 2015. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI pada BVS menempatkannya pada posisi terendah ketiga dengan nilai 0,26093 atau berada di bawah nilai rata- rata yaitu 0,27358. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI dari BVS tersebut antara lain rendahnya investasi BVS di sektor riil selama periode 2011 – 2014 yang rata-rata hanya sebesar 61,38 , terendah di antara bank umum syariah lainnya. Akan tetapi porsi investasi BVS untuk sektor riil tiap tahunnya selalu meningkat sejak tahun 2011 sampai 2014 yang berturut-turut sebesar : 34,39 , 52,17 , 77,98 dan 80,89 . Selain porsi investasi di sektor riil yang meningkat tiap tahunnya, porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil BVS juga meningkat tiap tahunnya sejak 2011 sampai 2014 yang berutrut-turut sebesar : 8,60 , 16,69 , 32,40 dan 56,13 . 92 Rendahnya SMI BVS juga karena BVS yang tidak melaporkan pengeluaran zakatnya pada tahun 2013 2014, rasio training dan publicity yang rendah serta ketiadaan donasi pendidikan yang dipublikasikan. 10. Maybank Syariah Indonesia MSI MSI berada pada kuadran kiri atas yang berarti MSI memiliki kinerja profitabilitas yang tinggi akan tetapi memiliki sharia maqasid index yang rendah. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan CPI, MSI merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi kedua setelah BMS selama periode 2011 – 2014. MSI bahkan memperoleh tingkat pengembalian atas aset ROA tertinggi di antara bank umum syariah lain pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 2,87 dan 3,61 selain itu MSI juga menjadi bank paling efisien selama periode 2011 - 2014 di antara bank syariah lain dengan rata-rata nilai BOPO sebesar 61,59 . Pada tahun 2014, ditengah perlambatan ekonomi yang menyebabkan turunnya berbagai indikator profitabilitas bank umum syariah dari tahun sebelumnya, MSI mampu mempertahankan tren positif dengan kenaikan indikator profitabilitasnya seperti ROA, ROE, dan NOM. b. Aspek Maqashid Syari’ah 93 Tingginya tingkat profitabilitas MSI agaknya tidak diimbangi dengan pelaksanaan maqashid s yari’ahnya. Perhitungan SMI menempatkan MSI di posisi paling rendah di antara bank syariah lainnya. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI dari MSI antara lain : 1 Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang rata-rata hanya berkisar 3,92 selama periode 2011 – 2014 dan lebih banyak didominasi oleh skim jual beli serta ijarah, bahkan pembiayaan dengan skim bagi hasil Musyarakah baru dilakukan pada tahun 2014. 2 Porsi investasi di sektor riil yang rata-rata hanya berkisar 64,47 selama periode 2011 – 2014, porsi tersebut merupakan yang terendah kedua setelah BVS. MSI masih banyak menempatkan dananya pada sektor keuangan. 3 MSI tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat serta biaya riset pada laporan keuangannya. Padahal dengan profitabilitas yang semakin meningkat diharapkan nominal zakat yang dikeluarkan akan semakin besar. Walaupun tidak melaporkan adanya pengeluaran zakat, MSI tetap mengadakan kegiatan CSRnya secara rutin dalam program Global CR Day setiap tahunnya. 94 11. Panin Bank Syariah PBS PBS berada pada kuadran kanan atas, PBS memiliki kinerja profitabilitas di atas rata-rata serta memiliki sharia maqasid index tertinggi di antara bank syariah lainnya. a. Aspek Profitabilitas Dari perhitungan CPI, PBS memiliki poin 55,79 dan berada pada posisi ke enam, atau sedikit di atas rata-rata CPI yang sebesar 52,40. Nilai CPI PBS yang berada di atas rata-rata terutama didukung oleh rasio ROA dan rasio BOPO yang merupakan tertinggi kedua pada periode 2011 – 2014. PBS juga berhasil mempertahankan tren positif ditengah perlambatan ekonomi pada tahun 2014 dengan semakin membaiknya rasio keuangan mereka. Bahkan BOPO pada tahun 2014 mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 81,31 di tahun 2013 menjadi 68,47 di tahun 2014, hal tersebut menjadikan PBS sebagai bank umum syariah dengan efisiensi paling tinggi. Kinerja PBS yang baik menjadi landasan PBS untuk melakukan Initial Public Offering IPO di bursa efek pada Januari 2014 dan mencatatkan PBS sebagai bank syariah pertama yang melantai di bursa. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI pada PBS menempatkan PBS sebagai bank syariah dengan pelaksanaan maqashid s yari’ah terbaik selama periode 2011 – 2014. Hal ini tidak lepas dari dominasi pembiayaan berbasis bagi hasil 95 yang disalurkan oleh PBS selama periode 2011 – 2014 yaitu rata-rata sebesar 58,53 dari total pembiayaan dan merupakan yang tertinggi dibanding bank syariah lainnya. Signifikansi pembiayaan dengan skim bagi hasil tersebut merupakan hasil dari pengalihan fokus PBS dari pembiayaan berbasis jual beli menjadi bagi hasil pada tahun 2014. Hal ini ditandai dengan naiknya pembiayaan berbasis bagi hasil dari sebelumnya yang hanya 52,29 di tahun 2013 menjadi 86,72 di tahun 2014. Keputusan strategis PBS ini dilakukan karena menganggap akad jual beli tidak fleksibel dalam menghadapi perubahan BI Rate di banding akad bagi hasil. Walaupun angka SMInya paling tinggi, PBS tercatat tidak melaporkan pengeluaran zakat pada tahun 2011 – 2013 dan baru melaporkan pengeluran zakat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 pula PBS mulai meningkatkan pemberian beasiswa secara signifikan. 96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengukuran kinerja profitabilitas bank umum syariah BUS dapat diukur menggunakan teknik CPI comparative performance index. Nilai rata-rata CPI BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah sebesar 52,40. BUS yang mendapatkan nilai CPI tertinggi adalah BMS dengan nilai CPI sebesar 82,99 sedangkan BUS dengan nilai CPI terendah adalah BSB dengan nilai CPI sebesar 33,31. 2. Pengukuran kinerja maqashid syari’ah BUS dapat diukur menggunakan teknik SMI sharia maqasid index. Nilai rata-rata SMI BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah sebesar 0,27358. BUS yang mendapatkan nilai SMI tertinggi adalah PBS dengan nilai SMI sebesar 0,31154 sedangkan BUS dengan nilai SMI terendah adalah MSI dengan nilai SMI sebesar 0,23495. 3. Perbandingan antara pengukuran kinerja keuangan CPI dengan kinerja sharia maqasid index SMI BUS di Indonesia dapat dilihat menggunakan diagram kartesius. Diagram kartesius membagi BUS ke 97 dalam empat kuadran, kuadran kiri atas CPI tinggi dengan SMI rendah, kuadran kiri bawah CPI rendah dengan SMI rendah, kuadran kanan atas CPI tinggi dengan SMI tinggi dan kuadran kanan bawah CPI rendah dengan SMI tinggi. Hasil pengolahan data menempatkan 3 BUS berada pada kuadran kiri atas yaitu BNIS, MSI dan BMIS. 2 BUS berada pada kuadran kiri bawah yaitu BVS dan BSB. 3 BUS berada pada kuadran kanan atas yaitu PBS, BMI dan BSM. Serta 3 BUS berada pada kuadran kanan bawah yaitu BJBS, BCAS dan BRIS. B. Saran Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Dewan Pengawas Syariah DPS diharapkan memiliki andil yang lebih besar dalam memastikan terlaksananya maqashid s yari’ah di industri perbankan syariah. Peran DPS untuk memastikan operasional BUS yang sesuai kaidah syariah perlu ditingkatkan agar operasional BUS tidak semata menaati halal-haram yang diamanatkan syariat tetapi operasional BUS harus diilhami oleh maqashid s yari’ah yang bersifat fleksibel dan dinamis serta memberikan kemaslahatan yang lebih luas. 98 2. Otoritas Jasa Keuangan OJK diharapkan memiliki peran dalam mengawasi BUS terutama dalam transparansi laporan keuangan. OJK harus memastikan agar BUS mempublikasikan laporan keuangannya tepat waktu selain itu OJK harus mewajibkan BUS untuk mencantumkan komponen tentang sharia maqasid index dalam laporan keuangannya. Karena terdapat temuan dimana ada beberapa BUS yang tidak mempublikasikan laporan tahunannya maupun komponen-komponen menyangkut sharia maqasid index dalam laporan keuangannya. 3. Industri perbankan syariah. Sebagai institusi perbankan, perbankan syariah diharapkan mampu mencetak laba demi tumbuh kembang dan keberlangsungan perusahaan. Sebagai entitas syariah, perbankan syariah diharapkan untuk mentaati kaidah syariah dalam operasionalnya serta memberikan kemaslahatan kepada shareholder maupun stakeholdernya. Industri perbankan syariah tidak boleh timpang sebelah dalam menjalankan perannya, perbankan syariah harus memiliki kinerja yang seimbang antara mencari laba dengan memberikan kemaslahatan. 99 DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Dzikron. ” Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Syari’ah Maqashid Index.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Fiqih. Jakarta : Pustaka Firdaus, 2014 Adawiyah, Rofi’atul dkk. Decision support system perencanaan studi lanjut bagi tenaga pendidik berdasarkan kualifikasi bidang dengan metode Composite Performance Index”, Repositori Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya Volume 4 Nomor 5, 2014. Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Sharia Maqasid Index SMI dan Profitabilitas Bank Syariah,” Proceeding Paper 24 Finalis Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah kedua, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 13-14 November 2013. Antonio, Muhammad Syafii, dkk. “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania, Journal of Islamic Finance, Vol.1 No. 1, 2012. Badreldin, Ahmed Mohamed “Measuring the performance of Islamic Banks by Adapting Conventional Ratios”. Working Paper Faculty of Management Technology, German University in Cairo. No. 16 October 2009.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 14 51

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESA PERIODE 2014

0 3 36

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

0 3 20

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syaria

0 2 19

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 5 13

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 15

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 16

Analisis perbandingan kinerja keuangan pada bank umum konvensional dan bank umum syariah periode 2011-2014 AWAL

0 0 15