Tujuan Akuntansi Bank Syariah Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah

b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atau dividen, bagi hasil, dan hasil dari penjualan , pelunasan, dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. c. Informasi atas sumber daya ekonomi pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank, kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya ekonomi tersebut. d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaanya. e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikanya pada tingkat keutungan yang layak , dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat. f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. 5. Proses Siklus Akuntansi Perbankan Syariah Proses siklus akuntansi perbankan syariah, Harahap, 1999, h.30 yaitu: Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Perbankan Syariah Reversing Entries dibukukan Sumber: Harahap, 1999 6. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi konvensional Menurut Hidayat, perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah adanya bentuk tujuan dan konsep akuntansi yang disusun berdasarkan pada pencapain tujuan syariah, tujuan ekonomi Laporan Bukti Neraca Transaksi Jurnal Jurnal Neraca ercobaansaldo Buku Besarledger Jurnal Islam serta tujuan lingkungan sosial masyarakat Islam 39 . Hal itu akan menuntut perbedaan kebutuhan dari Islamic user dengan non Islamic user 40 . Lebih lanjut Harahap menggambarkan salah satu perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah pada karakter dan praktik bisnis. Dalam hal ini kecenderungan bisnis Islam adalah mudharabah, musyarakah ataupun kontrak syariah lainnya, sehingga konsep akuntansi syariah cenderung menggunakan current value dan bentuk laporan keuangannya menyajikan laporan yang sesuai dengan sifat- sifat dari transaksi bisnis dalam konsep syariah tersebut. 41 Secara prinsip, beberapa perbedaan yang mendasar pada akuntansi konvensional memberikan kelonggaran penilaian laporan keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran kebenaran relatif yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki al-haq atau kebenaran moral yang harus di pertanggung jawabkan dihadapan Allah. Walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar, tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, karena laporan yang dibuat sesuai 39 Nur Hidayat, 2002. Urgensi Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah dalam Praktek Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002, Yogyakarta: P3EI FE UII,2002, h,88. 40 Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, Jakarta: Pustaka Quantum, 2001, h, 216. 41 Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, Jakarta: Pustaka Quantum, 2001, h, 216. dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara substansial laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah 42 Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar- standar yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan wahyu, dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akuntansi tetapi diikat pula dengan pertanggung jawaban dihadapan Tuhan normatif religius. 43 Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena seperti dalam hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi. Akuntansi konvensional memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syariah bertujuan sebagai sarana untuk mencapai target akhir berupa pemenuhan kewajiban zakat secara benar. Hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki titik tekan tujuan pada pertanggungjawaban akuntabilitas dihadapan Tuhan Dengan kata lain laporan keuangan akuntansi konvensional bertujuan pada pemberian informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah menekankan pada pertanggung jawaban akuntabilitas 42 Nur Hidayat, Urgensi Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah dalam Praktek Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002, Yogyakarta: P3EI FE UII,2002, h,88-89. 43 Nur Hidayat. Urgensi Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah dalam Praktek Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, h,88-89. Gambar 2.3 Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah Laporan Keuangan LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL AKUNTANSI SYARIAH PRINSIP-PRINSIP DASAR  Kebenaran Relatif Wajar  Pemenuhan Standar yang Dibuat Dirumuskan oleh Manusia  Kebenaran Hakiki al-Haq  Mencoba Mene- mukan yang SeharusnyaDibu- at Didasarkan pada Ketentuan Tuhan Wahyu TUJUAN  Menekankan pada Informasi sebagai Alat dalam Pengambilan Keputusan Bisnis  Laporan Keuangan Bukan Tujuan, Tetapi Sarana untuk Mencapai Tujuan, yakni: Pertanggung- jawaban Dihadapan Tuhan JENIS LAPORAN  Laporan Keuangan Tambahan Disajikan Sesuai dengan Kebutuhan, misalnya:Pengungk apan Tingkat Inflasi, Catatan Atas Laporan Keuangan, dan Koreksi Fiskal  Laporan Keuangan Tambahan Meliputi: Laporan Dana ZIS, Pengungkapan Aspek-aspek Syariah, dan Perhitungan Zakat Sumber: Husein Syahatah2001 Menurut Syahatah 44 . Segi-segi perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah dalam menyajikan laporan keuangan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 44 Husein Syahatah. Usul Al-Fikr Al-Muhasab Al-Islami terjemahan, Jakarta: Akbar Media Sarana,2001,h, 94-95 a. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal dengan prinsip historical cost yaitu prinsip yang menyatakan bahwa setiap transaksi dicacat berdasarkan harga biaya perolehan , sedangkan akuntansi syariah lebih menghendaki konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku current value, hal ini didasari oleh keinginan melindungi modal pokok yang hakiki dari kemampuan produksi di masa akan datang dalam ruang lingkup perusahaan dan kontinuitas. b. Akuntansi konvensional membagi modal aktiva dalam dua golongan yakni, aktiva lancar modal yang beredar dan aktiva tetap modal tetap. Akuntansi syariah membedakan modal yang terdiri dari harta berupa uang tunai cash, dan harta berupa barang, harta dalam bentuk barang ini kemudian dibagi lagi menjadi barang milik dan barang dagangan. c. Konsep akuntansi syariah menilai mata uang seperti emas, perak, dan barang-barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan tujuan, melainkan hanya sebagai alat tukar, perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai. d. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian conservatisme, dan mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Perbedaannya akuntansi syariah sangat memperhatikan hal-hal cara menentukan harga dengan berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko. e. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep akuntansi syariah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-pendapatan yang diperoleh yang tidak sesuai dengan syariah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan kepada mudharib dan musyarik stakeholder atau dicampurkan pada modal pokok. f. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli aktivitas usaha berjalan, sedangkan konsep akuntansi syariah mengakui laba apabila nilai barang mengalami perkembangan atau pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses jual-beli maupun tidak. Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba itu tidak boleh dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh. Adanya perbedaan-perbedaan dalam kaidah dan prinsip-prinsip antara akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional sangat menyentuh pada aspek-aspek pokok dan inti dari persoalan akuntansi, artinya meskipun perbedaan tersebut dilihat dari luarnya hampir tidak tampak namun dari substansi perbedaan ini jauh lebih berarti, karena menyangkut masalah-masalah pokok dan inti.

7. Landasan Hukum

                                                                                                                                                Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. jika tak ada dua oang lelaki, Maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. Tulislah muamalahmu itu, kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan yang demikian, Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.QS Al- Baqarah2: 282 45 Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang yang beriman agar mereka melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah setiap melakukan perjanjian perserikatan yang tidak tunai, yaitu melengkapinya dengan alat- alat bukti sehingga dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan perselisihan yang mungkin timbul dikemudian hari. 46 Alat bukti berdasarkan firman Allah SWT QS Al-Baqarah 2:282 tersebut.” Faktubuhu maka hendaklah ada yang menuliskanya” memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi dalam sebuah lembaga keuangan atau transaksi menjadi wajib adanya. Karena melalui akuntansilah seseorang dapat mengetahui secara baik dan benar laporan keuangan terhadap transaksi, neraca, atau laba rugi yang pernah dilakukan. 47 Maksud ayat ini adalah membahas masalah muamalah termasuk di dalamnya kegiatan jual beli, utang – piutang dan sewa menyewa. Dari situ dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran, 45 Al-Quran Digital 46 Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1999,h.120. 47 Wiyono Salmet dan Mualamin Taufan , Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia Jakarta;Mitra Wacana Media,2012,h 16 .