a. Corporate Financing Division b. FI Transactional Bank Division
c. NBFI Haji Division 3. Retail Banking Director
a. SME Micro Financing Division b. Consumer Financing Division
c. Retail Funding Division d. Sales Mgmt Support Division
e. E-Business Management Division 4. Finance Operations Director
a. Finance Strategi Division b. National Operation Division
c. Network General Service Division Untuk struktur organiasi Bank Muamalat lebih lengkapnya bisa
dilihat dilampiran III
60
4. Produk dan Layanan.
61
a. Pendanaan 1 Giro Wadiah
a Giro Perorangan b Giro Institusi
2 Tabungan
60
Data Muamalat Institute
61
Warkum Sumint0, Asas-Asas Perbankan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal.83
a Tabungan Muamalat b Tabungan Pos
c Tabungan Haji Arafah d Tabungan Haji Arafah Plus
e Tabungan Muamalat Umroh f Tabungan Ku
g Tabungan Umat h Bancaassurance
1 fulPROTEK 2 Syariah Mega Covers
3 Ta’awun Card
4 Fitrah Card 3 Deposito
a Deposito Mudharabah b Deposito Fulinves
4 HI-1000 5 Tarif
b. Pembiayaan 1 Konsumen
a Hunian Syariah b Auto Muamalat
c Dana Talangan Porsi Haji d Muamalat Umroh
e Anggota Koperasi 2 Modal Kerja
a Modal Kerja b LKM Syariah
c Rekening Koran Syariah 3 Investasi
a Pembiayaan Investasi c. Layanan
1 International Banking 2 Remittance
a Remittance BMI-MayBank b Remittance BMI-BMMB
c Remittance BMI-NCB d Tabungan Nusantara
3 Trade Finance a Bank Garansi
b Ekspor
B. Tahapan Pengembangan Pencatatan Akuntansi di Bank Muamalat Indonesia
Pendirian Bank Muamalat Indonesia BMI merupakan landasan awal diterapkanya prinsip Islam menjadi pedoman dalam praktek perbankan.
Pendirian ini dimulai dengan serangkaian proses perjuangan sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam dalam upaya mengajak masyarakat
Indonesia bermuamalah yang sesuai dengan ajaran Islam. Kelompok ini diprakarsai oleh tokoh-tokoh Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
ICMI , serta Majelis Ulama Indonesia MUI yang pada waktu itu, sekitar tahun 1990-1999
62
. Dengan berdirinya Bank Syariah tentu membutuhkan seperangkat
aturan yang tidak terpisahkan, berupa peraturan perbankan, kebutuhan kepengawasan, auditting, kebutuhan pemahaman terhadap produk-produk
syariah. Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa kemunculan kebutuhan , pengembangan teori dan praktik akuntansi syariah, sejak berdirinya bank
syariah menjadi salah satu bentuk implementasi ekonomi Islam. Pada saat awal pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7
tahun 1992 tentang perbankan, eksistensi bank syariah pada saat itu secara hukum positif diakui pada pasal 6 huruf m, “ Menyediakan Pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang diterapkan dalam peraturan pemerintah” pada tahap ini lebih dikenal dengan
bank Islam atau bank syariah. Dalam PP No. 70 Tahun 1992 pasal 5 ayat 3 menyebutkan dengan
frase “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil” dalam
penjelasanya tersebut “ Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil”. Begitu pula dalam PP No. 71 Tahun 1992 pasal 6 ayat 2 tentang Bank Perkreditan
Rakyat hanya menyebutkan frase ” Bank Perkreditan Rakyat yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil”. Maka dari itu
62
Warkum Suminto, Asas-Asas Perbankan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal.82.