2.2 Manajemen Risiko
Risiko berasal dari kata riscare bahasa Italia, yang berarti „to dare‟
bahasa Inggris yang berarti „untuk memberanikan‟. Risiko merupakan kemungkinan untuk mendapat kerugian dari suatu kondisi. Risiko tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan selalu melekat pada segi operasional maupun finansial di perusahaan manapun Syifa‟, 2013: 15. Jenis – jenis
risiko sangat banyak, ada risiko pasar, risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko bisnis, risiko hukum, dan sebagainya. Pedoman RMBG 2012: 67 membagi
risiko menjadi tiga kelompok, yaitu high risks, medium risks, dan low risks. High risks
adalah kelompok risiko yang berbahaya dan tidak bisa ditolerir, apapun manfaat yang dikandung dalam kegiatan tersebut. Contoh risiko ini
adalah bencana alam. Medium risks adalah kelompok risiko di mana perlu ada analisis manfaat-biaya guna mengukur perbandingan antara peluang serta
dampak buruknya. Contoh risiko jenis ini adalah risiko kredit. Perusahaan harus memperhitungkan manfaat dari pengambilan kredit untuk bisnisnya serta
biaya yang timbul akibat kegiatan tersebut. Low risks adalah kelompok risiko di mana aspek positif atau negatif risiko tersebut sangat sepele atau terlalu kecil
sehingga tidak butuh penanganan risiko secara khusus. Contohnya risiko salah catat.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2012: 21, risiko adalah dampak ketidakpastian pada sasaran ISO GUIDE 73:2009 definisi 1.1.
Risiko secara umum dibagi dua, yaitu pure risk dan insurable risk. Pure risk adalah risiko yang jika terjadi pasti membuat perusahaan merugi, contohnya
Universitas Sumatera Utara
bencana alam gempa bumi. Insurable risk adalah risiko yang masih bisa diasuransikan, sehingga kerugian masih bisa ditekan. Contohnya persediaan di
gudang diasuransikan sehingga jika terjadi kebakaran, kerugian yang ditanggung tidak seluruhnya karena sebagian lagi ditanggung oleh perusahaan
asuransi. Asuransi merupakan salah satu tindakan untuk mengelola risiko. Pedomang RMBG 2012: 69 menyebutkan 4 perlakuan terhadap risiko, yaitu
risk avoidance , risk sharing, mitigation, dan risk acceptance. Risk avoidance
berarti tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan risiko. Risk sharing atau disebut juga risk transfer berarti upaya mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko atau dampak risiko tersebut. Contohnya asuransi dan outsourcing
. Mitigation adalah upaya mengurangi kemungkinan risiko, mengurangi dampak risiko, atau mengurangi keduanya. Risk acceptance berarti
tidak melakukan apapun terhadap risiko tersebut. Perlakuan terhadap risiko ini terintegrasi di dalam sistem manajemen risiko. Manajemen risiko korporat dan
perencanaan strategis harus dilihat sebagai aktivitas yang saling melengkapi Christina, 2012.
Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko dalam
perusahaan Syifa‟, 2013: 15. Manajemen risiko adalah serangkaian sistem, prosedur, kebijakan, serta implementasi dari pengelolaan risiko. Menurut
KNKG 2012: 21, manajemen risiko adalah upaya organisasi yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan risiko ISO GUIDE
73:2009 definisi 2.1. Proses penerapan manajemen risiko ini terdiri dari aspek
Universitas Sumatera Utara
struktural, operasional, dan perawatan. Aspek struktural memastikan bahwa struktur organisasi seperti sumber daya apa saja yang dibutuhkan dan yang
dimiliki perusahaan untuk menerapkan manajemen risiko. Lalu aspek operasional yang sudah memasuki tahap implementasi secara sistematis seperti
penyusunan pedoman manajemen risiko perusahaan. Aspek yang terakhir adalah aspek perawatan. Pada aspek ini dipastikan adanya upaya evaluasi dan
perbaikan yang berkesinambungan terhadap penerapan manajemen risiko perusahaan.
Di Indonesia penerapan manajemen risiko hanya diwajibkan bagi sektor perbankan. Menurut PBI No.58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum, manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank. Pada peraturan ini pula dijelaskan ada empat ruang lingkup manajemen risiko, yaitu: pengawasan
aktif dewan komisaris dan direksi; kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit; kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko serta informasi manajemen risiko; dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Penerapan manajemen risiko ini harus dilakukan
dengan efektif. Manajemen risiko yang diterapkan dengan baik akan membantu pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan dan meminimalisir
hasil negatif sewaktu krisis Duggan, 2006: 25.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Duggan 2006: 26, manfaat penerapan manajemen risiko ada 7, yaitu:
1. Meningkatkan komunikasi antara dewan komisaris dan dewan direksi
2. Mendorong keefektifan penggunaaan sumber daya 3. Meningkatkan continuous improvement
4. Meningkatkan fokus untuk siklus manajemen lain seperti audit internal dan perencanaan strategi
5. Mengurangi banyak kejutan yang tidak sesuai harapan 6. Menyiapkan reasuransi untuk pemangku kepentingan
7. Membuka kesempatan baru dengan kemungkinan sukses yang lebih tinggi
2.3 Pengungkapan Manajemen Risiko Enterprise Risk Management