1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam  suatu  organisasi,  sumber  daya  manusia  merupakan  salah  satu sumber  daya  yang  sangat  penting  dalam  proses  pencapaian  tujuan  organisasi.
Sumber daya manusia memiliki peran dan fungsi yang sangat vital dan tidak dapat digantikan  oleh  sumber  daya  lainnya.  Sumber  daya  manusia  merupakan  satu-
satunya  sumber  daya  yang  dapat  membuat  sumber  daya  lainnya  berjalan Rusmayanti, 2013.
Kemajuan  dan  keberhasilan  suatu  organisasi  sangat  ditentukan  oleh kualitas  dan  kapabilitas  sumber  daya  manusia  di  dalamnya.  Pentingnya  peranan
sumber  daya  manusia  dalam  suatu  organisasi  maka  sudah  sepatutnya  suatu organisasi  memiliki  sumber  daya  manusia  yang  berkompeten  dalam  bidangnya.
Kualitas  dan  kuantitas  sumber  daya  manusia  dalam  suatu  organisasi  hendaknya disesuaikan  dengan  kebutuhan  organisasi  yang  bersangkutan  supaya  efektif  dan
efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi Rusmayanti, 2013. Organisasiperusahaan  memiliki  banyak  jenis,  dimana  salah  satunya
adalah  perusahaan  BUMN.  Badan  Usaha  Milik  Negara,  selanjutnya  disebut BUMN,  diatur  dalam  Undang-undang  No.  19  Tahun  2003  tentang  Badan  Usaha
Milik  Negara  selanjutnya  disebut  dengan  UU  BUMN.  Undang-undang  ini memberikan pengertian dari BUMN itu sendiri. Pada Pasal 1 angka 1 UU BUMN
menyatakan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
2
modalnya  dimiliki  oleh  negara  melalui  penyertaan  langsung  yang  berasal  dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Salah  satu  perusahaan  BUMN  adalah  PT.  Adhi  Karya  Persero  Tbk. Nama Adhi Karya untuk pertama kali tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan  Umum  dan  Tenaga  Kerja  Tanggal  11  Maret  1960.  Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan
menjadi  perusahaan  Negara  Adhi  Karya.  Pada  tahun  itu  juga,  berdasarkan Peraturan Pemerintah yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang
telah di nasionalisasikan yaitu Associates NV, dilebur ke dalam Perusahaan. Sebagai  perusahaan  BUMN  yang  memiliki  nama  besar  PT.  Adhi  Karya
Persero Tbk Divisi Konstruksi III Medan juga tidak terlepas dari masalah, baik internal  maupun  eksternal.  Masalah  internal  yang  menjadi  poin  utama  adalah
adanya rasa ketidakadilan dari perusahaan yang masih dirasakan oleh anggotanya, yaitu mengenai status pegawai. Status pegawai akan menimbulkan persepsi yang
berbeda  pada  individu  masing-masing,  dimana  pegawai  honorer  memiliki  tugas dan  pekerjaan  yang  sama  dengan  pegawai  tetap  sementara  status  dan  upah  yang
diberikan  akan  berbeda.  Sedangkan  masalah  eksternal  yang  dihadapi  adalah adanya  persaingan  yang  ketat  dari  perusahaan  lain  yang  memiliki  bidang  yang
sama  terkait  dengan  banyak  atau  tidaknya  jumlah  pembangunan  yang  akan dikerjakan.  PT.  Adhi  Karya  Persero  Tbk  Divisi  Konstruksi  III  Medan  yang
mengalami  penurunan  p emasukan,  karena  tidak  adanya  “order”  sehingga  para
pegawai menjadi banyak yang tidak bekerja.
Universitas Sumatera Utara
3
Permasalahan internal dapat terjadi karena berbagai faktor. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu pegawai honorer:
“… saya sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun, dan saya belum juga diangkat sebagai pegawai tetap, karena dari itu saya memiliki tunjangan
yang  berbeda  dengan  pegawai  tetap  dan  juga  tingkatan  karir  yang  lebih lama karena kalau mau jadi pegawai yang memiliki jabatan lebih tinggi,
harus  memiliki  status  sebagai  pegawai  tetap.  disini  kalau  masih  staff biasa,  itu  masih  berstatus  honorer  dan  untuk  merubah  status  menjadi
pegawai  tetap  itu  butuh  waktu  yang  lama,  karena  ada  rekan  kerja  saya yang  sudah  lebih  lama  bekerja  dari  saya,  namun  statusnya  masih  juga
sebagai  pegawai  honorer,  padahal  kan  ini  perusahaan  BUMN, seharusnya kalau mengikuti peraturan kan 3-4 tahun saja sudah diangkat
sebagai pegawai tetap
…” Komunikasi Personal, Oktober 2014
Hasil  wawancara  mengarah  kepada  status  pegawai.  Dimana  salah  satu pegawai honorer dari PT. Adhi Karya Persero Tbk merasa di perlakukan kurang
adil  oleh  perusahaannya.  Hal  ini  dikarenakan  status  pegawai-nya  yang  tidak berubah menjadi status pegawai tetap walaupun dia sudah bekerja selama 5 tahun
lebih.  Apabila  tidak  berubah  status  menjadi  pegawai  tetap  maka  para  pegawai honorer  pun  akan  susah  untuk  tingkatan  jenjang  karirnya.  Sementara  jika  dilihat
dari  jenis  perusahannya  termasuk  ke  dalam  perusahaan  BUMN.  Dimana seharusnya perusahaan BUMN akan mengangkat pegawai menjadi status pegawai
tetap  apabila  sudah  bekerja  selama  3-4  tahun  lebih.  Hal  yang  diungkapkan  oleh salah satu pegawai tersebut termasuk dalam teori keadilan organisasional.
Keadilan  organisasional  adalah  sebuah  topik  yang  sudah  menjadi  bahan riset  sejak  lebih  dari  25  tahun  lalu  Colquitt  et  al.,  2001.  Cropanzano  et  al.,
2007  mendefinisikan  keadilan  organisasional  sebagai  penilaian  personal mengenai  standar  etika  dan  moral  dari  perilaku  manajerial.  Dalam  menilai
Universitas Sumatera Utara
4
keadilan  organisasional  setidaknya  terdapat  tiga  bidang  yang  harus  di  evaluasi, yaitu: imbalan, proses, dan hubungan interpersonal Cropanzano et al., 2001.
Penilaian  individu  terkait  alokasi  imbalan  mengacu  pada  keadilan distributif Leventhal, 1976. Perbedaan status pegawai yaitu honorer dan tetap di
PT.  Adhi  Karya  Tbk  Persero  akan  menjadikan  perbedaan  alokasi  imbalan  atau gaji  yang  diterima  oleh  setiap  pegawai  seperti  yang  disampaikannya  pada  hasil
wawancara  diatas.  Penilaian  mengenai  prosedur  yang  digunakan  untuk menentukan alokasi tersebut mengacu pada keadilan prosedural Cropanzano dan
Greenberg,  1977.  Keadilan  prosedural  berkaitan  dengan  prosedur  mengenai jumlah  gaji  yang  diterima  oleh  setiap  pegawai.  Keadilan  interaksional  yang
mengacu  pada  manajemen  atau  mereka  yang  mengendalikan  penghargaan  dan sumber daya berperilaku kepada penerima keadilan Cohen-Carash dan Spector,
2001. Keadilan interaksional mengacu kepada interaksi-interaksi yang dilakukan oleh antar pegawai ataupun pegawai dengan atasan yang ada di suatu perusahaan.
Dimensi  keadilan  yang  baru-baru  ini  muncul  adalah  keadilan  informasional, mengacu  pada  keadilan  yang  digunakan  untuk  sampai  pada  keputusan.  Griffin
dan Moorhead, 2010. Keadilan terakhir ini mengarah kepada informasi-informasi yang diberikan kepada seluruh pegawai.
Penelitian  empirik  menunjukkan  bahwa  keadilan  organisasional berpengaruh  terhadap  kepuasan  kerja.  Elamin  dan  Alomaim  2011  melakukan
riset  dengan  obyek  para  karyawan  lokal  dan  asing  di  Arab  Saudi  dan  hasilnya adalah  keadilan  distributif,  prosedural,  dan  interaksional  berpengaruh  positif  dan
signifikan terhadap kepuasan kerja. Sejalan dengan penelitian tersebut, Bakhshi et
Universitas Sumatera Utara
5
al.,  2009,  Memarzadeh  dan  Mahmoudi  2010,  dan  Al- Zu’bi  2010  juga
memperoleh  hasil  yang  sama  ketika  melakukan  penelitian  dengan  variabel- variabel tersebut.
Clay-Warner  et  al.,  2005  dengan  menggunakan  variabel  keadilan distributif dan prosedural melaukan riset terhadap karyawan yang pernah menjadi
korban  PHK,  dan  hasilnya  kedua  jenis  keadilan  tersebut  mempunyai  hubungan positif  dan  signifikan  terhadap  kepuasan  kerja.  Riset  ini  juga  menyimpulkan
bahwa  keadilan  prosedural  merupakan  prediktor  yang  lebih  kuat  dibanding distributif bagi kepuasan kerja terhadap karyawan yang pernah maupun yang tidak
pernah  mengalami  PHK,  serta  karyawan  yang  bertahan  di  perusahaan  yang memiliki kebijakan PHK.
Whisenant  dan  Smucker  2006  melakukan  riset  hubungan  keadilan organisasional  dengan  dimensi-dimensi  kepuasan  kerja,  seperti  pekerjaan  itu
sendiri,  supervisi,  rekan  sekerja,  penghasilan,  promosi,  dan  pekerjaan  secara umum,  dengan  obyek  penelitian  para  pelatih  tim  olah  raga  wanita  di  Amerika
Serikat.  Hasilnya,  terdapat  hubungan  positif  dan  signifikan  antara  keadilan distributif,  prosedural,  dan  interpersonal  dengan  dua  aspek  kepuasan  kerja
supervise  dan  promosi,  dan  pekerjaan  secara  umum.  Hubungan  positif  dan signifikan  juga  diperlihatkan  antara  keadilan  prosedural  dengan  pekerjaan  itu
sendiri  dan  penghasilan,  dan  antara  keadilan  distributif  dengan  pekerjaan  itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
6
Pengaruh  dari  keadilan  organisasi  yang  ada  di  suatu  perusahaan  akan membuat tinggi rendahnya kepuasan kerja  pada setiap pegawai. Ketika kepuasan
kerja  pegawai  rendah  maka  akan  menyebabkan  pegawai  bekerja  dengan  kurang produktif.  Hal  ini  sering  dialami  oleh  pegawai  honorer  seperti  yang  dikatakan
sebagai berikut: “…kami  bekerja  hanya  mengikuti  perintah  dari  atasan  saja,  ketika  ada
konsumen yang ingin memakai jasa kami, maka kami akan bekerja sesuai dengan  yang  diminta  oleh  atasan,  akan  tetapi  jika  tidak  ada  konsumen
yang  mau  memakai  jasa  kami,  maka  kami  juga  tidak  akan  berbuat  apa- apa,  kami  juga  tidak  berusaha  untuk  mencari  konsumen  dikarenakan  hal
ini kami anggap sebagai tanggung jawab atasan kami saja
…” Komunikasi Personal, Oktober 2014
Kepuasan  kerja  yang  dirasakan  oleh  setiap  pegawai  dapat  dilihat  dari berbagai faktor. Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat bahwa para pegawai
seperti lepas tangan berharap kepada atasannya. Apabila atasan tidak memperoleh konsumen,  maka  bawahan juga  tidak  akan  membantu mencari  dan  para  pegawai
juga  tidak  akan  melakukan  hal  apapun.  Hal  tersebut  mengarah  kepada  kepuasan kerja pegawai dimana seperti yang dinyatakan dari hasil wawancara tersebut para
pegawai  menjadi  kurang  produktif  dikarenakan  mereka  merasa  bahwasanya  ini adalah hanya tugas atasan saja untuk mencari konsumen.
Kepuasan  kerja  karyawan  dalam  suatu  organisasi  sangat  penting peranannya  dalam  rangka  menciptakan  performa  yang  baik.  Karyawan  yang
memiliki kepuasan yang tinggi dalam pekerjaannya akan memiliki performa yang lebih baik dalam menjalankan tugasnya daripada mereka yang merasa tidak puas
dengan  pekerjaannya.  Karyawan  yang  memiliki  kepuasan  terhadap  pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
7
akan  memiliki  kemungkinan  yang  lebih  kecil  untuk  mangkir  dan  berhenti  pada pekerjaannya  Robbins    Judge,  2008.  Oleh  karena  itu,  usaha  menciptakan
kepuasan kerja karyawan oleh perusahaan diharapkan akan mengurangi perilaku- perilaku  negatif  yang  dapat  menghambat  performa  karyawan  dalam  suatu
perusahaan. Kepuasan  kerja  merupakan  indikator  yang  penting  terkait  bagaimana
karyawan  merasakan  pekerjaan  mereka  dan  memberi  dampak  terhadap  perilaku kerja  lainnya,  seperti:  organizational  citizenship,  ketidakhadiran,  dan  intensi
keluar.  Lebih  jauh  lagi,  kepuasan  kerja  dapat  menjadi  mediator  yang menghubungkan  dengan  variabel-variabel  kepribadian  dan  perilaku  menyimpang
di  tempat  kerja.  Odom  et  al.,  1990  menyatakan  bahwa  kepuasan  kerja  pada dasarnya  adalah  seberapa  besar  perasaan  positif  atau  negatif  yang  diperlihatkan
karyawan  terhadap  pekerjaannya.  Kepuasan  kerja  berkaitan  dengan  penilaian afektif umum karyawan terkait pekerjaan.
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kepuasan  kerja  pada  dasarnya  dapat menjadi dua bagian yaitu faktor intrinsik atau faktor yang berasal dari dalam diri
karyawan  itu  sendiri  seperti  harapan  dan  kebutuhan  individu  tersebut.  Dan  yang kedua adalah faktor esktrinsik, faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar
diri  karyawan  antara  lain  kebijakan  perusahaan,  kondisi  fisik  lingkungan  kerja, interaksi dengan karyawan lain, sistem penggajian, dan sebagainya Rivai, 2006.
Kepuasan  kerja  merupakan  tanggapan  seorang  karyawan  berupa  sikap terhadap  organisasinya.  Sebagai  sebuah  sikap,  kepuasan  kerja  merupakan
konseptualisasi  dari  komponen  evaluasi,  kognitif,  dan  afektif.  Antoncic  dan
Universitas Sumatera Utara
8
Antoncic  2011  mencatat  beberapa  riset  terdahulu  tentang  sumber-sumber kepuasan  kerja,  yaitu:  1  kepuasan  umum  yang  berhubungan  dengan  pekerjaan,
termasuk  di  dalamnya  kondisi  kerja,  jam  kerja,  dan  reputasi  perusahaan;  2 hubungan  karyawan,  terdiri  dari  hubungan  antar  karyawan  dan  juga  wawancara
personal  tahunan  dengan  karyawan;  3  remunerasi,  tunjangan,  dan  budaya organisasi, unsur-unsur ini termasuk gaji, remunerasi dalam bentuk tunjangan dan
pujian,  promosi,  pendidikan,  sifat  permanen  pekerjaan,  dan  iklim  serta  budaya organisasi;  4  loyalitas  karyawan,  penelitian  empiris  menunjukkan  bahwa
keadilan  organisasional  merupakan  antesenden  dari  kepuasan  karyawan. Kepuasan  kerja  berkaitan  dengan  gajiupah  yang  diberikan  kepada  pegawai.
Pegawai  tetaphonorer  akan  merasa  adil  apabila  mereka  diberikan  kemampuan dan pendapatan yang sesuai dengan yang mereka yakini
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat  pengaruh antara  keadilan  organisasi  dengan  kepuasan  kerja,  dan apakah
terdapat perbedaan pengaruh antar pegawai tetap dan honorer di PT. Adhi Karya Persero Tbk Divisi Konstruksi III Medan.
B. Rumusan Masalah