BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam
Berdasarkan ketiga perlakuan yang telah dilakukan terhadap biskuit dengan penambahan tepung ceker ayam maka dihasilkan biskuit yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada gambar dan tabel 4.1 berikut ini :
A
1
A
2
A
3
Penambahan 15 ceker ayam Penambahan 20 ceker ayam Penambahan 25 ceker ayam
Gambar 4.1 Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam
Tabel 4.1 Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam
Karakteristi k
Biskuit A
1
A
2
A
3
Aroma Khas biskuit
Beraroma ceker ayam Lebih beraroma ceker
ayam Rasa
Khas biskuit, gurih
Gurih dan ada rasa ceker ayam
Khas ceker ayam Warna
Putih kekuningan Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan Tekstur
Sedikit keras Renyah
Renyah Keterangan:
A
1
: Penambahan Tepung Ceker Ayam 15 A
2
: Penambahan Tepung Ceker Ayam 20 A
3
: Penambahan tepung Ceker Ayam 25
Universitas Sumatera Utara
4.2 Deskriptif Panelis
Panelis adalah 30 orang ibu - ibu hamil trimester ke II, dikarenakan ibu hamil ditrimester ke II sudah tidak mengalami mual muntah, kebutuhan ibu hamil untuk
mengkonsumsi kalsium juga sangat tinggi yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi pada janin. Umur panelis berkisar 20-40 tahun. Pada saat diminta
tanggapan penilaian panelis tidak dalam keadaan sakit karena jika dalam keadaan sakit maka umumnya indera akan terganggu sehingga untuk penilaian sangat tidak
efektif.
4.3 Analisis Organoleptik Warna Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker
Ayam
Hasil analisa organoleptik warna biskuit tepung ceker ayam dengan skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Organoleptik Warna Biskuit Tepung Ceker Ayam
Warna Perlakuan Pembuatan Biskuit
Kriteria Sko
r A
1
A
2
A
3
Panel is
Sko r
Panel is
Sko r
Panel is
Sko r
Suka 3
28 84
93,3 3
29 87
96,6 7
20 60
66,6 7
Kurang Suka
2 1
2 2,22
1 2
2,22 5
10 11,1
1 Tidak
Suka 1
1 1
1,11 5
5 5,55
Total 30
87 96,6
6 30
89 98,8
9 30
75 83,3
3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil analisa organoleptik warna terhadap biskuit tepung ceker ayam 20 yang mendapat total
skor tertinggi adalah 89 98,89 yaitu pada warna biskuit ceker ayam dengan kriteria suka. Sedangkan yang memilki skor terendah adalah warna biskuit ceker
ayam 25 dan warna biskuit ceker ayam 15. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar panelis menyukai warna biskuit yang dibuat dengan penambahan tepung ceker
20.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Warna Sumber
Keragaman Db
JK KT
0,05 Keterangan
Perlakuan 2
3,8 1,9
7,04 3,11
Ada perbedaan
Galat 87
23,3 0,27
Berdasarkan analisis sidik ragam seperti hasil tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara biskuit ceker ayam terhadap warna biskuit yang dihasilkan
F
7,04
F
3,11. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ceker ayam dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna pada
biskuit, maka dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan dan didapatkan hasilnya seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Warna Perlakuan
A
3
A
2
A
1
Rata-rata skor warna A
2
– A
3
= 3,0 – 2,5 = 0,5 0,37 A
1
– A
2
= 2,9 – 3,0 = 0,1 0,40 A
1
– A
3
= 2,9 – 2,5 = 0,4 0,37 2,5 3.0 2,9
Jadi A
2
≠ A
3
Jadi A
1
= A
2
Jadi A
1
≠ A
3
Berdasarkan Uji Ganda Duncan seperti dilihat tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna biskuit ceker ayam 15 tidak
berbeda dengan 20. Namun tingkat kesukaan panelis terhadap warna biskuit ceker ayam 25 berbeda dengan kedua perlakuan yang lainnya.
4.4 Analisa Organoleptik Aroma Biskuit Ceker Ayam dengan Berbagai Variasi