Pengolahan dan Analisis Data

Prinsip metode SSA adalah kelarutan logam akan mencapai kondisi maksimum pada derajat keasaman yang tinggi, hal ini akan dicapai pada pH 2-4. Kelarutan logam tersebut dapat diperbesar sehingga menaikkan temperatur. Larutan bahan disemprotkan melalui aspirator ke dalam nyala pada alat SSA, akan mengalami proses penguapan-pelarut, sublimasi akan menyerap sejumlah sinar. Jumlah sinar diserap akan sebanding dengan konsentrasi unsur yang dianalisis. Cara kerja dalam menentukan kadar kalsium : 1. Ditimbang 5 gram sampel 2. Kemudian diabukan, sampai terbentuk abu putih 3. Kemudian, abu ditambahkan dengan campuran larutan standart Ca dan Mg ke dalam tabung kimia. 4. Setelah itu, ditambahkan larutan Cl 3 5. Sampel dianalisis dengan SSA Perhitungan : Kadar setara Ca = × × × 100 + = × × × 100

3.8. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, kemudian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada masing-masing perlakuan maka digunakan analisis sidik ragam. Analisis deskriptif persentase ini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan. Untuk mengetahui tigkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari Universitas Sumatera Utara panelis harus dianalisis dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase dirumuskan sebagai berikut = x 100 Keterangan : = skor presentase n = jumlah skor yang diperoleh N = skor ideal skor tertinggi x jumlah panelis Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen, analisinya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut : Nilai tertinggi = 3 suka Nilai terendah = 1 tidak suka Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria Jumlah panelis = 30 orang a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi = 30 x 3 = 90 b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah = 30 x 1 = 30 c. Persentase maksimum= x 100 = x 100 = 100 d. Persentase minimum = x 100 = x 100 = 33,3 Universitas Sumatera Utara e. Rentangan = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 100 - 33,3 = 66,7 f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria = 66,7 : 3 = 22,2  22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval persentase dan criteria kesukaan sebagai berikut : Table 3.4. Interval Persentase Dan Criteria Kesukaan Presentase Criteria kesukaan 78 - 100 Suka 56 – 79,9 Kurang suka 34 – 55,99 Tidak suka Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap biskuit yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada organoleptik biskuit dengan berbagai perlakuan jumlah penambahan tepung ceker ayam, maka dapat dilakukan beberapa tahap uji, yaitu : 1. Uji Barlett, dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi. 2. Uji Anova, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik adalah sama homogen. 3. Uji Kruskal Wallis, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik adalah tidak sama. Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dengan rumus sebagai berikut : Uji analisis varians anova, dengan analisis sidik ragam rancangan acak lengkap Rahayu, 1998. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5 Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F tabel 5 1 Perlakuan r-1=V 1 JKP − 1 Galat rt-1-r-1=V 2 JKG − 1 − − 1 T F V1, V2 Total rt-1 JKT Keterangan : F : Uji-F r : jumlah perakuan t : jumlah Panelis rumus :

1. Derajat Bebas db

a. db perlakuan = r-1 b. db galat =rt-1-r-1 c. db total = rt-1 2. Factor Koreksi FK factor koreksi = ∑

3. Jumlah Kuadrat JK

a. Jumlah kuadrat total = ∑Yij 2 – FK b. Jumlah Kuadrat Perlakuan = ∑ − 4. Jumlah kuadrat galat = jumlah kuadrat total - jumlah kuadrat Perlakuan Universitas Sumatera Utara KT Galat Jumlah Kelompok 5. Kuadrat Total KT a. KT Perlakuan = b. KT galat = 6. F Hitung F Hitung = Bandingkan F.hitung dengan F. table Lihat table F, dimana : pembilang = db perlakuan, penyebut = db galat Bila F.Hitung F.Tabel = H di tolak, H a diterima Bila F.Hitung F.Tabel = H diterima, H a ditolak Dengan menggunakan derajat bebas α 5 Bila F.Hitung F. Tabel berarti ada perbedaan antara perlakuan-perlakuan tersebut. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan tiap-tiap perlakuan maka akan dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan Duncan’s Multiple Range Test. Dengan Uji Ganda Duncan maka dapat diketahui perlakuan mana yang paling berbeda dengan perlakuan lainnya dan perlakuan mana yang hanya sedikit berbeda dengan perlakuan lainnya. Sy = Kemudian dilanjutkan dengan menghitung range tingkat nyata 5 dengan melihat derajat bebas galat dimana akan diperoleh : LSR = Range x Sy Standar Error Rata-rata Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam

Berdasarkan ketiga perlakuan yang telah dilakukan terhadap biskuit dengan penambahan tepung ceker ayam maka dihasilkan biskuit yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar dan tabel 4.1 berikut ini : A 1 A 2 A 3 Penambahan 15 ceker ayam Penambahan 20 ceker ayam Penambahan 25 ceker ayam Gambar 4.1 Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam Tabel 4.1 Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ceker Ayam Karakteristi k Biskuit A 1 A 2 A 3 Aroma Khas biskuit Beraroma ceker ayam Lebih beraroma ceker ayam Rasa Khas biskuit, gurih Gurih dan ada rasa ceker ayam Khas ceker ayam Warna Putih kekuningan Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan Tekstur Sedikit keras Renyah Renyah Keterangan: A 1 : Penambahan Tepung Ceker Ayam 15 A 2 : Penambahan Tepung Ceker Ayam 20 A 3 : Penambahan tepung Ceker Ayam 25 Universitas Sumatera Utara