Waktu dan tempat penelitian
3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Tempat penelitian adalah Kelurahan Sumber Agung,
Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.
dimana : ẋ
= Produksi gula rata-rata per
3.2. Alat dan bahan
pohon
Timbangan (skala 100 gram). Bahan yang
x 1-n = Produksi home industri gula
digunakan adalah nira dan gula aren yang
ke-1 sampai ke-n
diproduksi oleh masyarakat petani hutan
n
= Jumlah tanaman aren yang
niranya diproses menjadi gula
Kemiling Kota Bandar Lampung, yang berada
dalam kawasan Tahura WAR.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Banyak dan sedikitnya nira yang diperoleh
Kelurahan Sumber Agung, Potensi
tergantung dari jumlah tandan yang diambil per
produksi gula aren diketahui dengan
batang aren. Rata-rata per batang 1-2 tandan
mengalikan rata-rata produksi gula per
saja yang diambil. Selain itu faktor panjang
tanaman aren (ẋ), dengan jumlah total
dan pendeknya tandan yang diambil niranya,
tanaman aren di wilayah tersebut (261)
semakin pendek, maka semakin berkurang
batang.
hasil niranya. Faktor musim dan cuaca tidak berpengaruh terhadap produksi nira. Dari 23
Y=ẋ.N
batang aren dihasilkan 420 liter nira yang akan
Dimana :
diolah menjadi gula, atau sekitar 18 liter per
Y
= Potensi produksi gula aren
batang, sedangkan 90 liter lainnya dijual dalam
ẋ
= Produksi gula rata-rata per
bentuk nira kepada pedagang.
tanaman
Produksi nira dari 510 liter yang diproduksi,
N
= Jumlah total tanaman aren
420 liter dibuat gula menjadi 45,5 kg, selebihnya dijual dalam bentuk nira (Tabel 2). Nira yang
4. Hasil dan pembahasan
diolah per keluarga antara 20 s.d.170 liter,
Rata-rata pengolah gula aren berpendidikan
yang hasilnya berupa gula 2,1 kg-18 kg. Untuk
sekolah dasar (SD), dengan jumlah tanggungan
pengolahannya digunakan bahan bakar berupa
yang lebih dari 3 orang, yang usianya lebih
kayu, diambil dari pohon yang sudah mati dan
banyak yang berusia produktif. Pada umumnya
kering, atau ranting-ranting yang sudah kering.
mereka sudah berpengalaman membuat gula,
Dalam memproduksi gula aren mereka
karena rata-rata sudah membuat gula lebih dari
tidak memperhitungkan upah tenaga kerja,
satu tahun. Pembuatan gula aren ini murni
bahan bakar, bahan pengemas, peralatan, dan
industri rumah tangga, karena tidak ada yang
bahan-bahan lainnya. Tenaga kerjanya adalah
menggunakan tenaga kerja orang lain, selain
dari anggota keluarga sendiri, sehingga tidak
suami isteri atau anggota keluarganya sendiri.
perlu diupah. Bahan bakar yang digunakan
Umumnya nira yang digunakan sebagai
adalah kayu, yang diambil dari pohon yang
bahan pembuatan gula aren diperoleh dari
sudah mati dan ranting-ranting kering. Untuk
menyadap sendiri, sebagian membeli dari
mengemas gula, mereka menggunakan pelepah
penyadap lain. Semua nira diperoleh dari
daun pisang kering yang diperoleh dari
batang aren yang tumbuh di kawasan Tahura
kawasan hutan. Bambu yang digunakan untuk
WAR. Dengan demikian nira ini merupakan
mencetak gula dan kayu yang digunakan untuk
hasil hutan nonkayu dari Tahura WAR.
mengaduk diperoleh dari hutan.
Tabel 1. Sumber dan produksi nira sebagai bahan baku gula aren
Banyak nira
harga nira
Jml Pohon (btg)
Banyak nira (liter)
dr org beli
Ny. Mas'ud 2 20 0
Ny. Khotib
Ny. Dawud
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Tabel 2. Produksi gula aren, pengolahan, dan pemasarannya
Banyak
prod gula
harga jualkg
Waktu waktu
Reponden
Menjual
nira (lhr)
(kghr)
(Rp)
sadap olah gula
Ny. Mas'ud
Ny. Khotib
Ny. Dawud
Pengolahan gula aren yang dilakukan
e. Pengemasan, setelah gula kering (kira-kira
masyarakat Sumber Agung adalah sebagai
semalam), kemudian dikemas dengan
berikut:
pembungkus pelepah pisang kering. Per
a. Agar nira tidak asam, maka wadah
kemasan (bonjor) berisi 10 butir. Karena
sadapan nira diberikan air kapur,
per butir bobotnya bervariasi, maka berat
kemudian untuk memudahkan terjadinya
per bonjor juga bervariasi dari 0,9 kg s.d.
penggumpalanpengerasan gula ke dalam
1,2 kg.
nira diberikan cacahan kayu nangka yang
f. Penjualan, gula aren dijual per bonjor
bergetah (Wikipedia Indonesia, 2011).
dengan harga rata-rata Rp 12.000,-bonjor.
b. Perebusan nira, nira direbus selama lebih
Karena bobotnya bervariasi, maka harganya
kurang 10 jam, yaitu dari pukul 8.00 pagi
juga menjadi bervariasi per kilogramnya,
sampai dengan pukul 18.00 sore, sehingga
sesuai dengan bobot per bonjornya.
menjadi kental dan siap untuk dicetak.
Untuk pengembangannya adalah dengan
Untuk merebus ini kadang-kadang ada yang
lebih mengefisienkan waktu pembuatan gula
memberikan kemiri atau minyak kelapa
dengan efisiensi pembakaran. Adapun potensi
agar nira tidak berbuih ketika mendidih dan
aren di Tahura WAR cukup besar dan tenaga
pembuat gula aren dapat dikembangkan,
Indonesia, 2011). Kalau menggunakan
karena masih banyak orang yang dapat
minyak kelapa dapat menjadikan gula aren
membuat gula aren. Adapun mengenai potensi
menjadi lebih hitam. Waktu pembuatan bisa
pengembangan produksi gula aren berdasarkan
lebih cepat kalau apinya konstan besar, dan
laporan Saban (2011), saat ini di wilayah
lebih lama kalau apinya kecil.
tersebut terdapat 283 batang aren yang tumbuh
c. Pencetakan gula aren, gula aren dapat
alami, dimana 261 batang di antaranya berada
dicetak kalau adonan nira tersebut sudah
dalam fase produksi dan 27 batang berada
kental. Cetakan dibuat dari bambu yang
dalam fase belum berproduksi.
dipotong-potong dengan ukuran bervariasi.
Potensi produksi gula aren dari Tahura
Karena ukurannya bervariasi, maka gula
WAR adalah: dari 261 batang aren yang telah
kering yang sudah jadi pun bervariasi
berproduksi, akan dihasilkan nira 4698 liter.
beratnya.
Jika diolah menjadi gula aren, maka akan
d. Pendinginan, setelah gula dicetak, lalu
diproduksi 4698 kg gula. Jika per kilogram Rp
dibiarkan dingin, agar gula dapat dilepas
11.857, maka akan diperoleh uang sebanyak
dari cetakannya. Setelah dilepas, gula
Rp 55.704.186,- per hari, atau Rp
diletakkan di nyiru agar menjadi cepat
1.671.125.580,- per bulan.
kering. Gula aren kering itu bobotnya bervariasi, yaitu berkisar antara 0,9 ons sampai dengan 1,2 ons per butir.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012